JAYAPURA, FP.COM – Perum Bulog Kantor Wilayah Papua dan Papua Barat mulai mendatangkan beras impor kualitas premium sebanyak 8.250 ton, khusus wilayah Jayapura mendapat pasokan 2.000 ton.
Pemimpin Perum Bulog Kanwil Papua dan Papua Barat, Raden Guna Dharma mengatakan, ribuan ton beras impor sedang dalam perjalanan dan diperkirakan tiba di Jayapura pada pekan depan.
Ia menambahkan, harga jual beras impor dari Vietnam dan Thailand tersebut dijual seharga Rp10.250 per Kilogram (Kg) di tingkat pengecer.
‘’Di tingkat pengecer maksimal Rp10.250 per Kg, dari Bulog Rp8.900 per Kg karena Papua masuk di zona 3,’’ kata Guna Dharma di Kantor Perum Bulog Kanwil Papua dan Papua Barat, di Kota Jayapura, Kamis (2/2/2023).
Ia memastikan bahwa beras impor tersebut berbeda dengan beras impor sebelumnya lantaran kualitas premium dengan butir patah hanya 5 persen, sementara sebelumnya butir patah 15 -18 persen.
Untuk memastikan konsumen tidak salah ketika membeli beras impor kualitas premium yang didistribusikan Bulog, pihaknya mengemas dengan ukuran 5 Kg.
‘’Perbedaan dengan beras kualitas premium lainnya pada kemasan. Hal ini kita lakukan untuk melindungi konsumen,’’ ujarnya.
Ia meminta kepada masyarakat apabila menemukan harga beras impor kualitas premium dijual lebih dari harga Rp10.250 per Kg di tingkat pengecer, maka segera melaporkan hal tersebut ke Bulog dan akan diteruskan ke Satgas Pangan.
Beras impor kualitas premium hanya dijual oleh kios atau warung mitra Bulog dan yang sudah terdaftar di Dinas Perdagangan. Khusus di Jayapura, Perum Bulog telah memiliki 112 mitra termasuk yang telah terdaftar di Dinas Perdagangan Kota Jayapura.
Sementara itu, terkait ketahanan stok beras, Guna Dharma mengatakan mencapai 28.000 ton.
‘’Mencukupi hingga empat bulan kedepan atau sampai Juni mendatang dengan kebutuhan konsumsi 8.000 ton per bulan,’’ jelas Guna Dharma.
Ia mengungkapkan bahwa yang perlu diantisipasi untuk ketahanan stok yaitu pasca lebaran lantaran konsumsi masyarakat meningkat, namun tidak dibarengi dengan suplai.
‘’Ini saya pelajari satu tahun sebelumnya di Papua, terjadi peningkatan konsumsi pasca lebaran, sementara tidak ada suplai dari luar Papua. Bukan hanya beras, ini juga terjadi pada komoditi gula pasir, minyak goreng dan tepung terigu,’’ ucapnya.
Menurutnya, beras impor kualitas premium yang akan tiba pekan depan juga sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut. (FPKontr1)