JAYAPURA,FP.COM – Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia atau Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis Indonesia, yang dipimpin oleh Pdt. Jimmy Sormin, melakukan kunjungan ke Kampung Adat Ayapo dan Kampung Wisata Yoboi di Danau Sentani Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Kamis, 27 Juli 2023.
Kunjungan ke Kampung Adat Ayapo ini disambut tarian dan diterima langsung oleh Ondofolo Heram Ayapo, Enos Deda, Kepala Kampung Adat Ayapo, Lewi Puhili, Ketua Majelis Jemaat GKI Elim Ayapo, para kepala suku dan warga masyarakat di Kampung Ayapo.
Sementara di Kampung Yoboi, disambut oleh pemerintah kampung, pimpinan Gereja setempat, dan juga warga masyarakat. Para pimpinan IRI Indonesia ini juga diajak mengunjungi Hutan Sagu Kampung Yoboi yang sangat ikonik dan menikmati jamuan makan siang bersama di dalam Hutan Sagu Kampung Yoboi.
Turut ikut dalam kunjungan ini diantaranya Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Papua, Pdt. Hiskia Rollo bersama anggota dan Koordinator Yayasan Econusa untuk Region Papua, Mario Sanuddin bersama staf.
Kunjungan IRI Indonesia di dua kampung ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan utama yaitu Lokakarya dan Pencanangan IRI Chapter Papua, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Pegunungan dan Papua Tengah, yang dilaksanakan di salah satu hotel di Kota Jayapura pada Jumat, 28 Juli 2023.
Tujuan kunjungan ini adalah selain untuk bersosialisasi, juga untuk melihat dari dekat dan berdiskusi bersama para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan masyarakat setempat tentang bagaimana praktek-praktek baik yang sudah dilakukan dalam pemanfaatan potensi alam dan pengelolaan lahan sesuai tradisi turun temurun.
Hasil pandangan langsung dan diskusi itu diharapkan dapat memberikan masukan bagi IRI Indonesia sebagai bahan untuk memberikan pandangan terhadap moralitas seluruh anak bangsa untuk bijak dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan tropis di Indonesia.
Melalui releasenya, dijelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (mega biodiversity country) dengan nilai endemisitas yang juga tinggi, yaitu banyak keanekargaman hayati termasuk jenis-jenis satwa yang hanya ditemukan di Indonesia dan tidak dijumpai di negara manapun, dan Pulau Papua bersumbangsih paling besar untuk hal itu.
Tingginya keanekaragaman hayati ini, memberikan nilai sosial, ekonomi dan lingkungan, termasuk sebagai tujuan wisata, serta sumber penghidupan berkelanjutan, dan membantu menjaga keseimbangan iklim dunia untuk kehidupan makhluk bumi.
Upaya-upaya konservasi atau pelestarian lingkungan hidup selama ini lazimnya selalu dilakukan dengan pendekatan saintifik yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang umumnya disampaikan melalui bahasa-bahasa akademik yang seringkali sulit dipahami oleh masyarakat awam.
Untuk itu diperlukan suatu bentuk pesan moral dan pesan sosial lainnya berupa hukum normatif keagamaan yang menyentuh hati. Pendekatan dengan bahasa agama dapat melengkapi pesan rasionalis, sehingga pesan dapat lebih persuasif dan memotivasi masyarakat untuk menjalani kehidupan lebih baik di dunia dan akhirat nanti.
Oleh karenanya akhir-akhir ini para praktisi konservasi dunia mulai menggunakan upaya konservasi dengan pendekatan keyakinan atau berdasarkan keimanan. Interfaith Rainforest Initiative – IRI adalah aliansi internasional lintas agama yang membawa pengaruh moral dan kepemimpinan berbasis agama pada upaya untuk mengakhiri penggundulan hutan tropis.
IRI berfungsi sebagai wadah bagi para pemimpin agama dan komunitas agama untuk bekerja bahu-membahu dengan masyarakat adat, pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha dalam aksi-aksi yang melindungi hutan tropis dan melindungi mereka yang berperan sebagai penjaganya.
IRI memiliki tiga tujuan utama. Pertama, mendidik dan meningkatkan kesadaran tentang krisis penggundulan hutan dan membekali para pemimpin agama dengan pengetahuan, perangkat pendidikan, dan pelatihan yang diperlukan untuk menjadi pendukung efektif untuk perlindungan hutan tropis.
Kedua, menggerakkan aksi berbasis agama dengan menghubungkan para pemimpin agama dengan mitra dari berbagai sektor untuk meningkatkan dampak secara kolektif; dan ketiga, mempengaruhi kebijakan dan mengadvokasi pemerintah dan perusahaan untuk mengadopsi, memenuhi dan memperluas komitmen mereka untuk melindungi hutan tropis dan hak-hak masyarakat adat yang berperan sebagai penjaganya. *)