DEKAI, FP.COM – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Papua Nerius Auparay bersilaturahmi ke kediaman Bupati Kabupaten Yahukimo, Didimus Yahuli, Jumat pekan lalu (09/09/2022) di Dekai. Pertemuan yang berlangsung hangat itu juga membahas pelaksanaan program Bangga Kencana dan juga Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Yahukimo, di samping itu disampaikan juga kaitan dengan dukungan anggaran DAK sub Bidang KB dalam mendukung program Bangga Kencana dan stunting di Yahukimo. Kabupaten Yahukimo sendiri dalam data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 memiliki angka prevalensi stunting 43.6 persen. Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua memberikan atensi khusus untuk Kabupaten tersebut. Bupati Yahukimo Didimus Yahuli pada kesempatan itu menyampaikan apresiasi atas kunjungan itu dan kesiapan mendukung pelaksanaan program Bangga Kencana dan program penurunan stunting di daerahnya. Didimus memaparkan beberapa hal berkaitan dengan pelayanan publik di wilayah itu dan menyebutkan kendala geografis sebagai faktor kurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. “Akses kita masih terbatas, dari satu distrik ke distrik lain kita harus pakai pesawat. Sehingga nanti kita lihat pelayanan ini bisa kita laksanakan di beberapa posyandu yang terintegrasi. Karena daearah Yahukimo ini orang pikir hanya Dekai saja padahal ada kampung-kampung lain yang aksesnya itu hanya bisa kita jangkau dengan pesawat, kita di kecamatan ada satgas tenaga medis yang relatif 1 tahun saja,” ujar Bupati Didimus.
Didimus Yahuli dalam diskusi itu juga memastikan akan mendorong pihak terkait guna mencegah stunting di daerahnya, dan memastikan kolaborasi, sinergitas antarsektor dapat berlangsung.
“Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Yahukimo harus berkolaborasi dan kerja sama dengan dinas-dinas yang lain dalam rangka percepatan penurunan prevalensi stunting dan juga program Bangga Kencana di Kabupaten Yahukimo, nanti tetap akan kita koordinasikan dengan PKK dan Pemberdayaan Perempuan. Ini nanti dikolaborasikan. Jadi harus kolaborasi baru bisa terurus. Tidak bisa kita sendiri,” terang Didimus.
“Kita lambat bergerak tidak ada masa depan, kita harus bisa mencegah stunting, imunisasi dan pembinaan untuk Ibu-Ibu hamil harus tetap sehat, Kita tidak batasi angka kelahiran tapi menjaga jarak kelahiran ini peran serta dari PKK, dinas pemberdayaan Perempuan, dinas pendidikan dan dinas kesehatan,” sambung Didimus.
Nerius Auparay mengharapkan langkah kecil melalui Posyandu dapat berjalan meski berada di tengah tantangan geografis, “Posyandu ini yang kita harapkan dapat berjalan. Sehingga semua pelayanan ini dapat berjalan. Memang butuh waktu yang panjang apalagi untuk daerah-daerah kita dengan letak geografis yang sulit tapi harapan kita, ada hal yang bisa kita lakukan untuk menolong masyarakat dan generasi Papua ke depannya, pungkas Nerius. (*)