JAYAPURA, FP.COM – Babak penyisihan Lomba Tari Kreasi Visit Papua yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua telah selesai (16/9).
Dari 21 tim yang berkompetisi, 17 tim dinyatakan lolos ke babak final yang akan digelar pada 25 September mendatang.
Dewan juri dalam lomba ini sangat menekankan pentingnya keseimbangan antara unsur-unsur tradisional dan sentuhan modern dalam setiap karya tari kreasi.
Ketua Dewan Juri, Marthin Waroy, menjelaskan, tari kreasi Papua harus mampu menampilkan keindahan gerak dan makna yang terkandung dalam tarian tradisional, namun sekaligus mengeksplorasi ide-ide kreatif dan inovatif.
“Tari kreasi bukan sekadar meniru tarian tradisional secara utuh, tetapi lebih kepada bagaimana kita menginterpretasikan kembali nilai-nilai luhur dalam bentuk yang lebih kreatif,” ujar Waroy.
Ia menambahkan, juri ingin melihat para peserta menciptakan karya tari yang unik dan menarik, namun tetap berakar pada tradisi budaya Papua.
“Tidak mengurangi teman-teman penata tari punya kreativitas tapi mengerti dalam menggarap sebuah tari ini yang terus kita arahkan. Supaya bisa membedakan porsi yang tari murni, tari teater,drama tari(sendra), karena yang diminta panitia bukan teater dan sendra tari tapi tari”,tegas Waroy.
Senada dengan Waroy, juri lainnya, Albert Runawery, mengingatkan bahwa musisi memiliki peran yang sangat krusial dalam mendukung penampilan para penari.
“Musisi harus mengetahui desain dramatik dari tarian, bagaimana membangun suasana mulai dari intro hingga klimaks, lalu menurunkannya ke ending,” tegas Runawery.
“Iringan musik harus mampu memperkuat ekspresi gerak penari dan mendukung alur cerita yang ingin disampaikan.”
Dia juga mengingatkan peserta lomba untuk memperhatikan petunjuk teknis lomba tari kreasi Papua.
“Ingat ketentuanya 60 persen gerak tari tradisional dari tarian itu dan 40 persen tari dari daerah lain di Papua, lihat kembali Juknis sebab ini lomba”, tegas Runawery.
Tak hanya itu, Runawery juga menekankan pentingnya pemilihan tema yang relevan dengan budaya Papua dan interpretasi yang kreatif terhadap tema tersebut.
“Peserta harus mampu menghadirkan sebuah karya tari yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga memiliki makna mendalam yang terhubung dengan identitas budaya Papua,” tambahnya.
Dengan lolosnya 17 tim ke babak final, diharapkan akan lahir karya-karya tari kreasi Papua yang baru dan mampu menginspirasi dan membanggakan masyarakat Papua.
Babak final Lomba Tari Kreasi Visit Papua akan menjadi ajang yang dinantikan untuk menyaksikan kreativitas para penari muda Papua dalam memadukan tradisi dan modernitas, serta kolaborasi yang harmonis antara penari dan musisi.
Berikut 17 sanggar dan nomor urut tim tari yang akan berkompetisi pada 25 September mendatang:
(1) Sanggar Falle Rei Mai, (2) Sanggar Feuw Henna Imea, (3) Sanggar Iriani, (4) Sanggar Karisun Biak, (5) Sanggar Garuda, (6) Sanggar Cenderawasih Aspol, (7) Sanggar Saireri Bayangkara, (8) Sanggar Fans Palara, (9) Sanggar Topio, (10) Sanggar Cenderawasih Kemiri, (11) Sanggar SMU Negeri 5, (12) Sanggar Maremi, (13) Sanggar Kombaki Keerom, (14) Sanggar Botenang, (15) Sanggar Bintang Fajar, (16) Sanggar Dispar Mamberamo Raya dan (17) Sanggar Kawasa Kamasan Waena. (Ai)