Selain tersohor karena keindahan alamnya, Papua juga menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai. Salah satu yang mendunia adalah tas unik yang punya nama umum noken.
Noken punya nama di masing-masing suku. Di sini, kita hendak mengenal noken asal Gresi, Kabupaten Jayapura yang disebut Kba Sni.
Nun jauh di lembah Grime, tepatnya kampung Hyansip,kerajinan menganyam Kba Sni masih tetap lestari.
Seperti layaknya noken lain, Kba sni juga terbuat dari anyaman serat kulit kayu.
Bagi masyarakat Gresi, Kba Sni bukan sekadar tas biasa. Ia melambangkan identitas, nilai-nilai budaya, dan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.
Medio Februari 2024 Mama Aksamina, salah satu perajin menjelaskan filosofi Kba Sni. Di kalangan masyarakat Gresi, noken disebut “Kba”, dan ketika terbuat dari kulit kayu asli, disebut “Kba Sni” (Noken asli).
Ada juga Kba kwok noken yang berukuran kecil dan biasa digunakan oleh mama-mama untuk mengambil sayur dan bahan makanan dalam jumlah kecil.
Walimo Kba atau noken besar, biasa digunakan untuk mengisi hasil-hasil kebun dalam jumlah banyak. Atau biasa digunakan untuk mengisi kayu bakar.
Kba Sni memiliki makna yang mendalam, sebagai simbol kehidupan seperti seorang mama yang mengasuh dan melindungi anaknya. Selain itu tas ini juga merupakan simbol kebersamaan. Sementara, rajutan talinya melambangkan kebersamaan dan saling mendukung antar sesama. Lagi, Kba Sni juga berarti perdamaian dan harmoni dalam kehidupan masyarakat.
Untuk membuat Kba Sni, masyarakat Gresi menggunakan bahan baku kulit pohon Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) yang tumbuh di kebun dan pekarangan rumah mereka. Kulit pohon ini dalam bahasa Gresi disebut “Dalom Suk”.
Setelah dipanen, Dalom Suk dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari. Kemudian, kulit kayu dipisahkan dari arinya dan dihaluskan menggunakan peniti. Serat kayu yang halus kemudian dipilin menjadi benang di paha.
Proses selanjutnya adalah merajut tali Kba Sni. Mama Aksamina dan kelompoknya yang terdiri dari
Margaretha Yansip, Mama Siana Kay, dan Mama Mariana Udam menggunakan pewarna alami seperti buah merah (Bixa Orellana) atau kesumba keling untuk memberi warna pada Kba Sni.
Selama tiga tahun terakhir, Mama Aksamina dan rekan-rekannya memanfaatkan media sosial dan bekerja sama dengan Dinas Koperasi UMKM Kabupaten Jayapura untuk memasarkan Kba Sni ke luar daerah. Harga Kba Sni bervariasi, mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 500.000.
Permenas Samon, seorang pegiat literasi Rumah Baca Tabswei, membantu kelompok Kba Sni dalam hal komunikasi dan pemasaran. Dia juga mendukung upaya pelestarian budaya menoken dengan mendorong penggunaan Kba Sni di sekolah-sekolah.
Pada tahun 2023, Permenas mengusulkan agar Kba Sni digunakan untuk anak sekolah dengan ukuran buku tulis dijual dengan harga Rp 120.000.
Sebagian dari keuntungan penjualan disumbangkan ke sekolah untuk membantu kebutuhan peserta didik.
Permenas juga siap menjadi instruktur pelatihan menganyam Kba Sni bagi para pelajar dan mahasiswa. Dia ingin memastikan budaya menoken tetap lestari dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. (Ai)