Pelesiran ke Jayapura, Papua, rasanya pulang kurang afdol tanpa buah tangan. Ada banyak pilihan, mulai dari noken, ukiran kayu dengan ragam motif, hingga aneka kuliner berbahan sagu dan ikan asar.
Tentu saja daftar di atas cukup lumrah dan dapat ditemui di banyak tempat. Bila Anda punya sedikit waktu dan menginginkan lebih banyak pilihan, silakan mampir di Galeri Kreatif Kehutanan yang terletak di jalan poros Sentani-Abepura, Kota Jayapura.
Galeri ole-ole khas Papua yang baru dibuka pada Agustus 2021 ini menawarkan banyak pilihan. Terdapat sekitar 150 produk HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) yang terdiri dari olahan makanan dan minuman, obat-obatan, aksesoris dan ecoprint.
Ditemui Fokus Papua pada tengahan Mei ini, Yani Alfons, Manager Galeri Kreatif Kehutanan, mengungkapkan, dua produk primadona yang mereka miliki adalah madu Wamena dan minyak kayu putih dari Biak Numfor. Meskipun begitu, semua produk relatif laris terjual. Yang terbaru, mereka memproduksi camilan stik sagu dengan varian rasa lokal.
“Di sini kami punya fasilitas produksi di lantai dua. Produk kami yang terbaru yaitu stik sagu dengan varian seperti petatas ungu, bête, tuna, ini karena kami lihat begitu melimpah di Jayapura, kenapa kita tidak manfaatkan itu. Kita berharap, dengan kami menyiapkan variasi produk begini, kami bisa mengambil bahan baku langsung dari masyarakat sehingga masyarakat bisa tertolong.”
Semua produk di galeri ini merupakan hasil kerajinan dari kelompok binaan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) dan CDK (Cabang Dinas Kehutanan), seperti mama-mama, hingga pengrajin noken dari suku terpencil seperti Koroway.
“Di sini kami juga punya noken dari suku Koroway dari Mama Papua di sana, ada mama-mama yang kerja langsung, salah satunya Mama Dortea dan beberapa mama lagi yang tergabung dalam kelompok, itu kita tampung. Biasanya, untuk yang produk dari jauh begini kami langsung bayar. Selain itu, kami juga menjual hasil kerajinan tangan mahasiswa Asmat yang kuliah di Jayapura, mereka buat jam dinding yang ukirannya sangat bagus. Lalu ada juga tifa asli dari mahasiswa ISBI (Institut Seni Budaya di Tanah Papua-red),” beber Yani.
Sesuai namanya, galeri yang dikelola oleh Koperasi Serba Usaha Rimbawan Papua memang berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Papua yang dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Tentu, ini berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dinas tersebut dalam mengupayakan perlindungan, pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.
“Kehadiran kami untuk untuk mengangkat kearifan lokal Papua dalam bentuk produk hasil hutan bukan kayu. Kita berharap mengoptimalkan pengolahan hasil hutan bukan kayu sehingga apa yang kita harapkan, hutan lestari, masyarakat sejahtera, itu dapat terwujud. Walaupun kontribusinya masih kecil, namun kita bisa memberikan secercah terang bagi masyarakat bahwa kita bisa menjaga hutan Papua tanpa merusak hutan,” ujar Yani
“Masyarakat kita ini sudah sangat mampu membuat produk-produk berkualitas,” sambungnya.
Demi itu, ia mengharapkan intervensi dari legislatif (DPRP) dalam bentuk payung hukum bagi produk-produk asli Papua agar dapat dipasarkan di supermarket yang beroperasi di Tanah Papua.
“Jadi, jangan kita berharap (produk-red) dari luar saja membanjiri Kota Jayapura dan Papua, tapi mari buktikan bahwa Papua juga punya produk bagus. Perizinan dan kemasan tidak kalah dengan produk dari luar, dan dari segi kesehatan kami jamin karena di sini kami rutin dikunjungi BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan).”
Masih kata Yani, dengan membeli produk-produk ini, kita sudah turut andil menjaga hutan tetap lestari dan membantu perekonomian masyarakat adat di dalam dan sekitar kawasan hutan.
“Mari bersama, kita jaga hutan Papua tetap lestari dengan memajukan ekonomi petani lokal,” tutupnya. (*)