JAYAPURA, FP.COM– Hari ini, genap 165 tahun Pekabaran Injil masuk di Tanah Papua, dibawa oleh dua misionaris asal Jerman, Carl Wilhelm Ottow dan Johan Gottlob Geissler di Pulau Mansinam, Teluk Doreh, 5 Februari 1855.
Bagi Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja Gereja Baptis Papua (BPP-PGBP) Pdt. Titus Yikwa, S.Th,M.Th, perayaan syukur ini bukan semata-mata euforia, namun lebih penting adalah kesempatan memaknainya. “Kita semua patut bersyukur, bagaimana Injil datang menjamah Tanah Papua, bahkan lebih dahulu dari pemerintah. Injil membawa peradaban baru dan terang bagi Papua yang gelap,” katanya, saat ditemui Selasa (4/2/2020).
Pergumulan gembala-gembala gereja hari ini, kata Pdt Titus adalah tantangan permasalahan sosial, politik dan aspek lainnya. “Akhir-akhir ini orang di Papua ada di dalam duka dan cucuran darah itu kenapa? Banyak orang merencanakan kejahatan di Papua,” ungkapnya.
Menurut Pdt. Titus, Tanah Papua secara keseluruhan adalah persembahan. Persembahan yang seharusnya digunakan secara baik. Namun sebagai gembala umat, ia prihatin karena kondisi umat Kristen saat ini jauh dari nilai-nilai Kekristen sesungguhnya. “Tanah dijual, kayu-kayu semua dijual habis, kemudian kehidupan manusia jauh dari etika dan moral yang baik, tidak ada damai sejahtera,” ujarnya.
Pada momen Hari Ulang Tahun Pekabaran Injil (HUT PI) ini, ia mengajak semua pemimpin gereja untuk membuat perubahan. “Kerinduan kami sebagai hamba Tuhan saya melihat Papua harus dipulihkan. Mari pemimpin-pemimpin gereja kita harus buat perubahan,” ajaknya.
Hal kedua, kepada semua umat yang percaya kepada Yesus Kristus yang adalah Injil itu sendiri, berdoalah untuk pemulihan Tanah Papua. “Hiduplah dengan Injil berdampingan satu dengan yang lain karena Mazmur 133 berkata, kalau kita hidup rukun dengan saudara-saudara kita siapa pun maka di sanalah Allah memerintahkan berkat-berkatNya. Papua tidak akan berkekurangan,” pintanya. (Merrit)