Bantu Penyelamatan Cagar Alam Cycloop, Freeport Indonesia Sumbang 10.000 Bibit Bambu

Penanaman bibit bambu bantuan PT Freeport Indonesia kepada Pemerintah Provinsi Papua di area Buper Waena.

JAYAPURA, FP.COM – Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop saat ini tengah menghadapi ancaman berupa pengurangan luas tutupan hutan, juga menurunnya kualitas sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan ekosistem dan sumber daya alam.

Menurut akademisi sekaligus pemerhati lingkungan dari Universitas Cenderawasih, Yehuda Hamokwarong, aktivitas yang dimaksud seperti penebangan liar, perburuan satwa liar, alih fungsi lahan, perambahan hutan, perladangan berpindah dan pemukiman illegal.

Read More
iklan

Kolaborasi antarpihak, dalam rangka penyelamatan telah digalakkan. Seperti terlihat pada gerakan penanaman 66.666 ribu bibit bambu sepanjang 78 km batas penyanggah (buffer zone) sebagai tanda batas Cagar Alam Pegunungan Cycloop yang dimulai pada Agustus tahun ini. Selain menghindari kerusakan yang mengakibatkan degradasi dan deforestasi, penanaman bambu dimaksudkan untuk menyediakan batas yang jelas kepada masyarakat untuk membedakan ruang yang masuk Cagar Alam Pegunungan Cycloop dan yang bukan, serta mencegah terjadinya longsor dan banjir yang dapat mengancam wilayah Kabupaten Jayapura.

Selain pemerintah, salah satu yang punya kontribusi signifikan dalam hal ini yakni PT Freeport Indonesia (PTFI). Freeport menyumbang 10 ribu bibit bambu yang didatangkan dari Yogyakarta.

“Bantuan bibit bambu yang kami berikan adalah jenis bambu petung atau dikenal dengan nama Dendrocalamus Asper. Jenis bambu ini memiliki ukuran lingkar batang yang besar dapat mencapai tinggi 20 m dengan panjang ruas 40-50 cm dan garis tengahnya dapat mencapai 20 cm,” kata Vice President Environmental PTFI Gesang Setyadi.

Masih menurut Gesang, bambu ini memiliki ketebalan di atas jenis bambu lainnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan konstruksi seperti tiang rumah atau titian.

Pihak Freeport mengharapkan seluruh elemen masyarakat dapat mendukung upaya menyelamatkan Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop melalui program ini. Sebab, kawasan konservasi yang ditetapkan sejak tahun 1979 tersebut memiliki flora dan fauna yang endemik, keragaman ekosistem seperti hutan hujan daratan rendah, hutan pegunungan, hutan sekunder, padang rumput, ekosistem mangrove, fungsi hidrologi sebagai pengatur iklim mikro. Yang tidak kalah penting dan utama, kawasan ini adalah pusat diversitas dari evolusi persebaran dan terbentuknya kehidupan flora dan fauna secara alamiah.

Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai

Selain dukungan penanaman bambu untuk penyelamatan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, PTFI juga telah melaksanakan Program Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura sejak tahun 2021, bekerja sama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai & Hutan Lindung (BPDASHL) Mamberamo, Papua.

Implementasi kegiatan Rehabilitasi DAS ini dimulai dari penanaman hingga pemeliharaan, mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.59 tahun 2019.
Sementara, penetapan lokasi Rehabilitasi DAS PTFI di Provinsi Papua, didasarkan pada Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) No. 5923/Menlhk PDASRH/KTA/DAS.1/7/2022 tertanggal 5 Juli 2022 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.3578/MENLHK-PDASHL/KTA/DAS.1/6/2020 tentang Penetapan Lokasi Penanaman dalam Rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai oleh PT Freeport Indonesia seluas 4.232 ha.

Berdasarkan SK di atas, lokasi rehabilitasi DAS dilaksanakan di sejumlah lokasi yakni Sentani Timur, Kemtuk, Waibu, Sentani Barat, Depapre, Ebungfauw, Kemtuk Gresi, Gresi Selatan, Abepura dan Heram.

“Pihak Freeport telah memulai penanaman Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai pada tahun 2021 di Distrik Sentani Timur seluas 9 ha, tahun 2022 di Distrik Kemtuk seluas 594 ha, tahun 2023 di Distrik Sentani Barat, Sentani Timur, Ebungfauw, Waibu, Depapre dan Kemtuk seluas 1.943 ha. Kemudian akan dilanjutkan dengan penanaman tahun 2024 seluas 793,26 ha dan tahun penanaman 2025 seluas 891,67 ha, sehingga mencapai total areal rehabilitasi DAS 4.232 ha,” ungkap Dendy Sofyandy, Koordinator Program Rehabilitasi DAS PTFI.

“Untuk kebutuhan jangka panjang, diharapkan tanaman rehabilitasi DAS yang telah ditanam dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi baru karena 25 persen sampai 40 persen yang ditanam dalam satu hektar adalah tanaman buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat lokal setempat,” tambah Dendy. (Humas PTFI)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *