Peringati Hari Anti Narkotika Internasional, Bupati Keerom Kembali Wanti-wanti Ancaman Lost Generation

Arahan Bupati Keerom Piter Gusbager sebelum melepas peserta jalan sehat dan sepeda santai pada peringatan HANI 2023 di halaman Polres Keerom

ARSO, FP.COM – Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Keerom memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) dengan menggelar kegiatan jalan sehat dan sepeda santai yang mengambil start di halaman Polres Keerom dan finish di lapangan sepak bola Swakarsa. Pesertanya tak dibatasi, masyarakat umum, dari anak-anak hingga orang tua, aparatur sipil negara (ASN), maupun personil TNI- Polri.

Persoalan narkoba (narkotika dan obat terlarang), khususnya ganja, memang cukup mengemuka di Keerom, sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan negara jiran, Papua Nugini. Mau-tidak mau, setiap waktu, para petugas keamanan di Keerom harus berjibaku melawan para penyelundup dari Papua Nugini yang memang terkenal sebagai penghasil ganja. Di tahun 2022 saja, tercatat 36 kasus penyelundupan yang berhasil diungkap, sementara hingga Mei 2023, sudah terdapat 16 kasus.
Menurut Bupati Keerom Piter Gusbager, kasus terbaru adalah adanya temuan 5 kilogram ganja yang menyeberang dari PNG. Ironisnya, pengendali dari penyelundupan ini sedang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Doyo, Kabupaten Jayapura.

Read More
iklan

”Kabupaten Keerom sampai dengan bulan Mei ini 16 kasus. Tahun lalu 36 kasus. Jadi, kita khawatir di tahun ini akan meningkat atau lebih dari tahun lalu. Kasus yang paling terbaru temuannya 5 kg ganja yang menyebrang dari PNG dan itu dikendalikan oleh oknum-oknum di Lapas Doyo,” ungkap Gusbager dalam sambutannya di lapangan Swakarsa, Senin (26/06).

Dengan jumlah temuan sebanyak itu, Gusbager justru menduga hanya fenomena gunung es, di mana kasus yang tak terungkap lebih banyak lagi.
”Saya yakin kasus per tahun itu fenomena gunung es. (Sementara) kasus yang tidak terdeteksi, tidak terpantau mungkin lebih banyak dari kasus yang muncul, jadi kita harus bergerak bersama-sama untuk memberantas narkotika, khususnya ganja, di Kabupaten Keerom,” jelasnya.


Lost generation atau generasi yang hilang merupakan kekuatiran terbesar Gusbager terhadap peredaran ganja yang tak terkendali. Baginya, ini adalah ancaman yang sangat berbahaya bagi generasi muda, terutama di daerahnya, di tengah-tengah massifnya arus pembangunan.

“Sementara pemerintah dan semua pihak sedang gencar-gencarnya membangun investasi jagung besar-besaran, menekan angka kemiskinan ekstrim, sedang memperbaiki stunting, paradoksnya di satu sisi ganja beredar ini sesuatu yang mengkhawatirkan. Hari ini mungkin orang merasa senang bisa dapat uang, ada yang tanam ganja katanya dapat uang, tapi bahayanya bisa memutus rantai generasi.“

Untuk itu, dia pun mengajak peran orangtua, guru, masyarakat untuk mengawasi generasi muda Keerom dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika jenis ganja.

“Keluarga, ayah dan ibu menjadi titik sentral awal untuk memantau anak dari rumah selama satu kali 24 jam anak ini buat apa? Yang kedua sekolah, karena anak-anak hampir delapan jam ada di sekolah maka guru juga memantau anak-anak dan terakhir lingkungan masyarakat termasuk pemerintah,” imbuhnya.
“Kita lawan narkoba mulai dari Skanto sampai Towe. Tidak ada anak-anak kita menjadi korban narkoba di Kabupaten Keerom. Anak Keerom itu keren, hebat, mantap kalau tra pakai ganja,” tukas Gusbager. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *