JAYAPURA, FP.COM – Sebanyak 60 siswa SMA Negeri 5 Angkasa Kota Jayapura mendatangi sanggar batik Phokouw Faa di Kampwolker, Waena, Kota Jayapura, Jumat 19 Agustus 2022. Kedatangan mereka ini dikemas dalam sebuah kegiatan bertajuk Study Visit.
“Study Visit” ini merupakan bagian dari bentuk pengenalan kewirausahaan kepada peserta didik sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka memberikan sarana kepada peserta didik untuk mengenali jati dirinya dan tak melulu soal buku dan teori. Kurikulum ini diharapkan bisa mencetak para wirausahawan.
“Kami salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum sekolah penggerak. Sehingga kami mengikuti program-program yang ada di kurikulum Merdeka atau sekolah penggerak. Salah satunya adalah pembuatan projek profil pelajar Pancasila,” ujar Jill Lahallo, guru pendamping.
“Kami datang kesini memenuhi salah satu tema dari profil pelajar pancasila yaitu kewirausahaan. Kami melihat bahwa budaya Papua yang bisa bernilai untuk menjadi nilai jual dan peluang bisnis salah satunya adalah batik Papua,” sambung Jill.
Para siswa tampak begitu antusias mengikuti kegiatan, apalagi, mereka disambut dengan ramah oleh Blandina Ongge, sang pemilik sanggar. Di sanggar batik Phokouw Faa, ada pula lima siswi dari SMKN 5 Jayapura yang tengah magang dan dibimbing oleh Mama Blandina dan empat orang pekerja tetap.
Oleh Mama Blandina, peserta kegiatan dibagi dalam empat kelompok, yakni kelompok desain, batik tulis, batik cap dan kelompok yang mempelajari tentang proses melorot kain batik hingga siap dipasarkan. Meskipun telah dibagi kelompok, masing-masing dari mereka tetap saja penasaran mencoba pekerjaaan kelompok lain.
Salah satu siswi, Novalia Ruth Werbabkay, kepada Fokus Papua, mengaku sangat senang dapat mempelajari proses membatik secara langsung di Kota Jayapura.
“Saya sangat senang karena dapat banyak pelajaran membatik di sini, yang tadinya kami tidak tahu seperti apa orang membatik, sangat menarik. Dan kami juga baru tahu kalau di Jayapura ada sanggar yang memproduksi batik sendiri, kami tidak perlu jauh-jauh belajar,” akunya.
Jill Lahallo menambahkan, selain memenuhi salah satu dari profil pelajar Pancasila, ia mengharapkan para peserta didiknya kelak dapat melihat peluang dari kearifan lokal yang berada di tempat mereka menjadi sesuatu yang bernilai jual dan ke depannya dapat berguna bagi para siswa-siswi.
“Dan kami menganggap sanggar Phokouw Faa milik Mama Blandina ini bisa memberikan motivasi kepada kami, khususnya anak-anak, untuk mengenal budaya Papua, mempelajari budaya lewat batik ini. Pada akhirnya, kami mengharapkan anak-anak ini bisa melihat peluang bisnis yang mereka bisa dapatkan dari pembuatan batik Papua,” jelasnya.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, rencananya, pihak SMA Negeri 5 Jayapura akan bekerja sama dengan pihak sanggar, dengan mengontrak salah seorang tenaga kerjanya untuk mengajar para siswa dalam hal membatik.
“Kami bersyukur, mama menerima kami dengan baik bersama dengan anak-anak beliau, dan puji Tuhan kami bisa memakai salah satu dari anak binaan Mama Blandina yaitu Kaka Isak Osbabor yang akan mengajar anak-anak membatik. Saya sangat berharap juga akan bisa membantu Mama Blandina memasarkan produk-produk beliau bersamaan dengan anak-anak melakukan kewirausahaan mereka pada bulan November nanti,” tambah Jill.
Mama Blandina Ongge sendiri merasa bangga dan terharu atas kehadiran siswa-siswi SMAN 5 Jayapura ke tempatnya. Sekali pun ia telah menjadi guru batik di salah satu sekolah kejuruan, namun baru kali ini sanggarnya dikunjungi oleh puluhan siswa.
“Saya juga berterima kasih karena pihak sekolah mempercayakan anak-anak saya di sanggar batik Phokouw Faa ini untuk mengajar anak-anak siswa-siswi di SMA Negeri 5 Jayapura,” katanya.
“Saya harapkan kepada dinas Pendidikan baik provinsi dan kabupaten/kota agar dapat menumbuh kembangkan batik ini agar anak-anak Papua semakin dekat dan mengenal motif-motif Papua yang ada di daerah masing-masing,” tutupnya. (*)