Misi Penginjilan Satu-Satunya Jantung Gereja Baptis

1. Ketua Umum BPP-PGBP, Pdt. Titus Yikwa dan Sekretaris Umum, Pdt. Stefanus Wenda, saat Raker membahas persoalan misi penginjilan di Gereja Baptis.

WAMENA, FP.COM– Misi penginjilan menjadi hal serius yang dibahas panjang lebar dalam Raker lengkap BPP-PGBP, Jumat (28/2/2020). Menjangkau wilayah-wilayah jauh, terabaikan dan pos-pos penginjilan baru, menjadi persoalan serius ketika dana penunjang dan tenaga hamba Tuhan minim.

Ketua Umum BPP-PGBP, Pdt. Titus Yikwa, mengatakan, yang menjadi perhatian khusus adalah misi penginjilan yang merupakan satu-satunya jantung gereja atau perintah agung yang harus dibicarakan serius. Ada beberapa daerah yang sudah dirintis, sudah masuk misi penginjilan Baptis seperti Pegubungan Bintang, Papua Selatan, Mamberamo, dan beberapa daerah ada terobosan-terobosan.

Read More
iklan

“Kami sangat membutuhkan biaya dan juga tenaga dan ini menjadi persoalan. Tema celakalah aku jika aku tidak memberitakan injil, sangat benar. Tetapi dukungan dana menjadi pergumulan yang sangat besar untuk gereja. Kalau orang jalan saja tidak apa-apa, tetapi buka (jemaat) baru harus utus orang sehingga harus disuport dengan dana. Dia adalah manusia yang butuh makan minum, apalagi jika memiliki keluarga,” ungkap Pdt Titus.

Belum lagi setelah masuk di wilayah baru itu, jemaat minta langsung dibangun gedung gereja. Ini juga sudah persoalan, karena di BPP ketersediaan dana juga sangat minim. “Karena itu kami minta Tuhan saja yang menggerakkan jemaat-jemaat, gereja-gereja yang sudah dewasa agar terlibat di dalam amanat agung, berpikir bersama-sama, mendukung bersama-sama dengan dana, doa supaya target Tuhan bisa tercapai, jadikan semua bangsa murid-Ku,” harapnya.

Fakta di Papua saat ini, menurut Titus, penginjilan sudah masuk ke semua wilayah, tetapi kemudian ditinggalkan begitu saja, tidak ada perhatian lagi terhadap jemaat. Ada denominasi lain masuk, tetapi pendewasaan tidak ada. Akhirnya karakter hidup jemaat tidak diubahkan, masih hidup dengan budaya dan tradisi mereka, injil belum bisa ubahkan mereka. ini persoalan, karena kehidupan lama harus ditinggalkan. Saatnya memperoleh keselamatan dalam Yesus Kristus.

“Ini menjadi target utama, tetapi masalahnya adalah dukungan dana dan tenaga. Siapa yang kita utus? Ini bukan hanya di Gereja Baptis saja, tetapi hampir semua denominasi mengalami ini. Kami prihatin dengan keadaan ini. Mamberamo, ada gereja tetapi terabaikan. Hari minggu datang berdoa tetapi kemudian pergi. Ini menjadi kesulitan. Kehadiran pemerintah seperti Mamberamo Tengah, Mamberamo Raya, Yalimo, Yahukimo, Pegunungan Bintang, sudah luar biasa tetapi menjangkau jiwa dengan injil itu agak susah,” jelasnya.

Ia berharap untuk anak-anak yang belajar di STT Baptis, agar mereka harus punya panggilan jelas, supaya setelah tamat, komitmen juga harus jelas. Siapa yang bisa diutus ke daerah-daerah.

Beberapa wilayah sudah masuk penginjilan, hanya dukungan saja. “Karena itu kami punya sumber hanya dari gereja, dukungan pelayanan baik kepada BPP, STT Baptis Papua, untuk penginjilan selama ini hanya dari gereja-gereja saja. Selama 60 tahun berdiri, kekuatan utama dari jemaat dengan iuran wajib. Kalau semua umat setor rutin tiap bulan, bisa memperoleh Rp 20 miliar dalam satu tahun,” tambahnya. Lanjutnya, BPP akan siapkan format  agar semua anggota jemaat didata. Kalau memang umat Baptis mencapai 200 ribu jiwa, BPP PGBP bisa memperoleh Rp 25-30 miliar dalam satu tahun. Tentu dana ini bisa mendukung misi penginjilan bekerja tanpa terkendala masalah dukungan dana.

Titus juga mengingatkan, menjadi pemimpin gereja tidak boleh ada kepentingan lain, tidak boleh ada politik di dalam gereja. “Itu sangat bahaya. Saya sangat prihatin. Saya hamba Tuhan, kalau hamba Tuhan seperti ini, bicara pemulihan pun tidak bisa. Karena dari pemimpin dulu. Mazmur pasal 133, berkat itu mengalir dari kepala ke janggut, meleleh ke jubah. Artinya kepala adalah pemimpin, janggut ke jubah adalah jemaat. Berkat terbaik turun dari pemimpin tetapi kalau pemimpin sudah kacau, bicara lain-lain dalam gereja maka jemaat kering,” sambungnya.

Sebelumnya, Sekretaris Umum BPP-PGBP, Pdt. Stefanus Wenda mengemukakan, ada sereja-gereja denominasi lain yang siap bergabung di PGBP seperti, GBAI, GGBI dan Katolik. Tetapi Persekutuan Baptis Indonesia (PBI) baru melaksanakan Munas dengan Papua sebagai tuan rumah sehingga perlu menjaga keutuhan aras nasional, tujuh denominasi gereja Baptis di Indonesia.

“Kenapa mau bergabung? Ini respon yang positif, di Manado juga ada 400 pemuda yang mau gabung. Kami membuka ruang, buka diri karena pelayanan bukan hanya di Baptis, tetapi pergerakan menembus dan dirasakan oleh semua denominasi. Semangat penginjilan dilaksanakan oleh semua denominasi. Kami bekerjasama dengan FKUB, PGGP sehingga kami menjaga keutuhan. Tetapi daerah terabaikan siap ditangani. Misi pelayanan seperti di Merauke kami bantu dan layani saja,” terang Stefanus.

Baptis ke depan, menurutnya, bukan hanya PGBP, tetapi semua denominasi dapat menjangkau jiwa bagi Kristus. (Frida)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *