Lomba Tari Kreasi di Keerom Sukses Pukau Penonton

Salah satu peserta tari kreasi nusantara pada perlombaan yang digelar Selasa (15/8)

SWAKARSA, FP .COM – Lomba tari kreasi Nusantara menjadi ajang pamungkas dari rangkaian kemeriahan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 di kabupaten Keerom. Lomba ini dibuka oleh Wakil Bupati Wahfir Kosasih di lapangan sepak bola Swakarsa, Selasa, (15/8).

Dalam arahan singkatnya, Wabup Kosasih mengungkapkan rasa bangganya bersama Bupati Kabupaten Keerom untuk perlombaan ini. Wabup berujar, lomba ini sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme dan rasa cinta serta menghargai keberagaman budaya kepada anak-anak, remaja dan generasi muda.
“Tari kreasi Nusantara menampilkan sejumlah kebudayaan yang beragam dari seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke,” ungkapnya.

Read More
iklan

“Dengan ilmu, hidup kita akan lebih mudah, dengan agama akan lebih terarah, dan dengan seni hidup akan lebih indah,” lanjut Kosasih berfilosofi.

Kreasi budaya yang beragam ini menurutnya adalah bukti bahwa Kabupaten Keerom pantas disebut miniatur Indonesia.
“Lebih dari itu, kelak, saya bangga kalau adik-adik tidak kehilangan jati diri di tengah-tengah arus globalisasi sebagai kenyataan yang tak terbantahkan,” tambah Kosasih.

Dalam lomba ini, panitia menghadirkan dewan juri yang merupakan seniman kenamaan Papua, yaitu Theo Yepese, Jerri Zeth Nendissa, Nofi Bonay, dan Jack Rumansara. Para peserta terdiri atas pelajar dan pegiat seni tari dari berbagai sanggar di Keerom. Masing-masing menampilkan dua jenis tarian dalam durasi lima hingga sembilan menit.

Ada empat aspek yang dinilai yakni wiraga (kemampuan gerak), wirama (kemampuan mengikuti irama sebagai iringan gerak), wirasa (kemampuan mengungkapkan ekspresi dan penghayatan atau penjiwaan). Aspek terakhir adalah penampilan yang meliputi artistik, keindahan, keunikan, inovasi, tata rias, busana, dan kepadatan durasi.

Wonderland Indonesia, sebuah tarian yang menjelaskan ragam suku di Indonesia menjadi tarian wajib. Tarian ini dipertunjukkan secara berkelompok oleh enam sampai 15 penari.

Selain tarian wajib, peserta juga menampilkan tarian kreasi daerah bertemakan alam Papua sebagai sumber kehidupan. Ada yang menceritakan kehidupan masyarakat sebagai peramu, dan kehidupan nomaden (berpindah tempat), menyatu dengan alam. Ada pula yang menggambarkan alam yang telah rusak.

Pertunjukan seni ini sukses memukau ratusan penonton yang memadati lapangan Swakarsa. Acara kemudian ditutup dengan lomba tari Yospan Jalan. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *