Membumikan Kendaraan Listrik di Negeri Tapal Batas

Sekda Keerom Trisiswanda Indra (kanan) saat menerima kunci dari Bupati Keerom, Piter Gusbager.

KEEROM, FP.COM – Boleh jadi, Trisiswanda Indra orang paling beruntung di Keerom kemarin. Pasalnya, pria yang sehari-hari bertugas sebagai sekretaris daerah tersebut didaulat sebagai pengguna mobil listrik pertama di lingkungan pemerintah daerah setempat. Trisiswanda akan menggunakan mobil baru itu sebagai kendaraan dinasnya.

Mobil listrik itu diterima Trisiswanda dari Bupati Keerom Piter Gusbager dalam sebuah acara resmi yang digelar di halaman kantor bupati, jalan poros Arso Kota, Rabu (8/11/23). Di momen itu, Bupati Gusbager menjelaskan bila penggunaan kendaraan listrik mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022.
Inpres tersebut berisi langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas pokok, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan percepatan pelaksanaan program penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (battery electric vehicle) sebagai kendaraan dinas operasional dan/atau kendaraan perorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintahan daerah menggantikan kendaraan dinas operasional dan/atau kendaraan perorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintahan daerah saat ini.

Read More
iklan

Menurutnya, pengadaan mobil listrik ini untuk penghematan anggaran yang jika dikalkulasi hampir 50 persen dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak, baik diesel maupun bensin. Sekalipun harga unitnya (kendaraan listrik) relatif lebih mahal, namun penghematan bisa diperoleh dari biaya pengisian baterai dan biaya pemeliharaannya. Selain berhemat, keuntungan lain yang didapat yaitu rendahnya polusi atau lebih ramah lingkungan.

Lebih detail, Sekda Trisiswanda menambahkan, dengan rata-rata lima belas juta rupiah per bulan, dalam setahun kendaraan konvensional bisa menghabiskan biaya perawatan sebesar 200 juta rupiah.

“Dengan adanya mobil listrik tersebut, tentu di tahun 2024 akan sangat menghemat belanja operasional karena hanya membutuhkan uang cas listrik dan voucher pulsa, memang harga mobil listrik mahal tapi dari segi biaya operasional kecil dan pajaknya nol persen,” kata Trisiswanda.

Marthen Luther Horota

Secara umum, pemakaian kendaraan listrik di Negeri Tapal Batas, julukan Keerom, sudah ada sejak lama. Jamak masyarakat di sana yang telah beralih ke motor listrik untuk moda transportasi. Meskipun hal ini diapresiasi Bupati Gusbager, namun ia juga realistis dengan kondisi wilayahnya. Maka itu, ia mengingatkan masyarakat menyesuaikan dan memerhatikan hal tersebut sebelum mengambil keputusan.

“Kita secara bertahap menggunakan kendaraan listrik sesuai kondisi dan medan,” imbaunya.

Pantauan Fokus Papua, pengguna lendaraan Listrik jenis motor jamak ditemui di jalanan Arso, ibukota Keerom. Salah satunya, Marthen Luther Horota. Marthen mengaku sudah tujuh bulan menggunakan motor listrik.
Ia sendiri menetap di Wambes yang berjarak kurang lebih 50 kilometer dari kota Arso. Dengan motor ini, ia mendaku bisa menghemat biaya bahan bakar jika dibandingkan dengan motor berbahan bakar minyak yang ia miliki sebelumnya.


Dengan kendaraan berbahan bakar minyak, Marthen yang sedang berbelanja kebutuhan pokok di Arso ini setidaknya menghabiskan 15 ribu rupiah dari tempat tinggalnya ke kota. Itu pun dia harus bersusah payah mendapatkan bensin karena ketiadaan SPBU bahkan penjual eceran di kampungnya.
Kini, ia cukup mengisi ulang batrei motornya memanfaatkan Listrik rumahnya selama sepuluh jam. Ia juga merasa tak mengalami kenaikan tagihan Listrik setelah memiliki kuda besi baru tersebut. Demikian pula saat pengisian ulang baterei, ia tak perlu kuatir limit listriknya jatuh, padahal dayanya cuma 450 Watt.
“Daya di rumah 450 Watt, tapi limit tidak turun, itu yang bapak senang, bapak cuma bayar pembelian pulsa listrik saja,” akunya. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *