ARSO, FP.COM – Bupati Kabupaten Keerom Piter Gusbager membuka Musyawarah Daerah (Musda) Ke-3 Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Keerom yang digelar di Arso Grande Hotel, Rabu (05/7/2023). Bertajuk “Membangkitkan,Memajukan dan Mencerahkan Keerom”.
Dalam arahannya, Bupati Gusbager mengingatkan pentingnya gotong royong kepada seluruh umat Islam di Keerom. Hal tersebut penting karena saat ini masyarakat dilanda berbagai persoalan pasca pandemi baik persoalan ekonomi, ketidakadilan, sulitnya pendidikan, dan berbagai persoalan hidup lainnya.
“Seluruh umat Islam Kabupaten Keerom secara khusus muhammadiyah mengajarkan sifat saling tolong menolong, gotong royong. Karena di era setelah pandemi belum pulih benar. Kita masih merasakan kesulitan biaya hidup, biaya sekolah anak-anak masih sulit, rasa-rasanya kita ingin putus asa dan ingin tidak lagi berusaha.
Untuk itu hanya dengan cara tolong menolong, gotong royong, saling membantu, kita akan kuat,” ujar Gusbager.
Dia menambahkan, pengurus Muhammadiyah dapat berperan sebagai alat perekat hubungan silaturahmi, memperkokoh dan memperat rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan bagi masyarakat di Kabupaten Keerom.
“Tidak ada organisasi tanpa pemimpin, tapi juga tidak ada pemimpin tanpa organisasi. Pemimpin dan organisasi adalah satu kesatuan, maka saya harapkan Musda ini berjalan lancar dan sukses memilih pemimpin yang akan memimpin Muhammadiyah Keerom dengan sebaik-baiknya. Pemimpin Muhammadiyah yang inklusif, yang terbuka, moderat, toleran dalam kehidupan bermasyarakat di Keerom.”
Dari Musyawarah Daerah bertajuk “membangkitkan, memajukan dan mencerahkan Keerom” ini Bupati berharap dapat meningkatkan peran dalam proses pembangunan, mampu meminimalisir munculnya masalah-masalah perbedaan dan semakin memantapkan ukhuwah islamiyah, sebagai fondasi kerukunan bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Keerom.
“Keerom, satu dari lima wilayah yang amat damai di Provinsi Papua maka itu harus kita jaga. Dengan terciptanya rasa aman damai maka kehidupan itu akan bisa berjalan. Tidak boleh ada oknum atau pihak yang membuat sesuatu karena masalah apapun baik pribadi dan organisasi yang membawa isu kesukuan,keagamaan dan isu apapun menarik itu dan membuat menjadi persoalan di Keerom, itu tidak boleh. Masalah yang kecil itu ditangani sesuai proporsinya. Begitupun sebaliknya.”
“Menjelang tahun politik organisasi keagamaan Islam dituntut menjaga stabilitas, ketertiban umum untuk membawa kebaikan dan kedamaian,” tutup Gusbager. (*)