ARSO, FP.COM – Bupati Kabupaten Keerom Piter Gusbager menutup Jambore Kader UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) dan Kader JMD (Juru Malaria Desa) di Kabupaten Keerom yang terlaksana selama tiga hari (19-21 Juni 2023) di Gedung Pramuka dan Lapangan Sepak Bola Swakarsa.
Bupati Gusbager menjelaskan, jambore ini merupakan bentuk aksi nyata menuju target eliminasi malaria Kabupaten Keerom pada 2025, sejalan dengan target Nasional untuk mengeliminasi malaria sepenuhnya pada 2030 di Indonesia.
Kabupaten Keerom sendiri memiliki indeks parasit tahunan atau API (Annual Parasite Incidence) tertinggi di Indonesia yang mencapai 431 per 1000 penduduk.
“Kita tahu Keerom daerah dengan tingkat API-nya cukup tinggi atau insiden malarianya cukup tinggi di Indonesia. Secara nasional, sejak 2016 kita ditetapkan rangking satu (431/1000 penduduk) dan sampai hari ini terus kita galang semua pihak termasuk Perdhaki (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia-red),” ujar Gusbager, Rabu (21/06) di lapangan Swakarsa.
Dalam upaya pengentasan malaria ini, Gusbager mengapresiasi banyak pihak seperti Keuskupan Jayapura, dan PERDHAKI.
“Atas nama pemerintah, saya memberikan apresiasi yang tinggi pada Keuskupan Jayapura dan semua pihak yang telah terlibat dalam kegiatan penanganan malaria. Dari tahun ke tahun, PERDHAKI terus melaksanakan kegiatannya dan hari ini kita lihat ada jambore. Kalau penanganan malaria mendapat dukungan semua pihak seperti yang sekarang mulai dari tingkat pusat sampai daerah dari berbagai stakeholder maka sebagaimana target nasional 2030 itu nol malaria di Indonesia. Maka penting kolaborasi ini,” jelasnya.
Di Papua sendiri menurut Gusbager, Malaria sudah menjadi endemik maka penanganannya juga harus serius. Untuk itu, di waktu yang sama, dilakukan pembacaan pernyataan bersama komitmen percepatan eliminasi malaria di antaranya memperkuat kader malaria kampung, masyarakat beserta mitra potensial dalam upaya percepatan bebas malaria di Tanah Papua tahun 2030. Menurunkan kasus malaria 50 persen dibandingkan tahun 2022 dan 2023, serta mewujudkan eliminasi malaria di semua kampung pada 2025.
“Jadi kehadiran saya di sini selain menutup kegiatan saya juga memberi semangat kepada kader-kader malaria dan memberi dukungan terhadap kegiatan ini bahwa tim ini penting untuk bersama pemerintah menekan angka malaria kalau bisa 2025 sesuai komitmen kita bersama tadi dan sampai dengan 2030 bisa nol di Keerom,” imbuhnya.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada para kader malaria, Bupati Gusbager kemudian menyerahkan 10 unit motor dan uang pembinaan bagi 15 kelompok kader, masing-masing senilai 20 juta rupiah.
“Kader ini sebagai ujung tombak, maka dari pemerintah, kami memfasilitasi mereka dan tadi saya serahkan alat transportasi motor, tandanya saya serius menangani masalah malaria. Dinas Kesehatan saya harapkan melihat kegiatan ini secara baik dan bagaimana mengalokasikan anggaran dan program setiap tahun itu harus ada untuk penanganan malaria. Juga, tadi ada dana pembinaan 20 juta per stand. Ini sebagai bentuk penghargaan bagi kerja-kerja para kader kita,” ujar Gusbager.
Masih kata Gusbager, penanganan malaria tidak hanya bicara soal kelambu tapi banyak instrument pendekatan dan intervensi yang bisa kita lakukan. Dia pun mengajak semua pihak untuk memiliki kesadaran yang tinggi terhadap aksi percepatan eliminasi di Keerom.
“Semua orang harus awereness (memiliki kesadaran-red) dengan malaria, awareness ini penting bahwa malaria masalah untuk kita semua di Papua,” tegasnya. (*)
1 comment