JAYAPURA, FP.COM – Sosialisasi vaksin Covid-19 di Papua masih sangat minim. Bahkan, informasi seputar vaksin tidak benar justru lebih mendominasi di sosial media. Dampaknya, ada oknum masyarakat yang dengan terang-terangan menolak divaksin.
Hal ini diakui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Robby Kayame. “Apalagi di awal, banyak isu miring, seperti bibir miring setelah divaksin. Itu tidak benar. Dokter Aaron (Rumainum) yang paling pertama disuntik sampai sekarang tidak ada masalah,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (10/2/21).
Padahal, menurut Kayame, pemberian vaksin diawali dengan petugas kesehatan salah satunya dimaksudkan untuk membangun kepercayaan masyarakat.
“Di Papua ini susah, kan orang maunya lihat dulu, kita (petugas-red) disuntik duluan,” ujarnya.
Walaupun sekarang masyarakat sudah mulai paham, demi menangkal isu-isu tidak benar, pihaknya akan melakukan sosialisasi lewat media massa.
“Sementara ini, yang sudah jalan, sosialisasi lewat gereja dan perguruan tinggi. Diharapkan, setiap orang dapat memperoleh informasi yang benar tentang vaksin,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dua tahapan vaksinasi. “Penyuntikan pertama itu semacam stimulan, ini untuk merangsang terbentuknya kekebalan.”
Vaksinasi tahap kedua dilakukan selang dua minggu kemudian. “Dari sini, baru kita bisa lihat, apakah kekebalan tubuh sudah terbentuk atau tidak,” jelasnya.
Kayame menegaskan, hingga saat ini, untuk KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi), di Papua, belum ada laporan. “Dari tahap 1 hingga tahap II belum ada laporan (KIPI), aman,” tutupnya. (*)