JAYAPURA, FP.COM – Ekonomi Papua selama triwulan III tahun 2020 jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2019 mengalami kontraksi minus 2,61 persen meski dengan tambang dan penggalian.
“Hal ini disebabkan 12 dari 17 lapangan usaha pada triwulan III tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2019,” kata Adriana Helena Robaha, Kepala BPS Papua, Kamis (5/11/2020).
Kategori yang mengalami kontraksi terdalam adalah transportasi dan pergudangan dengan pertumbuhan minus 43,29 persen, disusul lapangan usaha penyedia akomodasi dan makan minum minus 22,40 persen.
“Serta lapangan usaha jasa perusahaan mengalami kontraksi minus 9,48 persen,” jelas Adriana.
Kontraksi pada sebagian besar lapangan usaha tersebut salah satunya disebabkan adanya penerapan pembatasan sosial sebagai upaya penanggulangan pandemi Covid-19 sejak akhir triwulan I tahun 2020.
“Hal tersebut berdampak pada dibatasinya aktivitas jasa transportasi dan jam operasional berbagai aktivitas prekonomian lainnya,” tandasnya.
Meskipun sebagian besar lapangan usaha mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19, terdapat 5 lapangan usaha yang mampu merespon situasi yang terjadi dengan tumbuh positif.
“Lima lapangan usaha tersebut adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial 2,98 persen, informasi dan komunikasi 2,87 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib 2,08 persen, pertambangan dan penggalian 0,36 persen, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang tumbuh 0,06 persen,” jelas Adriana.
Dia menambahkan bahwa meski mengalami kontraksi pertumbuhan dibandingkan triwulan III tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Papua tetap positif pada triwulan III tahun 2020 dibandingkan triwulan II tahun yang sama.
Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan III tahun 2020 sebesar 6,09 persen. Naiknya angka pertumbuhan ekonomi tersebut, kata Adriana, disebabkan 15 dari 17 lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif.
“Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan perdagangan. Sementara dari sisi pengeluaran, semua komponen mengalami pertumbuhan positif, tertinggi pada komponen ekspor luar negeri sebesar 59,57 persen,” jelas Adriana.
Adriana menyebut perekonomian Papua berdasarkan besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III tahun 2020 mencapai Rp51,37 triliun, dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp35,31 triliun.
Kepala BPS RI, Suhariyanto saat merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2020 menyampaikan, struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan III tahun 2020 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,88 persen.
“Kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,53 persen. Pulau Kalimantan sebesar 7,70 persen, Pulau Sulawesi 6,60 persen, Pulau Bali dan Nusa Tenggara 2,92 persen serta Pulau Maluku dan Papua 2,37 persen,” jelas Suhariyanto.
Dia menyebut, dampak pandemi Covid-19 dirasakan di seluruh pulau dengan level kontraksi pertumbuhan yang bervariasi.
Kelompok pulau yang mengalami kontraksi pertumbuhan lebih dalam dari kontraksi pertumbuhan nasional secara year on year meliputi Pulau Bali dan Nusa Tenggara 6,80 persen, Pulau Kalimantan 4,23 persen, Pulau Jawa 4,00 persen.
“Sebaliknya, kelompok pulau yang mengalami kontraksi pertumbuhan di atas pertumbuhan nasional meliputi Pulau Sulawesi 0,82 persen, Pulau Maluku dan Papua 1,83 persen, dan Pulau Sumatera 2,22 persen,” jelasnya. (FPKontr1)