JAYAPURA, FP.COM– Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua merilis pertumbuhan ekonomi Papua selama tahun 2019 mengalami kontraksi -15,72 persen.
Kepala BPS Provinsi Papua, Simon Sapary mengatakan, pertumbuhan ekonomi Papua yang tumbuh negatif disebabkan menurunnya produksi pada kategori pertambangan dan penggalian sebesar -43,21 persen.
Dari sisi pengeluaran, kontraksi pertumbuhan disebabkan oleh komponen ekspor luar negeri yang mengalami penurunan hingga – 69,10 persen. Apabila perekonomian Papua tanpa tambang, menurut Simon, mengalami pertumbuhan positif 5,03 persen.
“Pada tahun 2019, besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Papua atas dasar harga berlaku mencapai Rp 189,716 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp134,677 triliun,” jelas Simon, Kamis (6/2/2020).
Sebelumnya, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga memperkirakan perekonomian Papua pada tahun 2019 tumbuh negatif antara -12 persen hingga – 11,9 persen.
“Ini kita sudah prediksi sebelum triwulan II tahun 2019 lantaran Papua sangat bergantung pada tambang yang ada di Kabupaten Mimika. Pertumbuhan negatif ini kita bandingkan satu tahun sebelumnya. Dan diperkirakan akan pulih tahun 2020,” ucap Naek.
Naek menyebutkan, aksi demo yang berujung rusuh beberapa waktu lalu di Kota Jayapura tak berdampak pada perekonomian Papua lantaran terjadi hanya sesaat.
“Memang sempat terjadi penurunan transaksi di perbankan pada tanggal 29-30 Agustus 2019, tapi hanya terpengaruh di tanggal tersebut, selanjutnya berjalan normal,” jelasnya.
Begitu pun kerusuhan di Wamena, kata Naek kemudian, karena daerah itu bukan penghasil komoditi yang signifikan, ia yakin tidak mempengaruhi perekonomian Papua.
Tapi akan signifikan pengaruhnya apabila Mimika terganggu atau tidak kondusif karena ada pertambangan di daerah tersebut. “Sementara daerah yang signifikan di luar pertambangan masih ada Kota Jayapura dari sektor jasa dan perdagangan, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom serta Kabupaten Merauke dari sektor pertanian. Jadi di luar tambang tumbuh positif 5,7 persen,” lanjutnya. (FPKontr1).