WAMENA, FP.COM – Departemen Pendidikan dan Penelitian Pengembangan (Litbang) Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (BPP-PGBP) Masa Layan 2020-2025 membuat terobosan-terobosan baru di dalam merancang program yang sesuai kebutuhan jemaat saat ini. salah satunya adalah merancang kurikulum pendidikan warga gereja.
Seperti apa kurikulum yang dimaksud Departemen Pendidikan dan Litbang? Dalam pemaparan program pada Raker BPP Lengkap I PGBP, Jumat (26/2/2021) lalu, Ketua Departemen, Pdt. Vence Buol, S.Th menjelaskan panjang lebar. Kurikulum pendidikan akan dimulai dari sekolah minggu yang meliputi materi Penginjilan dan Pemuridan Anak dengan menggunakan metode 1 for 50.
“Metode 1 for 50 adalah sebuah metode yang sudah teruji dan dirancang khusus untuk setiap guru sekolah minggu memahami panggilannya dalam melayani anak melalui program Penginjilan dan Pemuridan Anak,” terang Pdt. Vence.
Kemudian kurikulum mengajar setahun (buku pegangan guru dan buku aktifitas anak) untuk kelas indria, pratama, madia dan tunas muda (remaja), materi khusus untuk acara Sekolah Injil Liburan (SIL) bekerjasama dengan Lembaga Literatur Baptis (LLB) Bandung.
“Kami juga akan mengadakan program penginjilan dan pemuridan melalui pembagian kotak hadiah di saat hari Natal bekerjasama dengan Operating Chrismast Child (OCC), sebuah lembaga pelayanan anak dari Billy Graham dengan kantor pusat di Amerika. Semua materi diberikan OCC secara gratis,” lanjutnya.
Pentingnya sekolah minggu, Pdt Vence juga akan menjajaki kerjasama dengan Compassion Indonesia untuk program pusat pengembangan anak (PPA) bagi gereja Baptis yang memenuhi kriteria.
Yang kedua adalah kurikulum untuk pemuda/remaja. Kurikulum ini, jelas Vence, meliputi penginjilan dan pemuridan dasar bagi anak-anak muda menggunakan metode Alpha Youth. “Semua materi dari program ini diberikan oleh Alpha Youth secara gratis. Tahapan pemuridan lanjutan menggunakan metode SPK (Saya Pengikut Kristus),” jelasnya.
Kurikulum Dewasa meliputi pria, wanita, lansia, pihaknya akan bekerjasama dengan Departemen Kaum Pria dan Departemen Kaum Wanita dalam menyelenggarakan seminar-seminar yang bertema Penginjilan dan Pemuridan dalam keluarga.
Terakhir adalah kurikulum bagi Pelayan Gereja meliputi gembala, pendeta dan badan pelayan jemaat. Bekerjasama dengan Departemen Kependetaan, Departemen Pendidikan untuk menyelenggarakan seminar-seminar yang berkaitan dengan kepemimpinan dan doktrin atau azas kepercayaan Baptis.
Selain itu, lanjut Pdt. Vence, Departemen Pendidikan dan Litbang menyusun dan menerbitkan buku pedoman bimbingan bagi pasangan keluarga yang akan menyerahkan anak di gereja lokal, menyusun dan menerbitkan buku pedoman bimbingan bagi kelas baptisan.
Menyusun dan menerbitkan buku pedoman panduan acara-acara gereja, seperti: penyerahan anak, pembaptisan, perjamuan kudus, pernikahan, kematian, dll, menerbitkan panduan berkotbah bagi kaum awam khususnya bagi Badan Pelayan di gereja setempat.
Setelah kurikulum dirancang, terang Pdt. Vence kemudian, tindaklanjutnya adalah mengadakan pelatihan dan seminar kepada warga gereja. Di antaranya, training guru sekolah minggu setiap dua bulan sekali di masing-masing wilayah secara bergilir, mengadakan penginjilan anak melalui KKR Anak, di setiap wilayah pelayanan PGBP, mengadakan training Alpha Youth dan SPK bagi gereja-gereja yang telah siap menjalankan program ini berdasarkan pembagian wilayah yang ada, mengadakan seminar kepemimpinan dan doktrin Baptis bagi para hamba Tuhan di wilayah PGBP, setahun dua kali.
“Kami juga mekerjasama dengan BPP-PGBP mengadakan orientasi pelayanan selama 3-6 bulan kepada lulusan STT Baptis Papua untuk dibina menjadi tenaga yang siap melayani di jemaat lokal,” ucapnya. Departemen Pendidikan dan Litbang, sambungnya, akan mengadakan penelitian tentang mengapa sebagian besar lulusan STT Baptis lebih tertarik ke dunia sekuler daripada kembali ke pelayanan setelah menyelesaikan studi.
Hal ini sedang diteliti oleh Pdt. Ali Wandik, S.Th sebagai sebuah karya ilmiah dan hasil penelitian akan dipublikasikan ke gereja-gereja anggota dan kepada STT Baptis sebagai penyelenggara pendidikan.
“Kami juga mendorong tim penulisan sejarah Gereja Baptis Papua untuk segera menjalankan tugasnya sehingga hasil dari pelurusan sejarah tersebut dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah Baptis di bawah naungan PGBP,” tambahnya.
Departemen Hukum dan HAM
Sementara itu Departemen Hukum dan HAM juga memaparkan program-program kerjanya lima tahun mendatang, yang lebih banyak membuat program terkait aturan-aturan dan membantu mendampingi untuk penyelesaian persoalan-persoalan di dalam masyarakat yang adalah jemaat Baptis. Ketua Departemen Hukum dan HAM, Dujan Kogoya, di hadapan peserta Raker, menjelaskan, masalah-masalah yang terkait dengan keamanan masyarakat di wilayah-wilayah yang rawan konflik, departemen akan bekerjasama dengan BPP untuk melakukan pendekatan dengan aparat keamanan untuk meningkatkan rasa aman.
“Masalah Perkawinan (di kalangan Baptis), menurut Dujan perlu sosialisasi sampai tingkat jemaat terkait bagaimana berpacaran sebelum masuk pemberkatan karena kekuatiran yang terjadi saat ini, banyak pasangann yang sudah kawin sebelum diberkati di gereja,” ungkapnya.
Dujan juga menyoroti masalah kematian karena dibunuh, yang menurutnya sesuai hukum Tuhan tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. “Demikian pula kematian karena sakit, pihak om-om dilarang minta apapun kepada keluarga duka,” tegasnya.
Selain itu, larangan minum minuman keras (Miras), judi togel, pihaknya akan berkoordinasi dengan aparat keamanan. “Tanah-tanah gereja yang bermasalah, kami siap mendampingi untuk membantu mengurus kejelasannya,” kata Dujan. (Frida)