JAYAPURA, FP.COM – Bonus Demografi pada 2045 mendatang jadi pertimbangan PT Freeport Indonesia untuk berpartisipasi dalam pengembangan sumber daya manusia kelompok usia muda di Papua. Menggandeng komunitas krealogi sebagai expert, Freeport menggelar workshop bertajuk kokarya studentpreuner, melibatkan 30 mahasiswa/mahasiswi Universitas Cenderawasih.
Kegiatan tersebut dihelat selama dua hari, 17-18 November, di gedung kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uncen.
Sebagian peserta sudah memiliki usaha sendiri, sebagian lagi masih awam. Mayoritasnya berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sisanya dari berbagai fakultas lain yang ada di Uncen.
Aylin Oyaitouw misalnya, mahasiswi ekonomi ini sejak tahun 2020 telah menggeluti bisnis olahan pisang. Aylin punya brand bernama Anapi, akronim dari Aneka Olahan Pisang. Ia mengaku menikmati rutinitas kuliah sambil berbisnis. Dari usahanya itu, ia bisa membiayai kuliahnya di samping langsung mempraktikkan ilmu yang diperolehnya di kelas.
Tak hanya pisang, Aylin juga menjadi reseller sejumlah produk, dengan memanfaatkan jejaring sosial.
Ia mendaku, lewat seminar ini ia bisa menyerap ilmu tambahan sebagai bekal. Meskipun begitu, ia merasa tak puas dengan durasi yang tergolong singkat.
“Saya sangat berterima kasih buat kakak-kakak yang berikan materi. Ke depannya, kegiatan seperti ini harus diadakan lagi agar dapat meningkatkan kita punya skill. Ini sangat baik untuk mempersiapkan anak muda menghadapi perkembangan zaman,” ujarnya.
“Kalau hari ini cuma dua hari, mungkin ke depannya bisa dalam bentuk pelatihan dengan waktu yang juga cukup (panjang-red). Kalau bisa lagi, ada pelatihan lanjutan dari yang ada hari ini,” pintanya.
Lain Aylin, lain pula Nopeau Beanal, mahasiswa semester 5 Fakultas Fisip Uncen, mengaku baru saja dikenalkan tentang prototype bisnis. Tetapi, Nopeau sangat antusias dan mengapresiasi pihak kampus, juga pemateri.
“Jurusan saya di Fisip, sebenarnya saya tidak berpikir bagaimana menciptakan usaha. Sejak materi hari pertama dan kedua itu memberikan masukan dan menambah pengetahuan kami bagaimana memahami perkembangan ke depan dan mulai berpikir untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan,” sebut Nopeau.
Fokus Papua juga menemui Adi Gesang Prayoga, mahasiswa jurusan Akuntansi FEB Uncen yang memiliki usaha Angkringan di Koya. Menurut Gesang, materi dari para narasumber menjadi semangat inovasi untuk ekspansi bisnisnya.
“Setelah mendapat materi ini saya berpikir bagaimana saya bisa memperluas usaha saya dengan membuka cabang,” ujarnya.
Selain angkringan, berbekal modal dari kampusnya, Gesang juga punya produk olahan pisang. Setelah terpapar materi workshop, ia berniat memasarkan produknya itu ke pusat ole-ole untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
“Saya otodidak berbisnis dan dengan modal materi hari ini saya sangat berterima kasih sekali karena ini menjadi modal saya untuk terus berkembang ke depannya.”
Direktur Komunitas dan Kemitraan Krealogi oleh Du Anyam, Hanna Keraf, berujar jika kegiatan ini menjadi spirit para kelompok usia muda khususnya mahasiswa dan mahasiswi untuk memiliki pilihan karir setelah tamat dari perguruan tinggi. Pegawai pemerintahan bukan satu-satunya tujuan dunia kerja yang harus diincar.
“Harapan kami, mahasiswa itu tidak hanya punya satu pilihan ketika mereka lulus, tetapi mereka punya pilihan untuk menjadi wirausaha. Bekerja untuk dirinya dan juga dia bisa membuka lapangan pekerjaan bagi lingkungan sekelilingnya,” sebut Hanna.
Tecnical Expert Communication and General Affairs PT Freeport Indonesia Kerry Yarangga, kepada awak media mengatakan, peningkatan sumber daya manusia kelompok usia muda di bidang bisnis menjadi hal utama. Hal tersebut berangkat dari sebuah gagasan bahwa sumber daya alam hanyalah modal. Dengan begitu, seharusnya modal yang ada dapat membangun manusianya.
Dalam rangka itu, PT Freeport Indonesia menurut Kerry berkomitmen membangun kekuatan sumber daya manusia yang akan menjadi kunci untuk menopang sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi tolak ukur menjelang masa panen bonus demografi, masa di mana populasi penduduk didominasi usia produktif.
“Jadi kalau kita mau meningkatkan IPM Papua lebih maju, salah satunya yaitu menggerakkan kelompok usia muda untuk masuk di dunia ekonomi. Supaya, dengan begitu, sebuah keberlanjutan dari sisi pendapatan per kapita itu akan memastikan orang hidup lebih layak. Expenditure yang keluar dari seseorang, kalau punya pendapatan, dia akan belanja pendidikan, kesehatan, makanan, minum dan sebagainya. Nah, inilah keberlanjutan dari sebuah kemajuan manusia,” ulas Kerry.
Kerry menambahkan,workshop ini juga guna menumbuhkan iklim bisnis UMKM, kelompok muda untuk dapat dipercaya (how to be trust).
“Bagaimana cash flownya dan itu semua perjalanan panjang. Kita membangun sebuah cara berpikir dan mentalitas. Kita mau, ke depan, dengan kolaborasi bersama krealogi, ada produk Papua yang bisa dikenal sampai keluar. Benang merahnya adalah keberlanjutan, bagaimana mengajak anak muda Papua melihat peluang,” pungkas Kerry. (*)