Periksa Mata Gratis di Keerom, Dokter Ungkap Tiga Gangguan yang Dominan Diderita Pasien

Dokter Ivana saat melakukan pemeriksaan di RSUD Kwaingga pada hari pertama Baksos kemarin (9/8)

SWAKARSA, FP.COM – Halaman RSUD Kwaingga yang menjadi area pelaksanaan kegiatan bakti sosial pemeriksaan mata dasar gratis oleh Panitia HUT Kemerdekaan RI ke-78 tingkat Kabupaten Keerom terlihat ramai dipadati para warga Keerom, Rabu (9/8).

Read More
iklan

Mereka, anak-anak hingga lansia, berdesakan dari tenda hingga ruang pendaftaran di dalam gedung rumah sakit. Sejak dibuka pada pukul 08.00 hingga 11.00 untuk pendaftaran, tercatat telah 200 lebih warga menunggu giliran menjalani pemeriksaan.

Meskipun tampak lelah, sang dokter, Ivana Beatrice Alberta, tetap tersenyum ramah melayani para warga. Satu per satu diperiksa, hingga selesai di pukul 15.00.

Menurut dr. Ivana, dari keseluruhan pasien, setidaknya terdapat tiga (3) indikasi gangguan fungsi penglihatan mulai dari yang berat hingga ringan: katarak, pterygium, dan presbiopi.

Katarak merupakan kondisi kekeruhan pada lensa mata karena terbentuknya protein yang mengubah strukturnya. Di dunia, penyakit katarak menduduki peringkat pertama penyebab kebutaan dan juga gangguan penglihatan, di mana kasus terbanyak ditemukan pada negara berkembang termasuk Indonesia dan Papua.

“Katarak itu bisa dicegah cuma mereka (masyarakat-red) nggak tahu kalau itu bisa dioperasi, diambil (lensa mata yang keruh-red), mereka bisa lihat lagi,” kata Ivana yang saat ini sedang merampungkan pendidikan kedokteran spesialis mata di salah satu universitas di Surabaya ini.

Pterygium sendiri banyak diderita oleh orang yang melakukan aktivitas di luar ruangan, sering terpapar sinar matahari, angin dan debu.

“Kebanyakan di sini daging tumbuh atau pterygium itu penyebab utamanya karena matahari, debu, asap, angin langsung, apalagi rata-rata masyarakat di sini petani, ke ladang kena matahari langsung dan itu menyebabkan mata berair.”

Ke depan, para petani perlu diedukasi tentang APD (alat pelindung diri) saat melakukan aktivitas di ladang untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, debu, dan paparan obat. Begitu juga dengan masyarakat umum, perlu menggunakan kacamata pelindung saat beraktivitas di luar ruangan, seperti saat berkendara. Sosialisasi untuk hal tersebut, menurut Ivana, perlu digencarkan.

Sementara, presbiopi atau mata tua, menurut Ivana, ditandai dengan kesulitan membaca pada jarak pandang normal dan perlu menjauhkan bacaan.

Presbiopi atau mata tua, nah itu yang bisa dibantu dengan kacamata. Orang-orang yang presbiopi dibantu dengan kacamata baca sesuai dengan usianya. Ini saya bawa beberapa ukuran, mereka coba, kalau misalkan mereka cocok saya kasih kupon, nanti waktu 17-an dibawa, nanti diserahkan,” jelasnya.

Salah satu pasien, Efradus Bosayur, merasa senang dengan hadirnya pemeriksaan mata di Keerom. “Saya katarak sebelah kanan. Pemeriksaan hari ini sangat membantu sebab kami sendiri belum paham, jadi dengan ada dokter langsung di sini, kami senang. Tadi, dokter bilang, nanti ambil rujukan dulu di Puskesmas lalu ada pengobatan selanjutnya,” ujar Efradus.

Lain lagi dengan Suminah (60 tahun) yang menginginkan adanya operasi massal bagi pasien katarak. “Hasilnya tadi kataraknya harus dioperasi, nggak bisa dibantu pakai kacamata. Kami diminta periksa mata lanjutan dulu”.

“Untuk kegiatan ini kami merasa terbantu, Cuma, coba kalau bisa ada operasi massalnya lagi supaya kita yang rakyat kecil ini terbantu, nggak pakai ribet mesti ke sana-ke sini. Apalagi sudah nenek-nenek begini,” sambung Suminah. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *