Dinas Pariwisata Papua Sambut Wacana Dibukanya Kembali Penerbangan Internasional Bandara Frans Kaisiepo

Bandar Udara Frans Kaisiepo Biak

JAYAPURA, FP.COM – Wacana membuka kembali penerbangan Internasional di Bandar udara Frans Kaisiepo Biak kembali mencuat pada Rapat Kerja Kepala Daerah se-Provinsi Papua di Biak (13/4) lalu.

Disebutkan pengembangan Biak sebagai simpul expor langsung dari Papua dan Biak sebagai gerbang pariwisata di Pasifik. Velix Wanggai, Deputi Setwapres Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan, kemudian dalam sambutannya menyebut Biak harus dimasukkan dalam entry point baru untuk internasional.

Read More
iklan

Sejatinya, ini bukanlah sebuah isu baru, wacananya bahkan sudah berkembang sejak hampir satu dekade silam, tahun 2014. Boni Asso, Kepala bidang Ekonomi Kreatif Disbudpar Provinsi Papua juga mengakui jika hal tersebut kerap kali didorong oleh pihaknya dalam berbagai kesempatan. Meski tak hadir langsung di Biak namun pihaknya menyambut baik niat itu, sudah tentu dari kaca mata pariwisata.

“Kalau wacana ini kembali dibahas maka kami sangat berharap ini direalisasikan,” ujar Boni di ruang kerjanya, Selasa (18/04/23).

Boni Asso, Kepala bidang Ekonomi Kreatif Disbudpar Provinsi Papua

Bagi Boni, dari aspek pariwisata, jika penerbangan internasional dibuka melalui Biak maka pariwisata di Papua akan lebih maju sehingga muncul efek domino terhadap sektor lain.
”Syukur ini ada arahan dari Pak Presiden untuk Papua jadi pintu di Indonesia Timur, terlepas dari kepentingan politik, dari kepentingan pariwisatanya ini sudah sangat baik. Setidaknya yang tadi wisatawan mancanegara datang dua kita bisa dapat lima. Karena faktor efisiensi cost itu sangat terbantu sekali. Karena (posisi) kita sangat strategis dari Jepang, Australia. Sekalipun cargo saja yang dijalankan, ada dampak ekonomi yang akan lahir akibat dari akses itu, artinya berdampak ke sektor di luar pariwisata juga,” ujarnya.


Dia menambahkan, faktor biaya yang mahal ke Papua itu pula yang membuat banyak turis mancanegara mempertimbangkan untuk berkunjung ke Papua, belum lagi kebijakan keamanan ketika turis masuk ke Papua.

“Bagi kami, kalau Pariwisata di Papua mau maju maka akses penerbangan harus dibuka melalui Biak,” tukas Boni.


Beberapa sumber menyebut penerbangan internasional Bandara Biak ditutup pada tahun 1998, imbas dari krisis moneter yang menghantam Indonesia. Sumber lain juga menyebutkan, penutupan itu lebih didominasi atas pertimbangan politik.


Situs resmi franskaisiepo-airport.co.id menyebut pada periode 1996-1998, maskapai Garuda Indonesia pernah membuka rute Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles PP.

Namun, rute penerbangan internasional yang melintasi Samudra Pasifik ini terhenti karena hantaman krisis ekonomi. Sejak saat itu pula, status operasional sebagai bandara internasional terhenti sampai sekarang.


Bandara Biak memiliki satu keunikan karena dibangun di atas litologi batu gamping karang, jadi amat kokoh. Ukuran panjang landasannya (run way) memungkinkan untuk didarati pesawat Boeing 747 seri 400 dan Airbus. Bandara Biak juga termasuk lima bandara dengan landasan pacu terpanjang di Indonesia, menduduki nomor empat dengan panjang landasan pacu 3.570 meter. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *