Sekumpulan anak muda Sentani penggemar fotografi yang menamakan diri Pace Kreatif menggagas sebuah event bertajuk Festival Tujuh Kampung berpusat di Tanjung Cinta, kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.
Ide ini muncul setahun silam ketika komunitas Pace Kreatif membuka kelas fotografi. Mereka secara kebetulan mendatangi Tanjung Cinta yang terletak di distrik Waibu, tidak jauh dari lokasi wisata Bukit Tungkuwiri, Doyo lama dan Resto Apung Tomarokai. Mereka ke sana bukan untuk berburu foto, tapi makan siang dan sekadar melepas penat.
“Setelah makan-makan, teman-teman ini foto selfie dan mengambil gambar beberapa bagian dari tempat ini untuk dieksplore lewat sosial media,” kata Ricky Pangkatana, anggota Pace Kreatif sekaligus pemuda asal Waibu, kepada Fokus Papua, Selasa (23/11/21).
Rupanya, foto-foto yang dishare di media sosial itu menarik perhatian banyak netizen.
“Lalu, kami bersama teman-teman Pace Kreatif ini mulai berpikir, apa yang kita bisa buat ke depannya lagi untuk lokasi ini,” ungkap Ricky.
“Tempat ini bagus, distrik Waibu ini punya 7 kampung dan 5 kampung di danau Sentani ini masih alami, belum tersentuh, akhirnya kami berpikir bagaimana kalau kita gagas festival,” lanjutnya.
Namun, mewujudkan niat ini tak gampang, butuh biaya besar. Tapi, jalan selalu terbuka bagi yang mau berusaha. Kebetulan saja, di waktu bersamaan, Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Pusat membuka seleksi program kreatif di seluruh Indonesia.
Tak mau membuang kesempatan, tim pun menyusun proposal berikut rancangan anggaran biaya.
“Kami lolos dengan satu provinsi lainnya, cuma, waktu itu, ada persyaratan yang mereka ajukan untuk dilengkapi, kami terkendala akta notaris dan surat dari Kesbangpol untuk kami punya wadah ini.”
Syarat itu tak terpenuhi, alhasil usulan Pace Kreatif dinyatakan gugur. Kesempatan kedua datang lagi. Kali ini oleh KSBN Provinsi Papua. KSBN Papua tidak mau menyia-nyiakan potensi ini.
“Kami ini kan masuk lewat KSBN Provinsi, dan mereka yang kirim proposal kami ke Pusat, karena dari sana kami gugur dengan kendala yang tadi saya sebutkan, akhirnya KSBN Provinsi melihat ini hal yang baik, sayang kalau tidak dilaksanakan. Jadi KSBN Provinsi ingin melaksanakan ide yang kami gagas ini dengan anggaran KSBN Papua, dan hari ini terjadi, kami sangat berterima kasih sekali,” kata Ricky lagi.
Ia menambahkan, dengan alasan memperluas cakupan, nama festival yang semula Tujuh Kampung diubah menjadi Festival Waibu-Sentani.
***
Festival Waibu-Sentani dibuka perdana pada 23 November 2021. Acara pembukaan dimeriahkan oleh penampilan seni teater dan musik oleh grup seperti The Comens Rasta, Dave Solution dan senior mereka Trio The Legend yang beranggotakan Mechu Imbiri, Sandhy Bethay dan Robby Sawaki. Festival ini dijadwalkan digelar selama lima hari hingga 27 November.
Bupati Jayapura diwakili Asisten II Setda Kabupaten Jayapura Joko Sunaryo menabuh tifa pertanda pembukaan hajatan. Joko mengapresiasi kegiatan ini dan menyampaikan pentingnya pelestarian kebudayaan pada masyarakat Sentani.
Ada sejumlah tawaran menarik dari festival ini, seperti tour keliling danau Sentani dengan dua armada kapal milik Dinas Perhubungan Kabupaten Jayapura, pertunjukan tarian Isoro (menari di atas perahu), permainan tradisional seperti lempar karet, lari sendok kelereng, gici-gici, dam-daman hingga gasing yang dikhususkan bagi anak-anak. Ada pula pameran produk usaha kecil.
Jeni Deda, Kepala Distrik Waibu, kampung dan Ondoafi di wilayah Distrik Waibu bereterima kasih atas gagasan event yang dijadwalkan tahunan ini.
“Terima kasih sekali karena kegiatan ini bisa berlangsung di Waibu, kebetulan tahun depan Bapak Bupati berencana akan membuat festival danau Sentani tapi akan dibagi per wilayah. Jadi ketika kegiatan ini diselenggarakan di distrik Waibu kami menyambut baik karena kakak-kakak dorang sudah buka jalan, sehingga masyarakat nasional yang menyaksikan festival hari ini sudah melihat wajah Kabupaten Jayapura melalui distrik Waibu,” ujar Jeni Deda.
Ketua Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Papua Metusalem Wopari menjelaskan, festival ini dimaksudkan untuk mengangkat budaya tarian isoro (menari di atas perahu) agar dikenal luas. Ia juga memastikan, jalannya festival akan diunggah di kanal Youtube KSBN sebagai promosi bagi wisatawan agar berkunjung ke Papua, khususnya danau Sentani.
“Tanjung Cinta ini indah sekali, cuma banyak orang yang belum tahu, dengan festival ini kami harapkan orang akan menikmati keindahan danau Sentani dari tempat ini,” harapnya.
Setelah masuk kalender tahunan, Wopari menginginkan agar festival ini bisa digelar di kampung lain yang memiliki tempat wisata. Ia berharap dukungan penuh dari pemerintah daerah dan masyarakat serta pemerintah kampung.
“Bapak Bupati sudah respons baik sekali dengan dukungan fasilitas bagi kami hanya kurang dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Kami juga harapkan dukungan dari Bapak-bapak Ondoafi dan kepala kampung, karena yang kita mau angkat ini Bapak-bapak dorang punya wilayah, kami mau sama-sama kita jalan,” tutupnya. (*)