KARUBAGA, FP.COM – Harga bahan bakar minyak (BBM) di wilayah pedalaman Papua yang selangit ibarat cerita klasik yang tak lekang oleh waktu. Akhir dan awal tahun merupakan momen di mana harga BBM mengalami lonjakan.
Seperti hanya yang terjadi di Karubaga, Tolikara, sejak Desember 2021 hingga Januari ini, harga premium (bensin) mencapai Rp50 ribu per liter sementara di kisaran Rp40 ribu per liter. Di pelosoknya, harga premium dan solar lebih gila lagi, hingga Rp100 ribu.
Ditengarai, lonjakan harga ini merupakan imbas dari terhentinya pasokan BBM bersubsidi dari Timika, yang diperparah oleh kurangnya pasokan dari Wamena, Jayawijaya.
Salah satu yang paling mengluhkan kondisi ini adalah para driver ojek. Pendapatan mereka turun drastis akibat sepinya penumpang. Distrik Goyage misalnya, salah satu distrik terdekat berjarak lebih dari 15 kilometer dari kota Karubaga dengan tarif ojek sebelumnya Rp200 ribu naik menjadi Rp400 ribu.
Galih, salah satu warga Karubaga berprofesi sebagai driver ojek pangkalan lebih dari tiga tahun di Tolikara mangaku prihatin dengan kondisi tersebut.
Menurut Galih, sebelumnya harga BBM Rp25 ribu per liter di Karubaga, tapi sejak Desember mencapai Rp50 ribu bahkan sampai Rp100 ribu di daerah pelosok.
“Kami tidak bisa bekerja seperti biasa, karena harga BBM melonjak, tarif pun kita naikkan, jadi bagaimana kami mau antar masyarakat apalagi ke medan yang sulit,” kata Galih.
Lewat organisasinya, Persatuan Abang Ojek Tolikara, Galih dan rekan-rekan meminta perhatian pemerintah pusat.
“Banyak abang ojek enggan mengisi bensin di kendaraan mereka secara penuh karena berharap harga akan turun,” ujar Ketua Abang Ojek Tolikara, Christian Kogoya, Selasa (3/1/22).
“Mahalnya harga BBM ini membuat masyarakat dari kampung sulit ke kota untuk menjual hasil pertanian dan membeli kebutuhan rumah tangga,” lanjut Christian, dilansir dari Pasificpos.com.
“Begitu pun harga kebutuhan pokok secara otomatis naik, imbas kenaikan BBM,” tambahnya. (*)