TIOM, FP.COM – Sebuah fenomena berupa embun beku terjadi di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya pada 1 Juni 2022 yang lalu. Sekalipun cuma berlangsung sehari, cuaca ekstrim ini menciptakan kerusakan besar. Para petani mengalami gagal panen dan ancaman kelaparan pun mengintai.
Tidak hanya itu, hingga saat ini, empat orang dinyatakan telah meninggal dunia, 61 orang dilaporkan terjangkit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), dan Diare. Ada 548 kepala keluarga dinyatakan terdampak bencana ini.
“Dua kampung yang terdampak langsung yaitu Kampung Luarem dan Kampung Yugu Nomba, sedangkan dua kampung ikut terkena dampak itu Kampung Wome dan Tumbubur,” ujar Gurius Tabuni, Sekretaris Dinas Sosial Lanny Jaya saat dihubungi Fokus Papua via telepon seluler Kamis, 04/08/2022.
Bencana itu rupanya terbilang terlambat diketahui pihak pemerintah. Kata Gurius, pihak pemerintah baru mendapat laporan dari masyarakat pada 20 Juli 2022. Laporan itu segera direspons Pejabat Bupati Lanny Jaya Petrus Wakerkwa dengan membentuk tim yang terdiri dari Dinas Sosial, BPMK, BPBD dan Dinas Kesehatan.
Tanggal 21 Juli, tim langsung bergerak menuju distrik Kuyawage untuk mengecek dan mengambil data. “Kembali dari Kuyawage kami melapor kepada bupati, dan bupati langsung respons dengan memberi bantuan tahap pertama berupa beras 9,8 ton,” akunya.
Bantuan susulan datang dari Kementerian Sosial yang disalurkan pada 28 dan 29 Juli, pekan lalu. Kamis kemarin, pemerintah setempat telah mengirim tim medis dengan peralatan dan obat-obatan yang dipimpin langsung Kepala Dinas Kesehatan Lanny Jaya.
“Tim medis terdiri dari dokter dan perawat jumlahnya 11 orang mereka akan tinggal selama dua minggu untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat yang terdampak, nanti ada tim lagi yang ke sana, jadi bergantian,” lanjut Gurius.
Untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh, tim dan logistik diturunkan ke Kuyawage dengan menggunkan pesawat.
“Distrik Kuyawage ini sangat jauh dari Tiom, susah diukur. Jaraknya seperti dari Wamena ke Tiom. Dengan jalan darat juga bisa, pakai mobil dari Tiom, kurang lebih dua jam, itu pun hanya sampai pertengahan jalan, selanjutnya berjalan kaki kurang lebih tujuh jam baru tiba di lokasi bencana,” bebernya.
Sejauh ini tidak ada masyarakat yang mengungsi keluar dari distrik Kuyawage. Warga terdampak hanya menumpang di kampung-kampung terdekat.
Pemerintah terus melakukan rapat dan berkoordinasi bersama TNI, Polri untuk mengantisipasi bencana susulan. Posko bantuan telah didirikan di Tiom dan Wamena. Bupati Lanny Jaya melalui surat keputusan juga telah menetapkan kejadian ini sebagai bencana tanggap darurat dari tanggal 25 Juli sampai dengan tanggal 25 Oktober 2022.
Gurius pun mengharapkan semua pihak termasuk gereja untuk membuka posko bantuan untuk meringankan beban masyarakat di distrik Kuyawage. ”Kejadian ini hanya sehari namun dampaknya berbulan-bulan karena semua tanaman hangus dan membusuk,” pungkasnya.
Menurut data yang diperoleh Fokus Papua, kejadian seperti ini pernah dialami warga Kuyawage pada tujuh tahun silam (2015).
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura pada maret lalu telah memperkirakan potensi cuaca ekstrim terjadi di Lanny jaya yang ditandai dengan masuknya musim kemarau pada Juni tahun ini. Hal ini didasarkan pada perkiraan suhu udara minimum di wilayah Jayawijaya berkisar antara 12 – 15 derajat Celcius yang mana suhu udara di wilayah Lanny Jaya dapat lebih rendah karena perbedaan ketinggian antara Lanny Jaya dan Jayawijaya. (*)