Wawancara Khusus Dokter Daisy Urbinas Tentang Kesiapan RSUD Abepura Menangani Pasien Covid-19

Rumah Sakit Umum Daerah Abepura yang difungsikan untuk penanganan pasien Covid-19/Istimewa

JAYAPURA, FP.COM – Awal tahun ini, Dokter Daisy Ch Urbinas dilantik sebagai Direktur Rumah Sakit Abepura menggantikan dr. Niko Barends yang memasuki masa pensiun. Dokter Daisy sejatinya bukan orang baru di rumah sakit peninggalan Belanda tersebut. Sebelum “pulang kampung” karena mendapat promosi sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, dr Daisy bertahun-tahun mengepalai Bidang Pelayanan Medik RSUD Abepura.

Beberapa saat mengemban tugas barunya, tiba-tiba ia dihadapkan dengan situasi yang tak dibayangkan sebelumnya, menyusul mewabahnya virus Corona di Papua dan ditetapkannya RSUD Abepura sebagai rumah sakit darurat penanganan pasien Covid-19 oleh Pemerintah Provinsi Papua.

Read More
iklan

Kemarin, 4 Juli 2020, Tim Fokus Papua berkesempatan mewawancarai dokter kelahiran Jayapura, 31 Desember 1967 ini. Berikut sari perbincangannya.

Kapan RSUD Abepura mulai beroperasi sebagai rujukan pasien Covid?

Persiapannya sudah hampir sebulan tetapi baru beroperasi dua minggu, cuma belum maksimal 100 persen melayani Covid karena bangsal-bangsal yang lain belum dilengkapi dengan unit nurse station dan anteroom belum dipenuhi dengan hepa filter. Baru dua bangsal yang dipakai, yaitu bangsal TB dan saraf. Minggu ini kita tambah tiga bangsal lagi setelah hepa filter yang kita pesan ready (siap).

Bisa dijelaskan, alur penanganan pasien Covid?

Pasien yang di-rapid test dan ditampung di tempat terkonsentrasi, jika hasil swab-nya positif maka dia akan dipindahkan ke rumah sakit. Kita punya mobil ambulance, petugas dan supir yang stand by di diklat. Ada yang positif langsung diantar. Dan teman-teman dari rumah sakit lain juga masih full time mem-back up sampai RSUD Abepura benar-benar siap.

Berapa tempat tidur yang disediakan RSUD Abepura khusus untuk pasien Covid?

Dalam situasi normal, satu bangsal melayani lebih dari 20 bed (tempat tidur), tapi untuk penanganan Covid, satu bangsal hanya 12-13 bed karena satu ruangan harus dibebaskan untuk anteroom, ruang steril. Ada satu kamar yang disediakan khusus untuk perawat yang digunakan sebagai tempat istirahat bagi perawat yang tidak pulang.

Ruangan-ruangan itu sudah dilengkapi dengan alat filter supaya udara tetap sehat dan bersih. Jika lima bangsal siap minggu ini, ditambah ruangan lain, kita sudah punya kurang lebih 150 bed.

Dokter Daisy Urbinas (tengah) ketika turun lapangan dan berdiskusi dengan staf

Apa saja standar yang dipenuhi untuk sebuah ruangan perawatan pasien Covid?

Tempat tidur harus berjarak supaya sirkulasi udara bersih, pasien nyaman dan tidak stres. Ada ruangan khusus anteroom atau ruang antara yang steril khusus untuk perawat.

Bagaimana dengan kesiapan SDM rumah sakit, tenaga dokter hingga perawat?

Jumlah tenaga perawat yang siap dan terjadwal 206 orang, terdiri dari tenaga kontrak dan PNS. Perawat yang berusia di atas 50 tahun dan yang komorbid (memiliki riwayat penyakit) tidak kami libatkan dalam tim, tapi dialihfungsikan ke bagian lain seperti promkes, edukasi atau di bagian BPJS untuk mengurus klaim. Jadi, semua tetap bekerja.

Dokter spesialis ada 24 orang dan semuanya bersedia untuk bertugas di masa Covid, kecuali yang komorbid, itupun hanya satu dua orang. Kita juga masih di-back up teman-teman dari rumah sakit lain, sesuai kesepakatan dengan tim Provinsi.

Lebih spesifik, kita punya tiga dokter spesialis penyakit dalam, dokter bedah, dokter THT, dokter saraf, dokter kulit, dokter mata, dokter obgyn dan dokter anestesi. Mereka di bawah komando Dokter Helena Pakiding, beliau spesialis paru. Setiap hari stay di rumah sakit bahkan tidur di rumah sakit.

Di laundry, ada penambahan tenaga kontrak  empat (4) orang. Kami juga memperkuat instalasi gizi dengan penambahan SDM. Kru gizi itu ada dua tim, khusus memasak untuk perawat dan satunya menyiapkan menu pasien.

Pasien Covid ini menunya didesain khusus, karena berhubungan dengan peningkatan imunitas. Makanya, konsentrasi kita lebih banyak ke nutrisi, itu juga kita upayakan benar-benar dinikmati dan membuat pasien senang.

Apakah dokter dan perawat Covid diberi akomodasi khusus?

Sejak ada kasus Covid Maret lalu, kami membebaskan tiga (3) ruangan VIP untuk petugas yang bekerja di isolasi. Dari semua bangsal yang dipakai juga ada ruang VIP dan kelas yang ready untuk petugas. Setiap hendak bertugas, harus mandi dan keramas.

Saat libur, mereka boleh pulang dengan syarat protokol yang disiapkan oleh bagian pencegahan pengendalian infeksi rumah sakit. Pulang ke rumah, dengan catatan tidak boleh jalan-jalan. Itu prosedur yang sudah disepakati dan kita sosialisasikan terus.

Dokter Daisy Ch Urbinas

Bagaimana dengan kesiapan alat pelindung diri (APD)?

Jujur, awal Maret sampai April kami kekurangan APD, tetapi, akhir April kami berkomunikasi dengan instalasi farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi dan di sana sudah tersedia coverall hazmat untuk RSUD Abepura, stoknya cukup, jadi kami tidak belanja lagi, kecuali bahan habis pakai (BHP) rutin seperti masker, headloop, itu kami siapkan.

Bisa diuraikan, berapa pasien Covid yang telah dan sedang dirawat di RSUD Abepura?

Yang telah dirawat 50 lebih, telah meninggal dua (2) orang, itu pun karena faktor usia dan komorbid. Sedang dirawat 20-an orang, yang dinyatakan sembuh sudah 30-an.

Tentang biaya perawatan pasien Covid, dicover dari mana?

Sebenarnya tidak ada masalah. Biaya pasien Covid langsung oleh Kementerian Kesehatan. Yang punya BPJS sudah keluar regulasi baru, khusus untuk klaim pasien Covid sudah ada. Tapi, andaikan tidak punya maka ada KPS dua persen untuk non-Papua, jadi aman.

Tenda milik BNPB yang difungsikan menangani pasien non-Covid

Untuk pasien umum, non-Covid, apakah pelayanan tetap berjalan?

Pasien RSUD Abepura yang mendapat obat rutin dan tidak boleh putus, seperti pasien TB, pasien TB paru, pasien VCT HIV AIDS dan pasien epilepsi di poli saraf. Itu masih kami layani sampai hari ini. Mereka masuk RSUD Abepura lewat tenda BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang sudah disediakan khusus untuk melayani obat rutin.

Sekarang ini, kami sedang berupaya mendesain sistem pelayanan online, simulasi minggu depan, kalau sudah siap, kami akan buka pelayanan (online) untuk rawat jalan. Tujuannya, penanganan pasien Covid tetap berjalan, begitu juga pasien-pasien yang sudah biasa berobat di RS Abepura, tetap dapat akses tapi tidak harus ketemu dokter kecuali emergensi.

Rencana ke depan, tenda BNPB yang sudah ada tidak dibongkar bahkan akan ditambah satu lagi untuk pelayanan IGD lapangan dengan fasilitas seperti velbed, oksigen, alat hecting. Ini untuk siaga di situasional bilamana pasien non-Covid datang dalam keadaan emergensi, kita beri pertolongan pertama sebelum dirujuk ke rumah sakit lain.

Terakhir Dok, ada pesan atau himbauan khusus kepada masyarakat?

Saya ingin menyampaikan, RSUD Abepura sekalipun sebagai rumah sakit khusus melayani pasien Covid 100 persen, ada beberapa konsep yang baru diatur oleh manajemen dan pelayanan untuk menjawab kebutuhan masyarakat.

Kami sedang menyiapkan aplikasi sistem rujukan dan layanan konsul online dan resep online, semoga bisa berjalan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemudian untuk mengantisipasi situasional emergensi RS Abepura sedang memulai desain IGD lapangan. Untuk itu masyarakat diharapkan tetap bersabar, karena di sisi lain, rumah sakit wajib bertanggungjawab terhadap situasional Covid.

Kita tidak ada pilihan, kecuali kita semua wajib beradaptasi dengan situasi Covid. Yang penting, kita disiplin untuk mematuhi protokol kesehatan. Sanitasi diri, pakai masker, jaga jarak, membudayakan cuci tangan dan praktik gaya hidup bersih.

Bukan Covid saja, tetapi terhadap penyakit apapun, praktik gaya hidup bersih mutlak dan tidak boleh diabaikan, mulai sekarang dan dan seterusnya, baik dalam keluarga maupun bermasyarakat. Kepatuhan hidup bersih itu penting, mencegah jauh lebih penting dan lebih murah.

Orang sehat wajib menjaga diriya agar tidak sakit. Tingkatkan iman dan imun. Jaga imun dengan makan makanan yang sehat, istirahat cukup, tingkatkan iman lewat doa dan mematuhi aturan pemerintah sebagai perwakilan Allah di dunia. Tim Fokus Papua

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *