JAYAPURA, FP.COM – Papua, surga kecil di timur Indonesia, tengah bertransformasi menjadi destinasi wisata kelas dunia. Salah satu kunci suksesnya adalah dengan mengadopsi pendekatan berbasis data dalam pengelolaan pariwisata.
Dalam sebuah Bimbingan Teknis (Bimtek) yang baru saja digelar (1/8), puluhan pelaku pariwisata dari berbagai daerah di Papua berkumpul untuk mempelajari cara mengelola destinasi wisata secara lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan data.
Asep Saepullah dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjelaskan, data adalah harta karun yang sangat berharga bagi pengembangan pariwisata.
“Dengan data, kita bisa merancang kebijakan yang tepat sasaran, mengalokasikan anggaran secara efektif, dan meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan,”ujar Asep.
Boni Asso, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Disbudpar Papua menambahkan, selama ini, pemerintah seringkali kesulitan dalam mengambil keputusan terkait pengembangan pariwisata karena kurangnya data yang akurat.
Melalui Bimtek ini, pihaknya berharap para pelaku pariwisata dapat menguasai keterampilan mengelola data dan memanfaatkannya untuk kemajuan sektor pariwisata Papua.
“Dengan membekali para pemangku kepentingan pariwisata dengan pengetahuan dan perangkat untuk mengumpulkan dan menganalisis data, kami dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang pengembangan industri pariwisata kami.”
Pada Bimtek ini para peserta diajarkan cara Mengidentifikasi potensi wisata yang belum tergarap di daerah masing-masing, Memantau dan mengevaluasi kinerja destinasi wisata secara berkala.
Mengelola dampak negatif dari pariwisata, seperti kerusakan lingkungan dan sosial. Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan promosi dan pemasaran destinasi wisata.
Menurut Asep data sangat penting bagi pariwisata Papua karena dilihat dari beberapa sudut pandang seperti :
• Perencanaan yang lebih baik: Data membantu pemerintah dan pelaku pariwisata merancang program dan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan.
• Alokasi anggaran yang efisien: Dengan data, anggaran dapat dialokasikan pada sektor yang paling membutuhkan, sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.
• Peningkatan kualitas pelayanan: Data membantu mengidentifikasi kebutuhan wisatawan, sehingga pelaku pariwisata dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
• Pelestarian lingkungan: Data dapat digunakan untuk memantau dampak lingkungan dari kegiatan pariwisata dan mengambil langkah-langkah mitigasi.
Meskipun terdapat banyak manfaat, pengembangan pariwisata berbasis data di Papua masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, sumber daya manusia, dan aksesibilitas.
“Memang yang menjadi kendala kami yaitu di aksesibilitas Pariwisata. Kalau kita bicara atraksi jujur wilayah Papua secara khusus atau wilayah timur secara umum itu lebih baik dibandingkan destinasi yang di wilayah barat ataupun tengah cuma yang menjadi kendala itu di aksesibilitas dan SDM”, sebut Asep.
Meski begitu, dengan dukungan pemerintah dan semangat para pelaku pariwisata, Papua diyakini mampu mengatasi tantangan tersebut dan menjadi destinasi wisata yang semakin menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. (Ai)