Cerita di Balik Lensa Dua Fotografer di Ajang Switch Off 2024 Papua

Barce Rumkabu (kiri) dan Gusti Tanati (kanan)

SENTANI, FP.COM – Dua fotografer Papua, Gusti Tanati dan Barce Rumkabu berkolaborasi untuk kedua kalinya dalam pameran foto “Banjir Bandang Sentani”.

Kali ini dalam rangka seremonial Switch Off 2024 yang diselenggarakan Earth Hour Jayapura. Kedua fotografer itu mengikutkan karya-karya foto dan video yang mereka rekam kala peristiwa medio Maret 2019 itu terjadi dan meluluhlantahkan Sentani serta merenggut ratusan nyawa manusia.

Read More
iklan

Ditemui di halaman kantor WWF Papua di pos 7 Sereh Sentani, Sabtu (23/3), Gusti Tanati, mengatakan untuk pameran ini dia mengikusertakan 30 karya foto. Dengan kategori foto jurnalis dan sosial. Keterlibatannya merupakan wujud kepeduliaan bersama teman-teman komunitas membagi cerita melalui visual gambar guna menyadarkan setiap orang tentang pentingnya menjaga lingkungan dan alam. Perisitiwa yang terekam dan dibidik kala itu menjadi saksi bisu dahsyatnya kerusakan yang diakibatkan dari alam yang tak lagi ramah dengan aksi manusia akhir-akhir ini.

“Kami kemarin sempat diskusi dengan teman-teman karena mereka bicara tentang lingkungan terus pas juga peringatan 5 tahun banjir bandang Sentani, akhirnya saya bilang saya harus bergabung. Di liputan banjir bandang waktu itu hanya saya dengan Barce yang punya liputan, jadi kami dua putuskan untuk bergabung di hari ini,” ujar Gusti yang merupakan kontributor foto di kantor pemberitaan Antara Papua.

3 bidikan peristiwa pilu yang tertangkap kamera miliknya diantaranya seperti foto kondisi helikopter milik BNPB yang rusak, proses evakuasi barang dan warga yang mengungsi pasca meluapnya air danau sentani dimana terdapat foto seorang anak yang berenang diantara tumpukan sampah, hingga prosesi pemakaman 20 korban yang dimakamkan tanpa identitas.

2 kali mengikutkan karya fotonya, Gusti berharap dukungan untuk menerbitkan buku foto peristiwa banjir bandang Sentani.

“Saya pengen buat buku foto tentang banjir bandang itu harapan saya dari dua kali ikut pameran foto terkait banjir bandang”, ujar pria berambut panjang ini.

Beda lagi dengan Barce Rumkabu yang mengabadikan rangkaian perisitiwa itu dari serpihan kerusakan di cyclop, evakuasi,pencarian korban, pemakaman jenasah, hingga posko medis perawatan para korban.

Pameran kali ini Barce membawa 15 karyanya yang terdiri dari 10 karya foto menggunakan drone dan 5 karya foto kamera.

“Melalui visual kita menyampaikan sebuah pesan melalui gambar yang tong buat. Jadi orang bisa pahami tentang situasi saat kejadian. Di foto inilah kami bercerita”, ujar pria yang tegabung dalam komunitas Fotografer Kelas Pagi Papua ini.

Dua karya terbaiknya seperti merekam titik lokasi kerusakan di Cyclop dan moment pencarian jenasah di BTN gajah mada oleh tim Basarnas begitu menarik perhatian sejumlah peserta yang hadir.

Sama dengan rekannnya Gusti, Barce juga mengharapkan dukungan agar peristiwa itu dapat dijadikan sebuah video dokumenter dengan dukungan karya video dan foto miliknya.

“Saya ingin ada satu video dokumenter yang dirangkum secara lengkap jadi dengan itu orang bisa menjaga lingkungan lewat situ kitong bisa mengajak aktivitis, para ahli untuk bicara tentang lingkungan dan itu dirangkai dengan semua hasil karya kami ketika kejadian,” pungkas Barce. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *