JAYAPURA, FP.COM– Forum Pasar Mama Papua Provinsi Papua berkolaborasi dengan PT Taspen Jayapura dan Bank Papua menggelar pameran Batik Papua bersama para pengrajin batik Orang Asli Papua dan pelaku usaha fashion Orang Asli Papua yang bertajuk mengangkat dan menghidupkan motif-motif Papua dalam kain batik. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 10-14 Oktober di Gedung Dewan Kesenian Tanah Papua mulai dari pukul 10.00-21.00 WIT.
Pameran ini menghadirkan 6 pengrajin batik tulis dan batik cap yang berasal dari Kota Jayapura. Mereka adalah Sanggar Batik Phokouw Faa, kelompok Batik Ibrani dari Kelurahan Kota Baru, kelompok Batik Halfing Kampung Nafri, kelompok Batik Asasi Kampung Nafri, kelompok Batik Wanggo Koya Koso dan kelompok Batik Ameldi Jayapura Utara. Pameran Batik Papua ini dibuka siang tadi oleh kepala PT Taspen Jayapura yang diwakili oleh Kepala bagian Humas Nurita Ayu Lestari, Senin,10/10/2022. Turut hadir Kabid UKM Disperindagkop dan UKM Kota Jayapura Jane Ansanay.
Pada kesempatan itu Jane mengatakan, pihaknya memiliki kelompok binaan batik di Kota Jayapura dan berharap dukungan semua pihak guna menghidupkan pengrajin Batik
“Motif ini sangat banyak, sehingga kami harapkan ini bisa diangkat, kita perkenalkan karya yang Mama dorang ada buat ini sudah bagus sekali, dan kami di Disperindagkop Kota punya binaan batik dan mereka ada ikut pameran juga hari ini. Selama ini bantuan sudah kami berikan, saya mengajak mari kita semua yang ada di Kota Jayapura, Pemerintah baik kota, kabupaten dan Provinsi mari kita beli atau pesan dari kita punya Mama-mama pengrajin batik yang ada ini. Kalau Mama mereka buat lalu kita tidak beli, kita tidak gunakan, sama saja tidak ada hasil,” ujar Jane Ansanay.
“Kami juga ada punya outlet di Bandara di Sentani, Mama-mama bisa titip ke sana, kalau kami borong baru jual itu Disperindagkop sangat terbatas, harapan kami juga kepada Forum Pasar Mama Papua kegiatan ini jangan cuma sampai di sini saja tapi ke depan harus diprogramkan lagi sehingga batik Papua ini tidak tenggelam,” sambung Jane.
Nurita Ayu mewakili pihak PT Taspen Jayapura sebagai sponsor kegiatan ini membeberkan jika di PT Taspen tidak hanya mengurusi dana pensiunan PNS namun juga memiliki sebuah Unit Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang menyasar pelaku-pelaku usaha tak terkecuali di Jayapura.
“PT Taspen Jayapura bukan saja mengurus pensiunan PNS saja tapi PT Taspen juga memiliki tanggungjawab bagi lingkungan sekitar melalui unit tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan memperhatikan dan memberdayakan UMKM yang ada di lingkungan kita. Kita satu hati membangkitkan karya Mama-mama Papua yang mau berkiprah di dunia batik Papua. Kami di PT Taspen Jayapura punya binaan usaha batik yaitu Batik Wari di mana kami memberikan bantuan modal usaha dengan bunga yang sangat rendah dan kami ikutkan dalam ajang BUMN dan itu meraih juara 2. Kami harapkan Mama-mama yang punya sanggar batik mari kembangkan ide, di PT Taspen kami juga punya wadah pelatihan dan pendampingan. Ini kami harapkan Mama-mama bisa terlibat ada juga via zoom pendampingannya karena mitra kami itu dari Tokopedia dan Shopee. Harapannya, dengan mama-mama gabung di situ, penjualan batik ini tidak hanya di lokal sini saja tapi bisa dijangkau oleh pihak luar, dengan begitu batik Papua ini bisa dikenal dari tingkat Nasional hingga Internasional,” ulas Nurita Ayu.
Ketua Forum Pasar Mama Papua Pendeta Mariam Kaliele mengharapkan adanya dukungan pemerintah daerah baik demi eksistensi pengrajin Batik Papua dan keberlanjutan event serupa.
“Pengrajin ada 6 sanggar dan pelaku usaha fashion ada 4. Kita akan berusaha komunikasi dengan pemerintah dalam hal ini dinas terkait untuk memberikan perhatian kepada Mama-mama Batik ini, salah satunya pemerintah bantu dalam ketersediaan bahan baku Batik. Tolong bantu kami khususnya Batik Papua ini. Berikan perhatian kepada Mama-mama pengrajin Batik. Jangkau Mama-mama ini. Kegiatan hari ini kami lakukan untuk memperkenalkan motif-motif yang merupakan hasil karya dari para Mama-mama dengan hikmat mereka menghasilkan karya-karya ini. Harapan kami, dari forum ini, tahun depan kami akan gelar kegiatan yang sama dan kami minta dukungan pemerintah,” ujar Pendeta Kaliele.
Mewakili 6 Pengrajin Batik Kota Jayapura, Jhon Wona yang juga merupakan fasilitator 6 IKM Batik Kota Jayapura mengatakan, kelompok batik sejauh ini mendapatkan bantuan dari Disperindagkop dan Dekranasda Kota Jayapura, namun demikian pengadaan bahan baku pun mereka lakukan secara mandiri melalui sanggar Batik Phokouw Faa.
“Pengiriman bahan baku ini kan butuh waktu dari Jawa, kalau warna ada bahan campuran yang tidak bisa ikut pesawat, macam soda api, HCL, waterglass, akhirnya naik kapal dan estimasi itu bisa sampai 1 hingga 2 bulan, kami harapkan Pemerintah atau pihak swasta bisa membuka toko khusus bagi bahan-bahan baku batik ini sehingga kami bisa langsung peroleh di sini,” ujar Jhon.
Salah satu pelaku usaha fashion OAP, Rita Yoafifi, mengungkapkan ketertarikannya mengangkat motif di selembar kain yang menurutnya mampu memperkenalkan motif dan kebudayaan masyarakat Papua kepada banyak orang. Mama Rita menuangkan motif kain Batik tidak hanya sebatas pada dress atau kemeja saja namun ia juga memiliki produk fashion seperti tas (clutch, tote bag dan hand bag) hingga sepatu (flats, sneakers, ankle boots, kitten heels)
“Produk saya ini sebenarnya menceritakan kehidupan masyarakat di Papua yang saya angkat dalam motif seperti bunga anggrek hitam dan cenderawasih yang hampir punah. Semua ini untuk menghidupkan motif di kain. Ini kenapa, karena kalau motif itu tinggal saja di ukiran itu dia tersimpan kan di satu tempat saja, tapi kalau kita munculkan di kain, kita pakai ke mana-mana banyak mata yang akan melihat, kain itu kan ikut dengan kita termasuk saat kita mau berangkat motif itu ikut di baju yang kita kenakan. Secara tidak langsung ini kan memperkenalkan budaya kita kepada orang luar.”
“Motif saya ini ada yang pangkur sagu, ada juga motif panah dan noken, itu menceritakan mata pencaharian kita dulu yaitu berburu dan meramu,” tambah Mama Rita. (*)