ASMAT, FP.COM – Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan, kembali mendapat perhatian Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua (Kpw BI Papua).
Tercatat selama 3 tahun terakhir ini, Bank Indonesia Papua telah menyelenggarakan layanan kas keliling sebanyak 6 kali di kabupaten berjuluk “kota seribu papan” itu.
Dalam rilis tertulisnya yang diterima Redaksi Fokus Papua, Senin (6/5) Kepala Kpw BI Papua Faturachman menjelaskan, pihaknya menggelar layanan kas keliling dan edukasi cinta bangga dan paham rupiah yang dipusatkan di distrik Atsj, Asmat.
Rangkaian kegiatan kas keliling tersebut dimulai pada 30 April lalu dengan sosialisasi Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah yang diikuti lebih dari 150 peserta, terdiri dari guru, siswa-siswi, perbankan, ASN, dan masyarakat Atsj.
Kegiatan kemudian dilanjutkan pada 1 Mei dengan membuka layanan penukaran uang. Terpantau masyarakat begitu antusias untuk menukarkan uang tidak layak edar (UTLE) yang mereka miliki.
Bank Indonesia menyerap hampir Rp 3 miliar uang tidak layak edar atau terserap 100 persen oleh masyarakat maupun perbankan dari modal yang disiapkan sebesar Rp2,72 miliar.
Salah seorang warga, Hj. Rosmiati mengatakan, sangat senang menyambut kehadiran kas keliling Bank Indonesia di Distrik Atsj karena menurutnya uang baru atau uang layak edar merupakan barang mewah di Distrik Atsj.
Mewakili pemerintah setempat, kepala distrik Atsj Akbar Mustarim menyambut baik kegiatan kas keliling yang dilakukan pihak BI Papua.
“Kami sangat mengapresiasi kehadiran Bank Indonesia di Distrik Atsj, sehingga kami bisa melakukan penukaran uang untuk memperoleh uang yang layak edar,” ujar Akbar Mustarim.
Sementara itu, Kepala Kpw BI Papua Faturachman mengatakan, ke depan, Bank Indonesia Papua akan terus mengakselerasi distribusi uang layak edar demi terwujudnya clean money policy di Tanah Papua, khususnya di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Rangkaian kegiatan tersebut juga menjadi momen bagi Bank Indonesia untuk mengajak masyarakat, khususnya di wilayah 3T untuk semakin Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah. Cinta Rupiah diwujudkan dengan mengenali ciri keaslian uang Rupiah, yaitu dilihat, diraba, diterawang (3D). Di samping merawat Rupiah yang dimiliki dengan cara 5J (jangan dilipat, jangan dicoret, jangan diremas, jangan distapler, dan jangan dibasahi).
“Bangga Rupiah karena Rupiah tidak hanya sebagai alat pembayaran yang sah tetapi juga merupakan simbol kedaulatan bangsa. Penggunaan uang Rupiah di NKRI memiliki peranan penting dalam menjaga kedaulatan negara. Sementara itu, Paham Rupiah ditunjukkan melalui perilaku bijak berbelanja sesuai kebutuhan, berbelanja produk dalam negeri untuk dukung UMKM nasional, serta menabung dan berinvestasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” sebut Faturachman di akhir tulisannya. (Redaksi)