JAYAPURA, FP.COM – Perekonomian Papua selama triwulan I tahun 2020 (Januari hingga Maret) mengalami pertumbuhan sebesar 1,48 persen jika dibandingkan triwulan I tahun 2019.
Angka pertumbuhan tersebut terutama disebabkan hampir sebagian besar lapangan usaha mengalami peningkatan, kendati lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang merupakan penyumbang ekonomi utama Papua mengalami penurunan 2,35 persen.
Kepala Bidang Neraca Wilayah Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Eko Mardiana mengatakan, beberapa lapangan usaha mampu merespon situasi yang terjadi dengan pertumbuhan yang cukup tinggi selama triwulan I tahun 2020.
“Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi selama triwulan I tahun 2020 adalah informasi dan komunikasi sebesar 5,69 persen, jasa keuangan dan kegiatan sosial sebesar 5,69 persen, kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh 5,41 persen,” jelas Eko melalui siaran pers Rabu (6/5/2020).
Ia melanjutkan, adanya peningkatan aktivitas informasi dan komunikasi selama triwulan I-2020, meningkatnya jasa pelayanan kesehatan pada beberapa fasilitas kesehatan serta adanya kenaikan pada aktivitas perdagangan terutama bahan makanan serta alat kesehatan menyebabkan ketiga lapangan usaha ini tumbuh cukup tinggi.
Kendati sektor – sektor tersebut menyebabkan perekonomian Papua secara total berada pada angka pertumbuhan positif, dan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I tahun 2019, namun, beberapa lapangan usaha cenderung tumbuh melambat.
“Perlambatan ini salah satunya disebabkan adanya wabah virus corona atau covid-19 yang muncul pada akhir triwulan I tahun 2020. Sepanjang triwulan I secara year on year(y on y) selain kategori Pertambangan dan Penggalian, kategori lain yang mengalami kontraksi pertumbuhan adalah jasa keuangan dan asuransi sebesar -7,33 persen, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar -7,51 persen, dan kategori industri pengolahan sebesar -4,86 persen,” jelas Eko.
“Adanya penurunan jasa perbankan selama triwulan I tahun 2020, penurunan produksi air dan turunnya produksi dari industri kayu akibat kebijakan pembatasan perluasan Hak Pengusaha Hutan (HPH) oleh pemerintah menyebabkan ketiga lapangan usaha ini mengalami kontraksi (berkurang),” lanjutnya.
Sementara itu, selama triwulan I tahun 2020, struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari lapangan usaha atas dasar harga berlaku tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Eko mengatakan, nilai kontribusi tertinggi penyumbang ekonomi Papua adalah lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 22,87 persen, konstruksi sebesar 15,57; pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,18 persen, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 11,40 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 11,03 persen. Kategori tersebut masih mendominasi PDRB Papua.
Kendati mengalami pertumbuhan positif dibandingkan triwulan I tahun 2019, namun jika dibandingkan triwulan IV tahun 2019, perekonomian Papua pada triwulan I tahun 2020 mengalami penurunan 6,77 persen.
Eko menyebutkan, hal tersebut disebabkan hampir semua lapangan usaha mengalami penurunan produksi. Sementara, dari sisi pengeluaran, kontraksi pertumbuhan disebabkan oleh komponen ekspor barang dan jasa yang turun hingga 71,58 persen.
“Kontraksi pertumbuhan ini disebabkan adanya penurunan produksi pada kategori pertambangan dan penggalian yang merupakan kontributor tertinggi ekonomi Papua sebesar minus 3,89 persen,” ucap Eko.
Kontraksi pertumbuhan tertinggi, kata Eko, terjadi pada lapangan usaha konstruksi sebesar minus 13,41 persen dan lapangan usaha jasa pendidikan minus 12,49 persen. (FPKontr1)