Perekonomian Papua Selama Tahun 2020 dan Prakiraan BI Tahun 2021

Grafik Pertumbuhan dan Kontribusi Lapangan Usaha Tahun 2020/Foto: BPS

JAYAPURA, FP.COM – Pandemi Covid-19 telah menjadi fenomena yang luar biasa serta memberikan dampak negatif terhadap perekonomian dunia maupun perekonomian nasional. Dampak yang sama juga dirasakan oleh perekonomian Papua.

Rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II dan berlanjut dengan kontraksi ekonomi pada triwulan III terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sektor nontambang yang terkontraksi dikisaran minus 4 persen, sebagai dampak adanya pembatasan aktivitas ekonomi ataupun akses penumpang keluar masuk Papua.

Read More
iklan

Diperkirakan dampak pengurangan kinerja ekonomi (opportunity loss) selama periode tersebut mencapai angka sekitar 7 persen dari perekonomian Papua. Berdasarkan asesmen yang BPS lakukan, sektor yang paling terdampak selama pandemi antara lain sektor transportasi dan pergudangan; sektor akomodasi dan makan minum; serta sektor perdagangan.

Meski begitu, jika dibandingkan dengan nasional, pertumbuhan ekonomi Papua masih relatif lebih baik, terutama didorong oleh sektor pertambangan yang tetap tumbuh positif.

Kinerja yang tinggi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain peningkatan produktivitas tambang bawah tanah di Kabupaten Mimika, terjaganya permintaan ekspor konsentrat tembaga serta tingginya harga produk tambang di pasar internasional.

Selama pandemi tahun 2020, perekonomian Papua mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,32 persen dibandingkan tahun 2019 yang mengalami kontraksi minus 15,75 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua), Adriana Helena Robaha menjelaskan, pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 16,62 persen.

“Pertumbuhan produksi pada kategori ini terutama disebabkan oleh peningkatan produksi bijih logam P.T Freeport selama tahun 2020. Kategori lapangan usaha lain (2 kategori) yang mengalami pertumbuhan positif adalah informasi dan komunikasi sebesar 3,72 persen dan kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 3,82 persen,” kata Adriana, Minggu (7/2/2021).

Sementara, 14 kategori lainnya selama tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebagai akibat adanya pandemi Covid-19. Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan merupakan kategori yang mengalami kontraksi terdalam selama tahun 2020 sebesar -33,63 persen, disusul oleh kategori Penyedia Akomodasi dan Makan Minum sebesar -16,93 persen dan Industri Pengolahan sebesar -5,02 persen.

Perekonomian Papua pada triwulan IV-2020 terhadap triwulan IV-2019 (y-on-y) tumbuh hingga 6,92 persen. Pertumbuhan ini disebabkan oleh naiknya produksi bijih logam pada triwulan IV tahun 2020 yang mengakibatkan lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian tumbuh hingga 44,31 persen.

“Kategori lain yang juga mengalami pertumbuhan pada triwulan IV -2020 dibandingkan periode yang sama tahun 2019 adalah kategori Jasa Keuangan sebesar 6,55 persen, Jasa Kesehatan dan Bantuan Sosial sebesar 1,82 persen, kategori Informasi dan Komunikasi 1,27 persen, dan kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 1,00 persen,” jelasnya.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Papua tahun 2020 sebesar 2,32 persen, menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun 2019 yang berkontraksi sebesar 15,75 persen. Komponen yang mengalami kenaikan pertumbuhan adalah komponen ekspor sebesar 51,18 persen.

“Komponen lainnya mengalami kontraksi pertumbuhan. Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) terkontraksi sebesar 5,58 persen. Kontraksi juga dialami oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Pemerintah (PK-LNPRT) sebesar 7,54 persen. Selanjutnya, komponen yang mengalami kontraksi adalah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) sebesar 0,06 persen dan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami kontraksi sebesar 1,50 persen,” kata Adriana.

Sebelumnya, Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga mengatakan sejalan dengan peningkatan produktivitas di sektor pertambangan, sementara belum maksimalnya kinerja sektor nontambang, maka perekonomian Papua pada tahun 2020 diprakirakan masih dapat tumbuh pada range angka yang positif, di atas 3 persen  secara year on year (yoy).

“Tren pertumbuhan ekonomi Papua yang positif di tahun 2020 akan terus menguat di tahun 2021 dan diprakirakan tumbuh lebih tinggi mencapai angka double digit,” ucap Naek saat memaparkan kinerja perekonomian Papua secara virtual.

Hal tersebut, kata Naek, seiring dengan perbaikan perekonomian global, peningkatan aktivitas ekonomi dan perdagangan di tingkat Nasional, serta optimisme meredanya dampak pandemi Covid-19.

Dia menyebut, meski sempat mengalami fluktuasi, inflasi Papua sampai dengan bulan November 2020 berada pada kisaran 1,30 persen (yoy) dan diprakirakan akan tetap terjaga dengan baik pada level yang rendah hingga akhir tahun.

Sementara itu, pemulihan ekonomi seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada tahun 2021, diprakirakan akan dapat meningkatkan risiko inflasi melalui peningkatan pendapatan masyarakat serta pulihnya aktivitas perdagangan dan transportasi.

“Meski demikian, kami prakirakan inflasi pada tahun 2021 masih tetap berada pada kisaran target nasional yaitu sebesar 3 + 1 persen secara yoy,” ucap Naek. (FPKontr1)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *