JAYAPURA, FP.COM – Pada hari kedua (25/4) Forum SKPD se-Provinsi Papua, para kepala dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten/kota mendapat kesempatan memaparkan program dan potensi masing-masing daerahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura mendapat kesempatan pertama dalam forum ini. Matias Benoni Mano dalam materinya mengatakan, di tahun ini pihaknya akan concern terhadap penguatan kelembagaan ekonomi kreatif daerah, memfasilitasi sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja bidang pariwisata, pengembangan kompetensi SDM ekonomi kreatif dan melakukan pelatihan bimbingan teknis dan pendampingan ekonomi kreatif. Hal itu tidak terlepas dari massifnya pertumbuhan pelaku ekraf di Kota Jayapura.
“Jumlah pelaku ekraf saat ini 1.830 dengan 257 komunitas. Pendapatan Kota Jayapura bersumber juga dari sektor ekonomi kreatif,” ujar Matias.
Hingga saat ini berbagai hal terus dikolaborasikan dengan pihak lain dalam penyelenggaraan event termasuk membuka ruang terbuka publik.
Kabupaten Jayapura punya cara tersendiri dalam mengelola pariwisatanya, melalui sekretaris dinasnya, Benyamin Yarisetouw mengatakan, pengembangan pariwisata di Bumi Khenambay Umbay bersifat bottom up dengan melibatkan masyarakat lokal untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi hingga controlling.
Mengelola 7 kawasan wisata unggulan mulai dari kawasan wisata danau Sentani, wisata lereng Robong Holo, Moi, Tepera, Zou-Youkari, Lembah Grime dan Nawa, pihaknya optimis pariwisata di Kabupaten Jayapura akan semakin baik dalam pengelolaan dan kelembagaannya.
Sementara, Kabupaten Keerom mendaku terus berbenah dalam pengembangan pariwisata dengan mendorong kolaborasi bersama instansi terkait guna menggodok Perda pajak dan retribusi.
“Kami ada kerja sama dengan Dispenda dalam rangka penyiapan Perda untuk pajak dan retribusi bagi pendapatan daerah,” ungkap Sergius Fatem, Sekretaris Dinas Kebudayaan, Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Keerom.
Fatem mengatakan, dinasnya hingga kini terus menata sarana prasarana pariwisata dan mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk menjadikan Pariwisata sebagai nadi perekonomian masyarakat setempat.
Lain halnya dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor Onny Dangeubun. Dalam pemaparannya yang berjudul pariwisata Biak dalam perspektif Nasional dan Papua mengungkapkan jika pasca gelaran Sail Teluk Cenderawasih, Biak Numfor ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Pengembangan (DPP) Biak-Teluk Cenderawasih. Dalam kebijakan pariwisata Nasional, posisi Kabupaten Biak Numfor ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, Hub Blue Economy di kawasan Timur Indonesia. Dalam perspektif Papua, Biak sebagai hub pembangunan di wilayah Saireri dan sebagai salah satu destinasi wisata prioritas di Provinsi Papua.
“Entry point Indonesia selama ini hanya dua, timur itu di Tual Maluku Tenggara dan barat itu di Natuna. Tahun kemarin sudah keluar peraturan Menteri Perhubungan dan Kemenpar untuk menetapkan Biak sebagai salah satu pintu masuk,” sebut Onny.
Dengan posisi strategis itu, Biak Numfor dapat menjadi bargaining position yang potensial bagi pengembangan sektor pariwisata di wilayah Provinsi Papua.
Kabupaten Sarmi, Supiori dan Mamberamo Raya dalam pemaparannya mengakui, meski belum mendapat dukungan penuh dalam pengembangan pariwisata karena keterbatasan anggaran namun mereka akan membangun sinergi bersama Pemprov Papua mengingat ketiga daerah tersebut juga memiliki potensi yang tak kalah menariknya.
Dalam forum SKPD Bidang Kebudayaan dan Pariwisata yang digelar Disbudpar Provinsi Papua ini diharapkan dapat menyatukan persepsi semua pihak untuk membangun kebudayaan dan pariwisata di Papua sebagai urat nadi perekonomian ke depannya. (Ai)