JAKARTA, FP.COM – Transformasi PT Energy Management Indonesia (EMI) dalam proses bisnis berhasil meningkatkan kinerja perusahaan selama tahun 2022. Hasil evaluasi Tingkat Kesehatan Perusahaan anak usaha PT PLN (Persero) di bidang konservasi energi dan lingkungan serta EBT ini juga mencapai skor 81,66, (AA), naik dibanding skor 67,74 (A) di tahun 2021.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan, kinerja perusahaan EMI terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mencerminkan kinerja kuat dan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam ketahanan dan kemandirian energi nasional.
“Pada tahun 2022, Tingkat Kesehatan Perusahaan EMI berhasil masuk ke dalam kategori perusahaan kriteria AA atau sehat. Ini menjadi modal penting untuk EMI terus tumbuh dan mampu menghadapi tantangan pasar, perubahan regulasi, dan ketidakpastian ekonomi,” ucap Darmawan.
Di samping itu, peran EMI juga sangat penting di internal PLN Holding. Mengingat EMI telah ditunjuk untuk melaksanakan Kontrak Uji Pembangkit dalam rangka Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) di subholding PLN Nusantara Power dan PLN Indonesia Power.
“Dalam hal prospek bisnis, kami menilai bahwa rencana bisnis yang telah disusun EMI sejalan dengan tujuan utama holding. Yaitu mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional serta penyediaan energi berwawasan lingkungan,” jelasnya.
Direktur Utama PT EMI Surya Fitriadi memaparkan, sebelumnya proses bisnis EMI masih dilakukan secara manual, saat ini EMI terus mengakselerasi transformasi digital dalam proses bisnisnya sebagai penyedia jasa energi agar meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan. Hasilnya EMI dapat meraih Tingkat Kesehatan Perusahaan tertinggi dengan skor 81,66 (AA) dibandingkan skor di tahun 2021 sebesar 67,74.
“Digitalisasi proses bisnis yang kami lakukan salah satunya melalui pengembangan audit energi terdigitalisasi. Selain itu, EMI terus melakukan transformasi sistem dan prosedur korporat dengan penyusunan enterprise risk management (ERM) untuk memitigasi risiko bisnis, terutama pada bidang konservasi energi dan lingkungan,” ujar Surya.
Surya menambahkan pihaknya saat ini juga tengah menggarap konsep bisnis perdagangan karbon atau carbon trading. Dengan berpartisipasi aktif dalam mekanisme perdagangan karbon, EMI dapat memperoleh manfaat finansial dari penjualan kredit karbon dan membantu pelanggan mencapai sasaran keberlanjutan.
“Carbon trading ini signifikan dan erat kaitannya dengan tantangan perubahan iklim. EMI akan terus memantau perkembangan kebijakan iklim global dan berkolaborasi dengan mitra strategis, terutama dengan subholding/anak perusahaan PLN lainnya,” tambahnya.
Di sisi lain, dalam mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional, EMI akan melanjutkan pengembangan bisnis biomassa sebagai salah satu sumber energi terbarukan (EBT) yang berpotensi besar. Penggunaan biomassa untuk co-firing pada pembangkit dapat menghasilkan energi bersih dan berkelanjutan sambil mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
“EMI terus berkomitmen untuk menghadapi tantangan dan mencapai tujuan strategisnya. Sambil berupaya untuk berkontribusi dalam pembangunan energi nasional yang berkelanjutan,” tutup Surya. (*)