JAYAPURA, FP.COM – Kampanye percepatan penurunan stunting di Provinsi Papua tahun ini diawali dengan aksi turun ke jalan oleh influencer, mahasiswa dan pelajar. Mereka melakukan sosialisasi berupa pembagian leaflet kepada masyarakat di kawasan Entrop Kota Jayapura, (Senin, 27/2/23).
Sebelum turun kampanye, para agen perubahan ini terlebih dulu dibekali materi kampanye “protein hewani cegah stunting” yang dipaparkan oleh Yusuf Wally dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua. Ada pula materi social media engagement yang diulas oleh Jeni Karay, seorang dosen ilmu komunikasi sekaligus influencer.
Kepala perwakilan BKKBN Provinsi Papua Nerius Auparay dalam arahannya mengatakan, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 angka prevalensi stunting di Indonesia secara Nasional berada di angka 24,4 dan tahun 2022 turun menjadi 21,6 persen, namun penurunan tersebut dibarengi dengan kenaikan angka prevalensi stunting beberapa provinsi lainnya di Indonesia termasuk Provinsi Papua.
Nerius menyebut dari angka 29,5 persen Provinsi Papua (SSGI 2021) mengalami kenaikan 5,1 persen menjadi 34,6 persen di tahun 2022. Dari 29 kabupaten/kota di Papua, 20 di antaranya mengalami penurunan, namun 9 sisanya naik signifikan. Hal ini barang tentu sebuah pukulan dan memaksa pihaknya harus bekerja ekstra untuk mengedukasi masyarakat.
“Kita lakukan kampanye hari ini karena angka prevalensi stunting di Provinsi Papua itu naik. Maka hari ini ada mahasiswa, pelajar, influencer kita semua ikut bertanggungjawab, berupaya supaya nanti di tahun 2023 ini angka prevalensi stunting di Papua ini harus turun.” ujar Nerius.
“Mari tingkatkan kampanye kita lagi. Kita ingin siapkan generasi yang ke depannya jadi generasi yang lebih berkualitas supaya bisa membangun Indonesia pada umumnya dan kita di Papua secara khusus. Kita ingin siapkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas,” sambungnya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Ketua Satgas Stunting Provinsi Papua Moh Sodiq menyebut sembilan kabupaten yang memicu kenaikan 5,1 persen SSGI 2022 Papua. Kabupaten Supiori naik di angka 10,5 persen, Mamberamo Raya (6,5 persen), Asmat (16,4 persen), Tolikara (21,2 persen), Nduga (11,4 persen), Yahukimo (9,7 persen), Paniai (13,1 persen), Puncak Jaya (9,2 persen) dan Mimika (1,5 persen).
Sodiq juga menyebut hasil real yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan per desember 2022 berdasarkan aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e- PPGBM) yang dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus oleh dinas kesehatan kabupaten/kota di puskemas-puskesmas angka prevalensi stunting per desember 2022 Papua berada di angka 15,33 persen.
”Berarti kan seharusnya tidak di angka 29,5 persen seperti survei SSGI lalu sekarang ada kenaikan sebesar 5,1 persen,” ujarnya.
Perbedaan indikator pengukur menurut Sodiq menjadi salah satu hal yang dapat memengaruhi capaian presentasi.
“Kita harapkan Papua akan turun dari 34,6 persen ini. Harus ada kesamaan data dan lokasi ketika dilakukan antara data e-PPGBM yang real dan data SSGI. Berikutnya, menurut saya, harus ada diskresi indikator-indikator survey SSGI, di Papua tidak sama dengan Jawa, ada banyak hal kalau kita bicara Papua, yang kita mau capaian presentasi ini akan adil,” pungkas Sodiq. (*)