Sosok Eduard Ivakdalam di Mata Cirelli dan Pangkali

Eduard Ivakdalam, sosok kharismatik, pernah jadi kapten Persipura, Persidafon dan Persiwa/Istimewa

JAYAPURA, FP.COM – Siapa tak kenal Eduard Ivakdalam? Mustahil tak memasukkan nama satu ini dalam jajaran legenda Persipura Jayapura. Pria asal Merauke ini sejatinya bukanlah produk binaan asli Persipura. Ia mengawali karir sepak bolanya di PS Merauke, sebelum hijrah membela PS Maren Jayapura. Di sinilah talentanya terpantau oleh klub Persipura Jayapura, tahun 1994.

Bertahun-tahun kemudian, Kaka Edu, demikian ia biasa disapa, kemudian didapuk menjadi kapten kesebelasan Mutiara Hitam. Pemilihan ini bukan tanpa alasan. Kharisma dan ketenangannya di lapangan sungguh tak terbantahkan. Ia jarang terlihat emosional, dalam situasi panas sekalipun.

Read More
iklan

Tak hanya itu, perannya sebagai jenderal lini tengah, juga tak tergantikan. Ia punya senjata kaki kiri yang mumpuni, sanggup melepaskan umpan yang siap dilahap para gladiator di lini depan.

Enam belas tahun berkarir, dua gelar prestisius dipersembahkan Kaka Edu untuk Persipura, juara Divisi Utama 2005 dan ISL 2008/2009.

“Kaka Edu adalah sosok yang sangat bagus jadi contoh bagi para pesepakbola Papua, ia adalah panutan dan teladan” kata Gerald Pangkali, kompatriotnya, kepada fokuspapua.com, Kamis (2/7/2020).

Tak hanya di Persipura, kepemimpinan Kaka Edu mendapat pengakuan. Pun, ketika ia membela Persidafon Dafonsoro, ia tetap saja disemati ban kapten.

“Edu sangat dihormati pemain, baik rekan maupun lawan,” kenang Marcelo Cirelli, eksbintang Persidafon Dafonsoro.

Cirelli yang kini jadi allenatore bagi skuat Napi Bongkar, PSBS Biak, mengaku sangat beruntung mengenal Eduard Ivakdalam.

“Saya bersyukur bisa bermain dan mengenal pemain seperti Edu. Dia adalah salah satu pemain sepak bola terbaik asal Papua yang pernah dimiliki oleh Indonesia,” imbuh pria berpaspor Argentina ini.

Salah satu momen yang paling diingat Cirelli, saat ia dan Edu mengantarkan Persidafon promosi ke ISL 2011 secara dramatis di laga play off.

“Waktu itu, kita (Persidafon) menang atas Bontang FC (3-2) dalam laga play-off dan berhasil promosi ke ISL tahun 2011. Saya kira itu merupakan pertandingan yang akan selalu saya ingat selama bermain dengan Edu,” kenangnya.

Tak hanya di Persipura dan Persidafon, Kaka Edu juga meninggalkan jejak manis untuk klub Papua lainnya, Persiwa Wamena. Bersama Pieter Rumaropen dan kawan-kawan, Kapten Edu meloloskan Persiwa ke final Divisi Utama 2014, menantang Pusam Borneo.

Di partai puncak itu, satu assist Edu untuk gol Rumaropen tak mampu menyelamatkan tim Badai Pegunungan Tengah dari kekalahan. Sekali pun kalah 1-2, hasil ini tak memengaruhi langkah  Persiwa melenggang ke Indonesia Super League.

Kaka Edu sudah berusia 45 tahun, ia telah lama pensiun  dari lapangan hijau. Namun, ia tak jauh-jauh dari sepak bola. Kini ia sedang memikul tanggung jawab besar. Kepadanya, diberikan kepercayaan menakhodai tim sepak bola Papua untuk PON XX 2020. Ia bahu membahu dengan asisten yang mantan rekan setimnya, Gerald Pangkali.

Mungkinkah magisnya sebagai pemain menular kala memerankan juru taktik? Patut ditunggu. (Ray)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *