Merajut Mimpi di Tengah Alam Papua: Kopi Amungme Gold dan Masa Depannya

Liaison Officer (LO) Program Pengembangan UMKM PTFI, John Murib (Kiri) dan isak Jawame generasi kedua petani kopi Amungme Gold.

Isak Jawame, seorang pemuda Amungme dengan senyum lebar, sibuk meracik secangkir kopi signature di booth Freeport Indonesia pada Festival Noken 2-4 Desember 2023 lalu di pelataran Papua Youth Creative Hub (PYCH).

Wajahnya berseri-seri saat menjelaskan proses pembuatan kopi Amungme Gold kepada pengunjung yang penasaran. “Dulu, saya tidak pernah berpikir kopi bisa mengubah hidup saya sebegini drastis,” ujarnya.

Read More
iklan

Isak adalah salah satu dari ratusan petani kopi di Kabupaten Mimika yang telah merasakan manfaat dari program pemberdayaan yang digagas oleh PT Freeport Indonesia.

Isak Jawame

Di sampingnya, John Murib, Liaison Officer Program Pengembangan UMKM PTFI, tampak sibuk melayani pelanggan dan menjelaskan keunggulan kopi Amungme Gold. “Festival Noken ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi kami untuk memperkenalkan kopi Amungme Gold kepada masyarakat luas,” ujar John. “Kami ingin menunjukkan bahwa kopi lokal kita tidak kalah kualitasnya dengan kopi-kopi terkenal lainnya.”

Jika dihitung-hitung, pendampingan Freeport untuk petani kopi sudah berjalan lebih dari 20 tahun, dimulai sejak 1998. Menurut John Murib, perusahaan memiliki visi ke depan untuk keberlanjutan masyarakat di sekitar wilayah operasional PTFI. Setidaknya, ketika tambang habis, masyarakat masih memiliki sumber daya alam nontambang yang sudah dikelola secara terorganisir dengan pasar yang luas.

Dalam program itu Freeport turut andil dalam budidaya hingga pengembangan kopi sebagai produk unggulan masyarakat Amungme. Lewat hilirisasi, pada tengahan 2022, Amungme Gold itu telah resmi memiliki galeri sendiri. Galeri bernama Rumah Kopi Amungme Gold itu didesain serupa cafe kekinian dan sekarang cukup digandrungi kawula muda di Mimika. Selain itu, galeri juga difungsikan sebagai kantor, rumah produksi dan pemasaran.

Hingga kini, anggota koperasi Amungme Gold berjumlah 141 orang dengan partisipasi aktif sekitar 76 petani yang berasal dari kampung Hoeya, Tsinga, Arwanop dan Banti/Waa yang berada di kaki gunung Nemangkawi. Jenis kopi yang dihasilkan adalah arabica organik. Anggota koperasi tak hanya memperoleh keuntungan dari penjualan ke koperasi tetapi juga sisa hasil usaha (SHU).
“Tahun 2022, kita bagi SHU sekitar Rp 185 juta dari hasil bisnis rumah kopi,” ujar John Murib, Senin (4/12/23).

“Mereka hasilkan green beans langsung kita serap, kita bantu packing, kita bantu jual, kita create kafenya untuk dijual sendiri. Ini sudah dikelola secara mandiri jadi kami hanya mengawasi saja,” lanjutnya.

Menurut John, per kilo green beans kopi dihargai Rp 120 ribu. Sedangkan, dalam bentuk buah hitam (gabah) per kilonya dihargai Rp 100 ribu.

Freeport Indonesia juga mendukung peningkatan produksi dengan pengadaan alat roasting berkapasitas 50 ton. Dalam sehari, rumah kopi bisa meroasting satu ton biji kopi. Target ke depan, koperasi bisa menyerap 2000-3000 kilo per bulan.

“Itu pasti bukan kopi dari daerah Timika saja tapi juga daerah sekitar. Tantangan itu di transportasi, tapi semakin ke sini semakin baik karena pemerintah daerah juga dukung. Ini kan arabica, ke depan kita akan kembangkan yang jenis robusta,” tambah John.

Program pemberdayaan petani kopi Amungme oleh PT Freeport Indonesia telah membuktikan bahwa investasi pada sektor pertanian dapat menjadi pondasi yang kuat untuk membangun masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat Papua. (AiWr)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *