Dampak WKK dan STS Keerom,  Kepala kampung ini yakin Budidaya Vanili dapat meningkatkan derajat masyarakatnya

Yehuda Kmur ketika diwawancarai di kebun Vanilinya di Kampung Warlef Distrik Senggi Kabupaten Keerom, 20 Januari 2023.

JAYAPURA,FP.COM- Mengenakan sendal jepit, celana pendek hitam dan kaos oblong merah, pria paruh baya itu melangkah pelan melewati sejumlah tegakan tanaman Vanili yang merambat pada pohon gamal muda di belakang rumahnya, sambil memegang sabut kelapa dan menyusun sabut-sabut kelapa itu mengitari tegakan pohon gamal lainnya.

Kehadiran kami yang tiba-tiba di kebunnya itu membuat pria itu kaget, lalu meninggalkan pekerjaannya dan menyambut kami. Dengan senyum khasnya ia menyapa kami. “ Datang itu coba telpon-telpon ka,” ucapnya sambil menjabat tangan ketika berjumpa di kebun Vanilinya di Kampung Warlef Distrik Senggi Kabupaten Keerom, Jumat, 20 Januari 2023.

Read More
iklan

Ya, namanya Yehuda Kmur, Kepala Kampung Warlef Distrik Senggi Kabupaten Keerom yang usianya 38 Tahun. Usia ini  tergolong muda untuk ukuran kepala kampung di Papua yang rata-rata di atas 50 tahun.

Sosok Yehuda Kmur kami kenal saat pelaksanaan Sekolah Transformasi Sosial (STS) di Kampung Wambes, Oktober 2022. Yehuda merupakan salah satu kepala kampung yang mengikuti kegiatan Workshop Kepala Kampung (WKK) dan Sekolah Transformasi Sosial (STS) yang dilaksanakan oleh Yayasan Econusa bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Keerom, Yayasan Intsia dan Pt. PPMA.

Workshop tersebut diikuti oleh para kepala kampung dan Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) dari 14 kampung di Keerom dan Jayapura.

Workshop Kepala Kampung merupakan rangkaian kegiatan School of Eco-Involvement (SEI) yang bertujuan membangun ketangguhan kampung. Program tersebut diadakan oleh Yayasan EcoNusa bersama Pemerintah Kabupaten Keerom, Yayasan Intsia, dan Pt. PPMA (Perkumpulan Terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat Papua). Setelah WKK, kegiatan SEI dilanjutkan dengan Sekolah Transformasi Sosial (STS) yang diikuti oleh para kader dari 14 kampung tersebut.

Usai kegiatan WKK, para kepala kampung kembali ke kampungnya masing-masing, namun Yehuda justru memilih untuk tinggal dan mengikuti STS. Padahal STS ini ditujukan untuk para kader kampung. Keputusannya itu diambil karena terdorong oleh keinginan yang kuat untuk mengikuti pembelajaran ilmu budidaya Vanili yang akan diberikan pada kelas STS selama tiga hari.

Keputusan Yehuda untuk mengikuti STS ternyata cukup beralasan, karena dirinya bukan saja seorang kepala pemerintahan kampung, tapi juga seorang petani Vanili pemula di kampungnya.

Sebagai kepala kampung, dirinya berkomitmen untuk mengalokasikan beberapa persen dana kampung untuk mensukseskan budidaya Vanili di kampungnya. Karena itu ia terus melakukan monitoring aktivitas 2 warganya yang mengikuti STS Keerom dan 15 warga lainnya yang mengikuti Sekolah Kampung ( Sekam). Selain melakukan monitoring kepada warganya, Yehuda pun mempraktekan sendiri ilmu budidaya Vanili di belakang rumahnya.

“Sudah ada 100 pohon Vanili yang bapa tanam,” ujarnya sambil melihat ke arah lahan kebun vanili yang luasnya kurang lebih 50 x 30 meter itu.

Dijelaskan, bibit Vanili itu dibeli per batang Rp 10.000 dari temannya di Distrik Waris. Sebelum ditanam, terlebih dahulu disiapkan lokasi penanaman dengan menanam batang pohon gamal setinggi dada orang dewasa yang fungsinya sebagai pelindung, kemudian meletakan sabuk kelapa mengelilingi batang gamal, lalu bibit Vanili diikat pada batang gamal dan batang bawahnya diletakan di atas tumpukan sabut kelapa.

Cara ini baru dipraktekan Yehuda setelah mengikuti STS Keerom. Padahal sebelumnya, cara yang dipraktekan adalah dengan menanam ke dalam tanah. Mengapa tidak boleh menanam ke dalam tanah? “tujuannya untuk menghindari terjadinya busuk akar, akibat tanah yang basah,” tandasnya.

100 pohon Vanili yang ditanam Yehuda saat ini masih dalam tahap perawatan. Jika dengan perlakuan yang baik, dirinya yakin 3 tahun ke depan, tanaman Vanilinya sudah bisa dipanen dan dipasarkan.

Sebagai kepala kampung, ia akan terus mendorong 2 warganya yang mengikuti STS dan 15 warganya yang ikut Sekam, untuk terus konsisten menerapkan ilmu budidaya vanili yang diterima dari STS dan Sekam, mengingat budidaya vanili adalah salah satu alternatif yang dapat menjadi jembatan untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat di masa depan.

Dengan contoh yang baik, ia yakin 300 Kepala Keluarga yang dominan dengan marga Kmur, Wambaliau, Apanawas, Konosri, Swe, Yunam, Mawa dan Sauri,  dapat berdampak, bukan hanya pada 600 jiwa di Kampung Warlef, tapi juga pada kampung lainnya di sekitar Distrik Senggi Kabupaten Keerom.*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *