ARSO, FP.COM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua menggelar kegiatan GNPIP (Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan) Papua bertajuk sinergi dan inovasi ketahanan pangan yang digelar di Arsopura, Distrik Skanto Keerom, Senin (24/7). Selain pejabat setempat dan provinsi, kegiatan ini juga dihadiri kelompok tani dari Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke dan tuan rumah Keerom.
GNPIP merupakan salah satu upaya yang dilakukan BI untuk menjaga inflasi yaitu memastikan harga tetap terjangkau, menguntungkan petani dan juga masyarakat selaku konsumen. Ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Republik Indonesia pada saat Rakornas (Rapat Koordinasi Nasional) Pengendalian Inflasi tahun 2022 yang lalu.
Kepala Perwakilan BI Papua Juli Budi Winantya menjelaskan, meskipun tingkat inflasi di Papua (2,87 persen) berada di bawah nasional (3,52 persen), namun data neraca pangan ketergantungan pasokan komoditi hortikultura masih didominasi dari luar Papua sehingga gerakan ini diwujudkan sebagai komitmen untuk terus melanjutkan semangat pengendalian inflasi di Provinsi Papua.
“Inflasi pada periode ini disumbang oleh kelompok transportasi (angkutan udara) dan makanan-minuman. Jadi, kelompok makanan ini masih merupakan salah satu penyumbang inflasi di semua daerah, tidak hanya di Papua dan Kota Jayapura. Pasokan bahan pangan masih dari luar wilayah sehingga dinamika harga itu sangat ditentukan oleh hal tersebut.”
“Jadi, sebagai gambaran, data neraca pangan menunjukkan bahwa pasokan beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah, bawang putih, cabe rawit ini masih menjadi penyumbang utama inflasi dalam beberapa periode terakhir, karena masih bergantung sebagian besar dari luar Provinsi Papua,” ujar Juli.
Budi mendaku, di Provinsi Papua, selama tahun 2023, berbagai upaya telah dilakukan pihak BI dalam rangka pengendalian inflasi pangan seperti operasi pasar murah sebanyak 22 kali, kerja sama antardaerah, salah satunya yang terjalin antara Pemkot Jayapura dan Pemda Keerom.
Secara khusus, dalam rangka peningkatan produktivitas komoditas kunci inflasi baik itu cabe dan bawang merah di Provinsi Papua, BI dan instansi terkait menurut Juli telah melakukan pendampingan kepada kelompok petani di Jayapura, juga di Keerom melalui pemberian bibit, peralatan dan mesin pertanian (Alsintan) serta peningkatan kapasitas SDM pertanian.
Pengembangan dan peningkatan kapasitas petani dalam hal penerapan digital farming yaitu memanfaatkan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi. Secara khusus, di Arsopura, Arso 4 pada kelompok tani Arpat Jaya yang bergerak untuk komoditas bawang merah BI mambantu alat sensor cuaca dan jinawi untuk mengukur ph tanah.
Pemerintah Kabupaten Keerom sendiri menyatakan dukungannya terhadap GNPIP. Dukungan tersebut disampaikan Bupati Piter Gusbager dalam sambutannya yang dibacakan Asisten II Bidang Perekonomian Setda Kabupaten Keerom Edi Buntan.
Gusbager menulis, sejak dilantik medio Maret 2021, dirinya memprioritaskan pemulihan ekonomi masyarakat di antaranya pemberian bantuan modal usaha bagi pelaku UMKM, pembentukan koperasi gratis, pemberian bantuan modal bagi koperasi, pemberian bibit-bibit pertanian, benih ikan, bantuan ternak sapi dan babi, dan kegiatan lain yang merangsang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Keerom.
Gusbager melanjutkan, dengan potensi pertanian yang menjanjikan, dirinya telah berinvestasi untuk program budi daya jagung seluas 3.000 hektar yang merupakan program strategis untuk meningkatkan ekonomi petani asli Papua melalui komoditas Jagung.
“Produk unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Keerom selain jagung, terdapat komoditas lain seperti, sayur, cabe, bawang, peternakan, perkebunan sawit, masohi, vanili juga menjadi prioritas saya dalam APBD tahun 2023, karena sebagian besar masyarakat saya 80 persen adalah petani,” kata Gusbager mengakhiri tulisannya.
Masih di tempat yang sama, Plt Sekda Derek Hegemur, mewakili Gubernur Papua, mengingatkan tentang pentingnya kolaborasi untuk perluasan pasar dan menjaga kontinuitas pasokan bagi para petani.
“Hal tersebut dilakukan untuk menjaga rantai pasokan di Provinsi Papua untuk komoditas penyumbang inflasi tetap terpenuhi,” sebut Hegemur.
Di akhir kegiatan, semua pihak yang hadir turun ke lahan pertanian untuk melakukan penanaman bawang bersama. Aksi tanam bawang ini dimaknai sebagai simbol GNPIP tahun 2023. Sesudahnya, pihak BI menyerahkan bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) kepada tujuh kelompok usaha tani, nelayan dan koperasi dari empat daerah: Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Merauke dan tentunya sang tuan rumah.
Indra Widianto, salah seorang petani bawang dari Kelompok Tani Arpat Jaya, Arsopura, mengaku sangat gembira dengan bantuan dari pihak Bank Indonesia ini. Dengan kedua alat ini, sensor cuaca dan jinawi, dia dan kawan-kawan akan terbantu dalam mengukur kadar pH tanah dan juga menekan biaya pupuk.
“Dengan adanya digital farming ini kita bisa sedikit mengurangi cost terhadap pupuk. Kami juga terbantu dengan alat sensor cuaca untuk tahu kapan panen, penyemprotan atau pemupukan,” kata Indra. (*)