JAYAPURA, FP.COM – Bupati Pegunungan Bintang (Pegubin) Spey Yan Bidana berkomitmen untuk memberdayakan orang asli Pegubin, terutama melalui sektor pendidikan dan birokrasi pemerintahan. Saat ini, generasi Bumi Okmin, baik lulusan perguruan tinggi maupun Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah sangat banyak.
Di sela-sela Rapat Evaluasi APBD Perubahan 2021 di Hotel Aston Jayapura, Jumat (12/11/2021), Spey mengatakan, kehadiran Universitas Okmin di Oksibil sejak 17 Agustus 2021 lalu adalah salah satu upaya dirinya membuka paradigma baru dalam pendidikan, ekonomi dan sosial budaya di Papua.
Menurut Spey, selama 20 tahun berjalannya Otonomi Khusus (Otsus), kebijakan pendidikan di Papua dengan mengirim anak-anak Papua untuk studi atau kuliah di luar Papua, khususnya di Jawa dan Sulawesi harus diubah. Sebab hal itu berdampak pada aspek anggaran atau ekonomi daerah maupun sosial budaya bagi anak-anak.
“Saya hitung, mahasiswa kita dari Pegunungan Bintang yang kuliah di Jawa saja makan anggaran sampai Rp15 miliar setiap tahun. Yang untung, ya mereka yang di Jakarta, Yogya, Semarang dan lain-lain yang jadi kota studi. Ini harus kita ubah agar uang kita tetap berputar di Papua dan dari luar Papua,” jelasnya.
Aspek lain ialah dengan menghadirkan fasilitas dan sistem pendidikan berbasis budaya dan kearifan lokal di Papua, anak-anak Papua yang studi bisa tetap berakar dalam tradisi luhur budayanya. Oleh karena itu, sejak awal tahun, Pemda Pegunungan Bintangg telah bekerja sama dengan Yayasan Alirena di Bogor yang dikelola Mr. Eng Go.
“Dengan hadirnya Universitas Okmin dan sekolah unggulan bekerja sama dengan Yayasan Alirena, kami ingin memberdayakan SDM lokal di Pegunungan Bintang. Kami catat, kita punya anak-anak ada kurang lebih 3.000-an output perguruan tinggi. Kami hadirkan Universitas Okmin itu juga agar mereka jadi dosen dan guru di sana. Kami akan menyurati kepada tiap kabupaten di Papua, minimal tiap tahun kirim 10 orang untuk kuliah di Okmin,” tegas Bupati Spey.
Sementara itu, di lingkup Aparatur Sipil Negara (ASN), Spey juga menilai Pegunungan Bintang tengah surplus SDM. Saat ini, 95 persen pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) adalah orang asli Okmin. Karena kelebihan, ia kemudian membentuk tujuh (7) OPD baru untuk mengakomodir dan memberi kesempatan kepada putra-putri daerah berkarir sebagai birokrat.
“Kami dorong agar nanti ASN dari Pegunungan Bintang juga sebagian duduk di Provinsi Papua, minimal jadi Kepala Bidang. Supaya selain karir mereka juga naik, garis koordinasi dalam hal perencanaan pembangunan dan penganggaran dengan kita di kabupaten juga lebih mudah. Teman-teman di Bappeda bisa sampaikan ini ke Gubernur, kami 8 tahun tidak dapat apa-apa, semoga bisa angkat anak-anak kami duduk di birokrasi provinsi,” ujar mantan Kepala Bappeda Pegubin ini.
Spey mengakui, semua yang duduk di kabinetnya masih perlu ditempa dan harus banyak belajar. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kapasitas mereka, Pemda Pegubin sudah menganggarkan di APBD Perubahan 2021 dengan mengagendakan kegiatan Bimbingan Teknis Tata Kelola Keuangan dan Perencanaan Program pada awal Desember 2021 nanti.
“SDM Pegunungan Bintang dalam lima tahun lalu itu kocar kacir. Setelah saya masuk, saya buat perubahan, angkat 95 persen itu orang asli Papua. Ini dalam rangka pemberdayaan, jadi dengan hadirnya Sekda Aloysius yang sudah punya track record bagus di di bidang pemerintahan, bisa menjadi energi baru agar tercipta budaya dan pola kerja baru,” tutur Spey.
Kasubid Pemerintahan Umum dan Otsus pada Bappeda Provinsi Papua Eddy Way mengapresiasi kolaborasi yang baik antara bupati dan sekda untuk membangun Pegunungan Bintang. Secara khusus, ia mengapresiasi pengangkatan pimpinan OPD yang 90 persen adalah orang asli Pegunungan Bintang.
“Apa yang dilakukan oleh Pak Bupati Spey Bidana ini menjadi resonansi bagi bupati lain di Papua dan Papua Baru. Sebab itulah roh Otsus untuk memberdayakan Orang Asli Papua. Saya hanya mau pesan, orang baru atau lama tidak masalah, yang penting mau belajar. Kami di Provinsi Papua siap membantu,” tegas Eddy. (GMR)