JAYAPURA, FP.COM – Mewujudkan listrik desa, bagian dari Program Papua Terang, PLN terus berkomitmen melistriki kampung-kampung terpencil di Papua. Salah satunya dengan memanfaatkan potensi sungai di Kwaedamban, Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Sayangnya, beberapa waktu lalu mesin pembangkit listrik pico hydro yang telah dibangun di kampung tersebut mengalami kerusakan setelah diterjang banjir pada akhir Januari lalu.
Padahal, untuk memperbaikinya, tak mudah menjangkau lokasi ini. Tim dari Unit Layanan Pelanggan Sentani PLN UP3 Jayapura kesulitan mencari moda trasportasi udara menyusul merebaknya isu virus Corona di Papua. Pilihan terbaik adalah menggunakan pesawat jenis twin otter, lalu dilanjutkan berjalan kaki sejauh 16 km yang memakan waktu kurang lebih delapan (8) jam, melewati ragam rintangan seperti menuruni jurang terjal, mendaki bukit, hingga jalan setapak yang licin.
Sesampainya di kampung Kwaedamban, tak membuang waktu, perbaikan mesin dimulai, sejak tanggal 28 Februari dan rampung pada 10 Maret.
Belajar dari pengalaman, dibantu warga kampung, tim kemudian membangun bendungan, intake, penstock dan bronjong penahan arus air, mengurangi risiko kerusakan mesin dari tekanan air.
Kini mesin berkapasitas 1 kW tersebut sudah kembali beroperasi. Lewat bentangan sambungan JTR (Jaringan Tegangan Rendah) sepanjang 3.65 kms, listrik desa telah dinikmati oleh 22 pelanggan, 24 jam sehari. Token listrik juga mudah diperoleh, penjualannya dipusatkan di salah satu rumah yang juga pusat pelayanan kesehatan kampung tersebut.
Kepala Kampung Kwaedamban, Menyes Napyal mengapresiasi dan menyambut baik tim PLN yang terdiri dari Marshall V Supit, Rohmat Riyanto dan Hendri Yahya Mosipate yang membantu perbaikan pembangkit listrik pico hydro.
“Puji Tuhan, tantangan medan yang berat serta cuaca yang tidak menentu mulai dari pendistribusian material jaringan listrik hingga selesainya pekerjaan pembangunan pembangkit dapat selesai tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan dukungan Kepala Kampung serta masyarakat setempat yang bahu-membahu sehingga pembangunan ini dapat berjalan dengan lancar,” ujar Hendri Mosipate, salah satu anggota Tim PLN.
Lukius Bamu, tokoh agama Kampung Kwaedamban, mengatakan, dengan beroperasinya mesin pembangkit listrik dapat memudahkan kehidupan warga yang mayoritas petani.
“Mereka bisa kembali ke rumah beraktifitas, belajar dan beribadah dalam suasana terang,” bebernya.
Ia berharap, ke depan, listrik berdampak terhadap taraf hidup masyarakat, baik dari ekonomi juga peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Tuhan memberkati PLN,” tambah Lukius.
Di sela sosialisasi tentang kelistrikan, Koordinator tim PLN, Marshall V. Supit, berharap, masyarakat kampung Kwaedamban mampu menjaga kelestarian alam agar tidak lagi terjadi peristiwa seperti banjir. FPKontr1