Jacksen Tiago Ungkap Alasannya Betah di Indonesia

Jacksen Ferreira Tiago/Istimewa

JAYAPURA, FP.COM – Blessing in disguise, berkah dari sebuah bencana. Begitulah kira-kira cerita di balik karir seorang Jacksen Ferreira Tiago. Ia datang ke Indonesia atas sebuah kecelakaan. JFT yang masih berumur 24 tahun ketika itu ditipu oleh seorang agen pemain.

“Dia (agen) bilang saya akan main di Liga Malaysia, namun, sesampainya di Singapura, agen justru mengatakan kalau saya akan main di Indonesia,” ungkap Jacksen lewat siaran langsung di akun Instagram-nya kemarin, Selasa (02/06).

Read More
iklan

Kepalang tanggung, JFT akhirnya menerima nasib, “terdampar” di Indonesia. Tapi ia tak mau larut dalam rasa kecewa dan berkecil hati. Sebaliknya, ia merasa tertantang untuk membuktikan kualitasnya di Indonesia.

Ia kemudian bergabung dengan Petrokimia Putera dan mengantarkan klub itu sebagai runner-up Divisi Utama Liga Indonesia 94/95. Berikutnya, musim 1995/1996, Jacksen yang berposisi sebagai penyerang itu membantu PSM Makassar merebut posisi kedua Divisi Utama Liga Dunhill.

Petualangan JFT masih berlanjut. Musim 1996/1997, ia membawa Persebaya Surabaya merengkuh juara Divisi Utama Liga Kansas 96/97. Musim itu juga, ia menyabet gelar top scorer dengan  koleksi 26 gol. Gelar ini ia lengkapi lagi pada tahun 2004 ketika mengantar Green Force (julukan Persebaya) sebagai penguasa Divisi Utama Liga Indonesia 2004. Kali ini JFT berperan sebagai pelatih. Atas prestasinya bersama Persebaya, ia dijadikan legenda bagi klub asal Jawa Timur itu.

Tapi, Persebaya bukanlah satu-satunya yang merasakan sentuhan dingin JFT. Sebagai pelatih, namanya lebih mentereng di Persipura Jayapura. Ia telah mempersembahkan tiga gelar juara liga bagi Mutiara Hitam sekaligus menempatkan dirinya sebagai pelatih tersukses sepanjang sejarah klub ini.

Tahun ini, terhitung 26 tahun sudah Jacksen berkarir di Indonesia. Jika banyak pemain asing yang kemudian mengubah kewarganegaanya dan menetap di Indonesia, JFT adalah pengecualian. Ia masih tetap setia dengan tanah airnya, Brasil.

Meskipun demikian, ia tak menampik, kalau ia sangat betah berada di Indonesia. Baginya, Indonesia adalah negara keduanya.

“Masyarakat di sini (Indonesia) sangat baik menyambut orang-orang baru seperti saya. Jadi, sulit untuk tidak jatuh cinta juga pada mereka,” lanjutnya.

Bicara tentang cinta, hati JFT pun tertambat pada seorang wanita Indonesia, Nadira. Dari perkawinan itu, mereka dikaruniai dua orang putera bernama Hugo Samir Tiago dan Diego Samir Tiago. (Ray)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *