Sejarah mencatat, pemberitaan Injil di daerah berjuluk Negeri Tapal Batas, Keerom, dimulai ketika seorang guru bernama Yunus Malo tiba di Arso pada 1936 silam. Sudah seharusnya kisah perjuangan Guru Malo itu dicatat sendiri, namun yang perlu ditekankan bahwa peristiwa itu sungguh fundamental dan tak bisa dilepaskan sebagai bagian dari berdirinya Klasis Gereja Kristen Injili (GKI) Keerom.
Enam puluh tiga tahun setelahnya, tepatnya tahun 1999, berdasarkan rekomendasi BP Am Sinode GKI di Tanah Papua kepada Klasis Jayapura, maka dibentuklah Panitia Persiapan Kemandirian Klasis GKI Keerom. Panitia ini diberikan kewenangan untuk mempersiapkan beberapa hal sehubungan dengan rencana pemekaran Rayon E Arso Klasis Jayapura untuk berdiri secara mandiri.
Makud ini sejalan dengan rencana pemerintah Kabupaten Jayapura meningkatkan status Kantor Pembantu Bupati Arso, menjadi wilayah administratif defenitif berdasarkan semangat pemekaran wilayah yang sedang bergulir waktu itu.
Pada tahun 1999, dibentuklah Badan Usaha Klasis dengan nama Koperasi Klasis (KOSIS) dengan pengurus yang terdiri dari: Ketua, Pdt. Teguh Setyodadi, S.Th. (Utusan GKJW), Sekretaris, Pdt. Jadmiko, S.Th., (Utusan GKJW), Bendahara, Hans Worisio, SE. (Klasis Jayapura) dan anggota Pnt. R. Y. Rahaningmas, Pnt. Seppy Saweri, Grj. Pudjo Wiyoto, dan 2 orang anggota lainnya dari warga jemaat. KOSIS berorientasi usaha pada bidang pengelolaan kayu (legal logging) dan lahan pertanian. Manejemen KOSIS melibatkan seluruh anggota jemaat di wilayah Arso sebagai pemegang saham. Sayangnya, koperasi tersebut tidak bertahan lama. Terlepas dari itu, KOSIS dapat disebut sebagai cikal bakal jemaat-jemaat di Arso dalam berorganisasi.
Tiga tahun kemudian, tahun 2003, Badan Pekerja Am Sinode GKI-TP pada Raker Klasis GKI Jayapura, di Ebenhaezer Tobati memberikan penegasan terhadap usulan perubahan status Bakal Klasis Keerom sebagai klasis mandiri.
Itu sebabnya, di tahun yang sama, Klasis Jayapura memberikan rekomendasi kepada beberapa pelayan firman dan sidi jemaat lainnya sebagai tim studi kelayakan.
Tim ini terdiri dari sembilan orang, yakni: Pnt. John Mano (alm) sebagai ketua, Pnt. Maks Morin (sekretaris), Hans Worisio (bendahara), Pdt. Yunus Bonsapia, S.Th (anggota), Pdt. Karel Sopamena, Sm.Th (anggota), Pdt. Yosafat Wanma, S.Th (anggota), Pnt. Andi Taurui (anggota), Vikaris Nelson Kapitarauw, S.Th (anggota), Vikaris Frans Mambrasar, S.Th (anggota). Mereka bekerja selama Sembilan bulan dengan fokus penelitian pada perkembangan jemaat-jemaat, terutama pada bidang teologi, daya dan dana. Objek penelitian adalah 25 jemaat yang tersebar di tiga distrik, yaitu Arso, Skanto dan Senggi.
Pada tanggal 25 Mei 2003 dilakukan pertemuan pertama di Kantor Klasis Jayapura untuk membahas hasil penelitian tim ini. Di rapat itu pula mereka mendapat sebutan baru yaitu Tim 9.
Menanggapi laporan Tim 9, Ketua Klasis GKI Jayapura kala itu, Pdt. L. J. Hursepuny, STM., menjelaskan bahwa persoalan teologi dapat diatasi dengan telah dilakukannya penempatan beberapa pendeta berdasarkan surat keputusan sinode, dan itu akan mampu mengatur pelayanan kepada jemaat secara baik. Smenetara, dalam hal persoalan daya, ketua klasis menyakini bahwa SDM di distrik Arso, terutama warga GKI akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Dan itu akan secara langsung menjawab persoalan pendanaan bagi jaminan hidup pelayan dan biaya program pelayanan.
Penelitian itu juga menunjukkan, persoalan urgen dalam rencana pemekaran klasis ini adalah pendanaan. Untuk memastikan hal itu maka Tim 9 secara khusus melakukan kajian dan analisa terhadap sumber daya keuangan di 25 jemaat di Arso, Skanto dan Senggi. Tanggal 17 Februari 2006, bertempat di Efata Yanamaa Pir I, laporan Tim 9 menjelaskan data yang mereka peroleh dari hasil penelitian keuangan di mana pendapatan persentase jemaat dalam sebulan hanya berkisar antara 8 juta hingga 9 juta rupiah. Kesimpulannya, dari segi keuangan tidak akan cukup membiayai jaminan hidup tenaga pelayan di Keerom.
Akhirnya, dalam suatu mufakat, diambil keputusan oleh jemaat-jemaat dan klasis Jayapura, bahwa Keerom belum bisa menjadi klasis defenitif, namun akan diusulkan sebagai bakal klasis terlebih dahulu. Selanjutnya akan dilihat perkembangan dari 25 jemaat ini ke depan.
Keputusan Tim 9 di Jemaat Efata Yanamaa itu kemudian berbeda dengan hasil Sidang Sinode ke XV di Klasis Balliem Yalimo Wamena (26 Februari-6 Maret 2006). Sidang sinode, secara de fackto, memutuskan Klasis Keerom sebagai klasis mandiri.
Keputusan itu dituangkan dalam Ketetapan Sidang Sinode ke XV GKI di Tanah Papua Nomor: II/TAP/SS-XV/GKI/2006 tanggal 2 Maret 2006, tentang Pembentukkan Klasis GKI Keerom, GKI Tanah Merah Barat, dan GKI Waropen Atas ke dalam Struktur Organisasi Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua.
Selanjutnya, menindaklanjuti ketetapan Sidang Sinode ke XV tersebut, maka pada tanggal 10 April 2006 bertempat di Jemaat GKI Gihon Arso XII, Badan Pekerja Klasis Jayapura bersama dengan Tim 9; membentuk Tim Persiapan Tanah Klasis Keerom. Tim itu terdiri dari Pnt. Seppy Saweri (ketua), Pdt. Karel Sopamena, Sm.Th (sekretaris), Hans Worisio SE (bendahara), anggota: Pdt. Y. Bonsapia, S.Th., Pdt. Hadi Wibowo, S.Th., Grj. Pudjo Wiyoto, dan Pnt. R. Y. Rahaningmas. Tim bertugas selama tiga (3) bulan atas rekomendasi Badan Pekerja Klasis Jayapura.
Pada tanggal 31 Maret 2006 digelar rapat yang dihadiri Tim 9 bersama pendeta dan majelis jemaat di wilayah Arso, Skanto dan Senggi. Tiga agenda utama dalam rapat ini, adalah membahas persiapan biaya tanah klasis dan sketsa lokasi kantor klasis, penjelasan hasil Sidang Sinode ke XV di Wamena dan Pembentukan Badan Persiapan Klasis Keerom yang kemudian akan diajukan pada rapat tanggal 10 April 2006 di Jemaat Gihon Arso XII yang akan dipimpin oleh BP Klasis GKI Jayapura.
Klasis Jayapura kemudian melaksanakan Rapat BPK GKI Jayapura pada tanggal 20 April 2006, untuk menunjuk Badan Perwakilan BP Klasis GKI Jayapura di Keerom.
Segera diterbitkanlah Nota Tugas BPK GKI Jayapura Nomor: 78/G-16/V/2006 tertanggal 1 Mei 2006, tentang Penugasan Perwakilan BPK GKI Jayapura di wilayah Klasis Keerom dengan kompisisi: Pnt. August Ap, S.Pd (ketua), Pdt. Steward Tatontos, S.Th (sekretaris), Pnt. Rina Bunga, SH (bendahara) dan para anggota yakni Pnt. Andy Tauri, Grj. Pudjo Wiyoto, Pnt. Seppy Saweri dan Pnt. Yunus Kailem dengan insentif Rp. 200.00-,- perbulan.
Badan Perwakilan Klasis Jayapura ini diberi tugas dan mandat untuk melaksanakan persiapan dan pembinaan struktural di Wilayah Keerom, mempersiapkan sidang pengesahan dan pemilihan Badan Pekerja Klasis GKI Keerom yang defenitif, membuat persiapan sarana dan prasarana pendukung awal Klasis GKI Keerom, melakukan koordinasi ke seluruh jemaat-jemaat yang berada dalam Wilayah Klasis Keerom untuk terlibat penuh dalam seluruh persiapan, mengadakan koordinasi BPK dan BPPG Klasis Jayapura serta pihak-pihak yang terkait dalam pembentukan Klasis GKI Keerom. Tugas dan mandat tersebut dilaksanakan sampai berakhir pada 30 November 2006.
Berdasarkan rekomendasi Badan Perwakilan Jayapura di Keerom kepada BP Klasis GKI Jayapura, maka dikeluarkan Surat Keputusan Pembentukan Panitia Pelaksana Sidang Istimewa Klasis GKI Keerom Nomor: 004/G-13/VII/I/2006, tanggal 18 Juni 2006. Sidang Istimewa Klasis GKI Keerom kemudian digelar di Jemaat GKI Antiokhia Kampung Yuwanain Arso II, tanggal 30 Oktober – 1 November. Sidang istimewa ini merupakan sidang pertama yang baru dilaksanakan sejak Klasis GKI Keerom ditetapkan sebagai klasis baru.
Selanjutnya, terpilihlah yang kemudian dilantik pada tanggal
5 November 2006 selayaknya menjadi salah satu momen bersejarah bag GKI Klasis Keerom. Di hari itu, bertempat di Jemaat GKI Antiokhia Yuwanain, anggota Badan Pekerja Klasis Keerom periode pertama (2006 – 2011) dikukuhkan. Struktur BPK pertama terdiri atas, Pdt. Pubelius Manuaron, S.Si (ketua), Pnt. August Ap, S.Pd (wakil ketua), Pdt. Karel Sopamena, S.Th (sekretaris), Pdt. Fien Budji, S.Th (wakil sekretaris), J.O. Mautang (bendahara) dan para anggota BPK Lingkungan: Fransiscus Yana, Grj. Pudjo Wiyoto, Pnt. Seppy Sawery dan Pnt. Yonas Rahaningmas. Belakangan, sejak 2007, tanggal pelantikan BPK pertama itu ditetapkan sebagai hari jadi Klasis Keerom.
Badan Pekerja Klasis GKI Keerom yang baru dilantik berkantor sementara di gedung gereja lama Jemaat Antiokhia Yuwanain hingga akhir periode kedua. Tahun 2016, BPK resmi berkantor di Kantor Klasis GKI Keerom, jalan Bayangkara Swakarsa-Arso X sebelum berubah nama menjadi jalan Drs Celcius Watae Kampung Asyaman pada 2022. Nama yang diberikan oleh Bupati Piter Gusbager itu demi mengenang mantan Bupati Keerom (alm) Celcius Watae.
Seiring waktu, jejak kaki pekabaran Injil terus berjalan, membawa Klasis GKI Keerom sampai pada empat periode kepemimpinan struktur Badan Pekerja Klasis Keerom. Dimulai periode pertama (2006-2011) dengan Ketua Klasis I, Pdt. Pubelius Manuaron, S.Si, dilanjutkan periode kedua (2012-2017) dengan Ketua Klasis, Pdt. Yohanis Seranik, S.Th. Periode ketiga (2017-2022) dengan Ketua Klasis, Pdt. Frans Mambrasar, S.Th, dan BPK periode keempat, (2017-2022) dipimpin oleh Pdt. Ckristian M. N. Abaa, S.Si.,M.Teol.
Tujuh belas tahun telah berlalu, sebuah perjalanan waktu yang penting dan bersejarah bagi masyarakat Kabupaten Keerom secara umum dan terkhusus 37 jemaat dan 6 rayon jauh. Sungguh berkat Tuhan melimpah kepada Klasis GKI Keerom. Tentu patut disyukuri.
Pencapaian 17 tahun pelayanan pekabaran Injil di Negeri Tapal Batas Keerom juga telah didasarkan dalam doa yang penuh harapan dan iman yang sungguh-sungguh bahwa “Ya Tuhan, dalam anugerahMu, baharuilah Keerom”. Kemudian doa pada Sidang Klasis Perdana di Anthiokia Yuwanain, tanggal 3-5 November 2006; “dipersatukan dalam ikatan kasih”. Doa pada Sidang Klasis GKI Keerom Kedua di Solagratia Jaifuri, (8-11 Maret 2012); “datanglah kerajaanMu”. Doa pada Sidang Klasis GKI Keerom Ketiga di Betlehem Sanggaria, (11-14 Juli 2017), dan doa pada Sidang Klasis GKI Keerom Keempat di Jemaat Klasis GKI Keerom; “kasih Kristus menggerakkan kemandirian Gereja, mewujudkan keadilan, perdamaian dan kesejahteraan”. (Pdt. Ckristian Abaa)
*Penulis adalah Ketua Klasis GKI Keerom Periode 2022-2027