JAKARTA,FP.COM – Produk minuman fermentasi khas Papua, RUMA Kombucha, berhasil menembus seleksi nasional dan berpartisipasi dalam rangkaian acara akbar Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jiexpo Kemayoran, Jakarta. ISEF merupakan ajang tahunan yang digelar oleh Bank Indonesia untuk menampilkan produk-produk unggulan bersertifikat halal dari berbagai daerah.
RUMA Kombucha hadir di bawah naungan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua, setelah berhasil lolos seleksi dan ditetapkan sebagai salah satu UMKM terbaik pilihan Bank Indonesia Pusat. Selain dipamerkan, produk ini akan berkompetisi di kategori Halal Food, yang dinilai langsung oleh 10 juri internasional dari komunitas International Halal Chefs and Culinary Community (INH2CC).
“Bagi kami, bisa berada di ajang sebesar ini adalah kebanggaan yang luar biasa. RUMA Kombucha bukan hanya membawa produk, tapi juga memperkenalkan warisan budaya Papua dalam bentuk minuman sehat,” ujar Dian Lestari, pemilik RUMA Kombucha.
RUMA Kombucha dikenal karena komitmennya mengangkat bahan-bahan lokal Papua yang kaya manfaat namun jarang diolah secara modern. Salah satu inovasi utamanya adalah penggunaan sarang semut, tanaman khas Papua dari Sota, Merauke, yang diolah menjadi minuman fermentasi yang menyegarkan.
“Kami ingin mengubah tradisi menjadi inovasi. Anak muda biasanya jarang melirik sarang semut, padahal manfaatnya luar biasa. Kami olah menjadi kombucha yang enak dan menyehatkan,” jelas Dian.
Selain sarang semut, RUMA juga menggunakan berbagai hasil bumi Papua lainnya, seperti nanas dari Bokondini, stroberi dari Wamena, pinang dari Tablanusu, dan rempah-rempah dari Arso. Seluruh bahan dipasok langsung dari masyarakat lokal, termasuk mama-mama pengrajin dan petani kecil.
“Kami ingin setiap botol RUMA Kombucha membawa cerita dari tanah Papua. Dari hasil bumi, dari tangan masyarakat, untuk kesehatan semua orang,” tambahnya.
Lebih dari sekadar produk minuman, RUMA Kombucha membawa misi gastronomi diplomasi memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Papua ke dunia melalui cita rasa.
“Melalui minuman ini, saya ingin orang tahu bahwa di Papua ada sarang semut, ada pinang, ada rempah-rempah yang luar biasa. Suatu hari nanti, saya ingin mereka bercerita tentang keindahan Papua lewat rasa yang mereka temukan di RUMA Kombucha,” kata Dian.
Produk ini telah dipasarkan di sembilan kota besar di Papua, termasuk di area Freeport yang memiliki banyak komunitas internasional. Saat ini, RUMA Kombucha telah memanfaatkan platform digital untuk ekspansi pasar, dengan penjualan di Bali dan Jakarta, serta ekspor perdana ke Papua Nugini (PNG).
Dian Lestari menyebut, dukungan dari Bank Indonesia dan Bank Mandiri (melalui aplikasi Livin’ by Mandiri) sangat membantu mereka dalam literasi digital dan strategi pemasaran global.
Dian Lestari juga menjelaskan filosofi di balik nama produknya. Kata Ruma diambil dari bahasa Biak yang berarti rumah bersama, sejalan dengan visi produk sehat yang membawa semangat kebersamaan.
Secara spiritual, RUMA merupakan singkatan dari “Raga Untuk Memuji Allah”, yang mencerminkan dimensi spiritual dan rasa syukur atas anugerah alam Papua.
Dengan lebih dari 50 persen tenaga kerja berasal dari masyarakat Papua, RUMA Kombucha tumbuh menjadi contoh nyata bagaimana produk lokal dapat memberikan manfaat ekonomi, kesehatan, dan kebanggaan budaya bagi daerah asalnya.
“RUMA Kombucha bukan hanya sekadar produk, tapi perjuangan kami untuk menjadikan minuman ini sebagai warisan budaya Papua yang mendunia,” tutup Dian. (AiWr)


