JAYAPURA, FP.COM – Bank Papua menegaskan komitmennya dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif di Provinsi Papua. Hal ini diwujudkan melalui kemudahan akses permodalan yang inovatif, seperti yang dipaparkan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Pelaku Ekonomi Kreatif yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua di Jayapura, Selasa (29/7).
Jonathan Auparai, Pemimpin Divisi Bisnis UMK dan Konsumer PT Bank Pembangunan Daerah Papua, hadir sebagai narasumber di hari kedua pelatihan tersebut.
Di hadapan para pelaku ekonomi kreatif, Jonathan menguraikan berbagai skema pembiayaan yang relevan dan mudah diakses, khususnya bagi sektor kreatif yang membutuhkan dukungan modal untuk mengembangkan ide dan karya mereka.
Menurut Jonathan, Bank Papua memiliki struktur produk perbankan yang komprehensif, tidak hanya untuk penyimpanan dana seperti Tabungan, Giro, dan Deposito, tetapi juga beragam jenis kredit yang disesuaikan dengan kebutuhan usaha.
“Fokus utama kami adalah Kredit UMKM Produktif, karena kami melihat sektor inilah yang menjadi tulang punggung perekonomian, termasuk di dalamnya ekonomi kreatif,” ujarnya.
Salah satu program unggulan yang ditekankan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bank Papua secara aktif menyalurkan KUR ini berdasarkan regulasi pemerintah terbaru, yaitu Peraturan Menteri Perekonomian Nomor 15 Tahun 2022 dan perubahannya di tahun 2025.
“KUR ini adalah solusi pembiayaan bagi pelaku usaha produktif dan layak yang mungkin belum memiliki agunan tambahan memadai. Ini sangat cocok untuk pelaku ekonomi kreatif yang seringkali mengandalkan ide dan kreativitas sebagai modal utama,” jelas Jonathan.
Bank Papua menawarkan tiga skema KUR:
- KUR Super Mikro: Plafon hingga Rp 10 juta dengan suku bunga sangat rendah, 3 persen efektif per tahun.
- KUR Mikro: Plafon Rp 10 juta hingga Rp 100 juta, suku bunga 6 persen efektif per tahun.
- KUR Kecil: Plafon di atas Rp 100 juta hingga Rp 500 juta, juga dengan suku bunga 6 persen efektif per tahun.
Terkait agunan, Jonathan Auparai menegaskan fleksibilitas Bank Papua. “Agunan pokok adalah Usaha Produktif/Layak itu sendiri. Agunan tambahan bisa berupa tanah, bangunan, bahkan kendaraan. Kami ingin memastikan tidak ada pelaku kreatif yang terhambat karena masalah jaminan,” tegasnya.
Selain KUR, bagi pelaku ekonomi kreatif dengan skala usaha lebih besar, Bank Papua juga menyediakan Kredit Modal Kerja (KMK) untuk kebutuhan operasional sehari-hari dan Kredit Investasi (KI) non-program pemerintah untuk pengembangan jangka panjang seperti pembelian alat produksi atau renovasi tempat usaha. Suku bunga KMK/KI ini berkisar antara 7.15 persen hingga 9 persen efektif per tahun, dengan jangka waktu yang fleksibel.
Di akhir paparannya, Jonathan juga menyoroti program “Menuju UMKM Naik Kelas” yang sejalan dengan visi Bank Papua.
“Kami berharap, dengan dukungan permodalan dan pendampingan, para pelaku ekonomi kreatif di Papua dapat terus meningkatkan kapasitasnya. Dari yang semula mungkin masih dalam tahap ‘Berdaya Saing’, kami dorong untuk menjadi ‘Berkembang’, dan bahkan mencapai level ‘Maju’ yang berpotensi menembus pasar nasional maupun internasional,” pungkasnya.
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pelaku Ekonomi Kreatif ini diharapkan dapat membuka wawasan dan memberikan solusi nyata bagi para pelaku ekonomi kreatif di Papua, sehingga mereka dapat berkontribusi lebih besar dalam pembangunan daerah. (AiWr)
