Belum Dikelola, Ternyata Sumber Energi Terbarukan di Papua Melimpah Ruah

Salah Satu Potensi Energi Baru Terbarukan Biomassa dari ampas sagu.

JAYAPURA, FP.COM – Menyangkut energi, secara umum, Papua hingga hari ini masih bergantung pada energi fosil terutama bahan bakar minyak. Bahkan, hingga sekarang, keseluruhan wilayah pulau besar ini tak termasuk dalam program konversi minyak tanah ke elpiji hanya karena keterbatasan infrastruktur. Fakta lainnya, sebagian besar sistem kelistrikan masih menggunakan pembangkit diesel yang berbiaya tinggi.

Solusi untuk masalah ini bukannya tidak ada. Menurut Akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen), Dr. Jhon Numberi, ketersediaan energi di daerah bisa dijawab dengan memanfaatkan potensi nonfosil atau energi terbarukan (EBT). Apalagi, masih kata Dekan Fakultas Teknik Uncen ini, semua potensi yang dibutuhkan ada di Papua.

Read More
iklan
Akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen), Dr. Jhon Numberi

“Semua potensi energi ada di Papua. Air, angin, matahari, biomassa, limbah pertanian, tak terkecuali limbah ternak hewan untuk biogas pengganti bahan bakar elpiji,” ujar Jhoni di ruang kerjanya, Senin (11/12/23).

Dimulai dari matahari. Matahari disebut Johni sebagai potensi energi terbesar di dunia. ‘’Kenapa dibilang di dunia? Kita mengalami panas sepanjang tahun, 365 hari, itu potensi besar pembangkit untuk solar energi,” jelasnya.

Potensi kedua, biomassa dari hutan yaitu pengolahan hasil hutan berikut limbah daun dan limbah pertanian. Khusus biomassa, Johni telah menerbitkan buku berjudul Bioetanol Ampas Sagu, Bahan Bakar Masa Depan.
Disebutkan, fermentasi biomassa yang menghasilkan bioetanol sebagai bahan bakar pengganti bensin dan minyak tanah dapat dihasilkan dari ampas limbah sagu. Dua kilogram sagu akan menghasilkan satu liter etanol. Begitu juga dengan limbah ubi dan keladi. Hal itu tidak hanya berlaku pada skala rumah tangga tetapi juga skala industri sebagai upaya mewujudkan zero waste production.

“Kita punya potensi sagu terbesar di dunia dan limbahnya (ampas sagu) bisa dimanfaatkan sebagai bioetanol, jadi masuk dalam pemanfaatan generasi kedua.”

Berikutnya, ada biodiesel, pengganti solar atau dexlite yang diperoleh dari jenis tanaman biji-bijian ataupun semua tanaman yang mengandung minyak nabati seperti jarak padat, kelapa dan kelapa sawit.

Tak hanya bahan bakar, energi Listrik memanfaatkan potensi sungai, mikro hydro (PLMH) dan pembangkit Listrik tenaga air (PLTA).

“Potensi air kali atau sungai maupun air danau.”

Papua juga memiliki garis pantai yang panjang untuk itu pemanfaatan energi melalui gelombang air laut juga merupakan sumber energi masa depan. Dengan potensi air laut maka hanya diperlukan pemasangan windturbine baik di gunung maupun kawasan pesisir dan wilayah 3 T (terdepan, terluar, terpencil) yang tidak terakses listrik PLN. Misi itu akan membantu masyarakat mendapatkan akses kelistrikan secara menyeluruh.

Selain gelombang air laut, energi listrik juga bisa diperoleh dari potensi angin (hydropower energy Wind turbine) atau pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).

“Itu bisa dikembangkan di wilayah pulau-pulau terluar, terdepan, tertinggal yang tidak terakses oleh PLN”.

Punya daftar panjang potensi energi terbarukan seperti di atas, pengelolaannya sangat mungkin terwujud bila didukung dengan kebijakan pemerintah. Johni menyarankan pemerintah di Papua membuat regulasi persentase penggunaan bahan bakar fosil dan penggunaan bahan bakar energi baru terbarukan. Hal itu secara otomatis mendorong penggunaan energi yang ada di daerah.

“Misalnya pembangkit listrik, kita kan 100 persen bahan bakar fosil, itu harus didorong untuk persentasenya, misalnya 5, 10, 20 atau 30 persen subsidi energi untuk listrik bisa dari angin, air, matahari ataupun gasifikasi.”

Penerangan Jalam Umum (PJUsolar cell  di Kota Jayapura

Nantinya, kata Johny, listriknya dikelola oleh pihak swasta atau pemeritah daerah melalui Badan layanan Umum daerah (BUMD) yang nantinya dijual ke PLN dan Pertamina (BUMN). Ini akan menambah pendapatan asli daerah.

“Jadi kita cuma butuh mesin gasifikasi, masyarakatnya kita latih lewat pendampingan universitas, lewat fakultas teknik, sehingga masyarakat mulai berpikir bagaimana memanfaatkan limbah pertanian, kayu, ranting pohon yang mengandung unsur biomassa bisa jadi briket arang, pellet termasuk mesin gasifikasi untuk pembangkit Listrik,” tutupnya. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *