WAMENA, FP.COM– Departemen Wanita Baptis Papua memberikan laporan pertanggungjawaban pelayanannya selama tahun 2019. Banyak capaian yang sudah diraih, namun tak sedikit kendala yang menghadang. Departemen kaum ibu ini baru saja melaksanakan konferensi di Timika dengan tagline Wanita Baptis Mandiri dan Misioner, menjadi spirit pemersatu organisasi ini terus melangkah maju melayani Tuhan.
Sang ketua departemen, Amelia Yigibalom, Kamis (27/2/2020), menjelaskan beberapa program yang tidak terlaksana di forum Raker IV Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (BPP-PGBP) antara lain, tidak terbangunnya tiga rumah doa karena terbentur biaya. Demikian pula dengan latihan kepemimpinan.
Beberapa program yang rutin terlaksana yaitu pelayanan bulan Maret dan November untuk Hari Doa Wanita Baptis. Dari kegiatan ini, setiap uang persembahan diserahkan ke Wanita Baptis Sedunia demi kelancaran pelayanan tingkat dunia. “Dana yang kami kumpulkan di hari doa adalah momen kami wanita Baptis Papua menjadi berkat bagi bangsa-bangsa,” kata Amelia.
Tak hanya itu, departemennya juga setiap tanggal 1 (satu) bulan berjalan, setia melaksanakan doa puasa. “Kami wanita Baptis mempunyai kalender khusus untuk doa puasa berantai yang digilir per orang selama 31 hari, kemudian doa syafaat selama satu jam per hari. Hasilnya kami rasakan luar biasa,” terang Amelia.
Amelia Yigibalom yang kembali terpilih sebagai Ketua Departemen Wanita Baptis Papua masa layan 2020-2025 dalam konferensi Februari lalu menyatakan rasa bangganya karena semangat wanita Baptis yang luar biasa.
Dalam pelayanan, sejumlah kendala ditemui. Misalnya saja ketika wanita Baptis ingin mengadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR) tapi tidak mendapat dukungan dari wilayah-wilayah. “Tapi kami jalan terus karena kami kerja untuk kemuliaan Tuhan Yesus,” ujarnya. Pun ketika mengadakan iuran wajib, muncul pertanyaan dari kaum bapak, mengapa harus ada iuran kepada departemen.
Dalam kesempatan tersebut, Amelia Yigibalom mengungkapkan rasa syukurnya karena salah seorang wanita Baptis, Ibu Penesina Kogoya, yang sebelumnya berseberangan, telah meminta maaf dan kembali bergabung. “Itu terjadi di konferensi wanita Baptis di Timika, salah satu buah pergumulan doa kami selama ini.”
Ia tidak menjelaskan panjang lebar mengenai hasil konferensi, karena menurutnya lebih layak disampaikan di forum kongres sebelum disosialisasikan ke wilayah-wilayah. (Frida)