Langit cerah memayungi pagi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Jayapura. Semarak MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) mewarnai awal tahun ajaran baru. Tak hanya bagi para siswa baru, momen ini juga membangkitkan semangat baru bagi para guru dan orang tua.
Selama tiga hari, 15-17 Juli 2024, aula sekolah bergema dengan keceriaan. Di bawah bimbingan para guru, 22 siswa baru, termasuk Alkhalifih yang berusia 8 tahun dan Yohanis Masoka yang berusia 11 tahun, menjelajahi dunia baru di SLB Negeri 1 Jayapura.
Di hari kedua MPLS, Kamino, sang Kepala Sekolah, berdiri di hadapan para orang tua. Dengan penuh semangat, ia memaparkan visi dan misi sekolah, tak lupa menjelaskan jumlah kelas, tenaga pengajar, dan rencana pengembangan sekolah ke depan.
“Satu kelas TKLB, 7 kelas SD, 4 kelas SMP, dan 3 kelas SMA,” rincinya. “Total ada 28 staf, 10 di antaranya tenaga pengajar khusus.”
Lebih dari sekadar data, angka-angka ini menjadi gambaran komitmen SLB Negeri 1 Jayapura dalam membuka ruang belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Kemeriahan MPLS tak hanya berhenti di aula. Para siswa diajak berkeliling sekolah, menjelajahi setiap sudut yang akan menjadi rumah kedua mereka.
Diiringi lagu anak-anak yang ceria, langkah kaki mungil mereka menapaki lorong demi lorong, diiringi sorak-sorai dan kamera para orang tua yang mengabadikan momen berharga ini.
Permainan bowling plastik menjadi salah satu favorit. Tawa dan tepuk tangan menggema saat bola plastik menjatuhkan pin.
Alkhalifih, dengan semangatnya yang membara, tak gentar meskipun ia harus melempar bola dengan cara merangkak karena penyakit osteogenesis imperfecta yang dideritanya.
Di balik keceriaan MPLS, terukir kisah-kisah inspiratif yang mengharukan. Alkhalifih, dengan keterbatasan fisiknya, menunjukkan kegigihan dan semangatnya dalam belajar. Ia bahkan mampu menjawab pertanyaan guru tentang komputer dengan lantang.
Lain halnya dengan Yohanis, siswa pindahan yang mengalami gangguan pendengaran dan keterlambatan bicara. Ia tampak tenang dan kalem, menunjukkan tekadnya untuk memulai lembaran baru di SLB Negeri 1 Jayapura.
“Anak ini kuat dan mandiri,” ungkap Loudra Wiay, orang tua Yohanis. “Dia selalu bantu-bantu di rumah, mulai dari cuci piring hingga beres-beres. Bahkan dia bilang, kalau sudah sekolah nanti, tidak perlu dijemput, dia bisa pulang sendiri jalan kaki.”
MPLS bukan semata tentang pengenalan lingkungan sekolah, tapi juga tentang menumbuhkan rasa percaya diri dan membangkitkan semangat para siswa baru. Seperti yang diungkapkan oleh Sri Yanti, orang tua Alkhalifih, “Harapan kami, anak-anak kami tidak minder, tetap aktif dan semangat menggapai cita-cita.”
Semangat yang sama juga terpancar dari Kamino. “Kami ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak berkebutuhan khusus,” tegasnya.
“Kami yakin, dengan dukungan dan kerja sama semua pihak, mereka dapat meraih masa depan yang gemilang.”
Di balik tembok SLB Negeri 1 Jayapura, terukir kisah-kisah inspiratif tentang kegigihan, semangat, dan harapan. Kisah-kisah yang mengingatkan kita bahwa setiap anak memiliki potensi untuk bersinar, regardless of their circumstances (terlepas dari keadaan mereka-red). Penulis : Astried