SENTANI, FP.COM – Yayasan Nusantara Sejati (YNS), mitra Unicef (United Nations Children’s Fund), menggelar pertemuan dengan tim pengarah pendidikan sekaligus penutupan program penguatan pembelajaran baca tulis kelas awal di Kabupaten Jayapura tahun 2020-2023 di salah satu hotel di Sentani, Rabu (22/2/23).
Kepala Cabang YNS Papua Eva Hutauruk mengatakan, program literasi baca tulis kelas awal diterapkan di Papua guna mendukung minat baca-tulis bagi siswa terlebih pada siswa sekolah dasar. Program ini menyasar guru-guru. Sementara, 16 kepala sekolah dan pengawas sebagai tim pengarah hadir guna mengevaluasi capaian program tersebut.
“Jadi ada 16 sekolah yang kita intervensi selama tiga tahun, yang kita intervensi adalah gurunya bukan anak-anak, kita bukan guru pengganti tapi kita mendampingi guru-guru untuk apa yang akan mereka ajarkan, jadi kami buat pra pendampingan,” ujar Eva.
Di Kabupaten Jayapura sendiri hasil intervensi program yang dilakukan setidaknya bagi guru sendiri terlihat dari data yang disampaikan Eva antara lain: 146 guru terlatih komponen literasi baca tulis dan disiplin positif, 64 guru mendapatkan pendampingan oleh fasilitator, dan berdasarkan IKG (Instrumen Kinerja Guru) rata-rata guru kelas awal mengalami peningkatan kemampuan di atas 80 persen skor IKG.
Pun, untuk hasil kegiatan dari program dokter kecil di sekolah telah terbentuk 47 dokter kecil Kabupaten Jayapura dan 812 siswa mendapatkan pengetahuan tentag PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) oleh dokter kecil.
Tak sekadar itu, kegiatan revitalisasi dan perpustakaan juga hadir melalui intervensi program ini di mana 16 sekolah menciptakan ruang kelas yang menarik dengan display kelas dan 96 sudut baca. Sudut baca di kelas ini merupakan ruang yang dirancang untuk mendekatkan siswa dengan bahan bacaan dan meciptakan suasana membaca dan belajar yang menyenangkan pada anak. Selain itu, delapan perpustakaan telah direvitalisasi dan ada 7246 buku bacaan kontekstual dibagikan.
Eva menekankan, pentingnya peran masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh masyarakat, dan pemerintah kampung sendiri untuk ikut bertanggung jawab terhadap pendidikan di kampung.
“Orangtua jangan melemparkan tanggung jawab bahwa guru yang harus mengajar,” jelas Eva.
Pria Santri Beringin, Spesialis Pendidikan Unicef Papua, mengatakan, di Papua, Unicef menekankan dua komponen besar yakni persiapan masuk SD dan keterampilan dasar. Persiapan masuk SD menyasar PAUD/TK secara psikomotorik dan sosioemosional, pra literasi dan numerasi.
“Untuk keterampilan dasar itu yang kita lakukan sekarang dengan teman-teman YNS. Bagaimana anak-anak punya keterampilan minimum bisa membaca, menulis, berhitung atau yang di pemerintah biasa disebut calistung, nah kita sebutnya literasi kelas awal. Jadi lebih membekali guru-guru dan lingkungan sekolah bagaimana ketika anak itu kelas 3 sudah beres ini urusan baca tulis hitung,” ujar Santri.
Santri melanjutkan, untuk literasi kelas awal di lakukan di 52 sekolah dasar bersama-sama dengan pemerintah daerah. Dari 52 itu, 36 menjadi tanggung jawab Unicef, baik di program awal yang menyasar 20 sekolah dan 16 sekolah yang dilakukan menjadi closing program di tahun ini.
“Sebelumnya ada 20 yang didampingi Unicef dan yang kita closing sekarang menjadi dampingan YNS dan Unicef ada 16 sekolah, jadi total secara keseluruhan ada 36.”
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura Ronald Yaroserai saat ditemui awak media di sela-sela kegiatan mengapresiasi Unicef dan YNS. Menurutnya, sejak tahun 2018, dinas pendidikan telah mulai menggelar kegiatan inisiatif menjadi literasi kelas awal yang menyasar anak sekolah dasar kelas 1,2, dan 3.
“Teman-teman dari Unicef sudah bantu kita punya program inisiatif, beberapa sekolah tadi sudah disebutkan ada sekitar 30an lebih sekolah, dan untuk Unicef programnya mereka closing di tahun ini.”
“Yang menjadi pertanyaan bagaimana kita melanjutkan kegiatan yang baik ini? Maka itu, dinas pendidikan menyediakan dana pertama kita di angka 400 sampai 600 juta, kita sediakan untuk teman-teman YNS, kita kolaborasi untuk urus adik-adik yang kelas awal ini. Kelas awal itu programnya mereka sasar bukan saja adik-adik tahu membaca tapi membaca dan bisa mengerti dan menganalisa. Jadi tingkatan membaca itu yang kita sasar. Paling tidak kita bisa mengangkat angka literasi di Papua,” pungkas Yaroserai. (*)