JAKARTA, FP.COM – Suatu hari di medio Agustus 2019, Kota Sleman bersiap menyambut malam ketika telepon genggam Yuliana Fonataba berdering. Sahabatnya sesama mahasiswa asal Jayapura, Bella Marpaung, memanggil.
“Halo Yul, lagi sibuk, kah? Ini ada orang dari Indosiar lagi cari presenter berita, tapi maunya yang wajah Papua,” kabar Bella dari seberang.
“Boleh, casting-nya di mana, Bell?” sahut Yuli sekenanya.
“Sudah, kalau mau, saya temani,” jawab Bella.
“Nantilah, saya pikirkan dulu,” ujar Yuli. Obrolan lalu berlanjut ke hal remeh temeh duo sohib ini.
Saat itu, Yuli tak terlalu memikirkan peluang ini. Ia paham, latar pendidikannya jauh dari dunia pers ataupun pertelevisian. Ketika itu, ia malah sedang bersiap pulang kampung setelah menyelesaikan kuliah teknik sipil di Universitas Atmajaya Yogyakarta. Hanya menunggu acara wisuda.
Malamnya, terlintas lagi tawaran tadi di benak Yuli. Ia merenung, pikirnya, daripada tidak ada kesibukan, apa salahnya dicoba.
Paginya, diantar Bella, Yuli mendatangi lokasi casting. Sepulangnya, sesekali ia mengecek pesan di ponsel dan emailnya. Nihil, namun ia tak terlalu kecewa.
Secara kebetulan, ia menemukan informasi serupa di grup Whatsapp-nya. Stasiun televisi nasional SCTV sedang membuka lowongan presenter berita.
Merasa tertantang dengan kegagalan sebelumnya, ia lalu mengirimkan lamaran ke stasiun televisi yang masih segrup dengan Indosiar itu.
Tak disangka, berselang sehari, Wakil Ketua Redaksi Liputan 6 SCTV Retno Pinasti membalas surat elektoniknya. Retno meminta nomor kontak dan sejumlah berkas lain.
Di hari yang sama, sorenya, kejutan datang lagi, Yuli diminta segera berangkat ke Jakarta.
“Pokoknya, waktu itu saya berangkat dengan iman saja, semua ditanggung, tiket dan akomodasi,” tutur gadis yang disapa Ulli ini kepada Fokus Papua.
Kejutan belum berhenti, sesampainya di kantor Liputan 6, dua kali latihan baca berita, ia langsung diminta tampil untuk siaran (tapping) Liputan 6 Petang Terkini.
“Waktu itu, perasaan saya campur aduk, gugup, haru, tapi bangga juga,” cerita Ulli.
Tugas perdananya berjalan mulus. Tapi ini hanyalah awal, tantangan berikutnya tidaklah ringan.
Untuk jadi seorang news anchor, wajibnya, seseorang harus melalui berbagai tahapan, dimulai dari jenjang reporter. Otomatis, karir Ulli yang “lompat kelas” ini harus ditebus dengan pengorbanan sepadan.
“Mau tidak mau, harus bisa bikin berita seperti reporter, laporan langsung dari lapangan, mengolah berita, di mana biasa dilalui reporter selama bertahun-tahun,” sebut Ulli.
Ia juga dituntut selalu sigap, seperti membawakan breaking news. Sekarang ini, Ulli bahkan sudah masuk team kreatif. Sesuai namanya, personilnya dituntut kreatif dan inovatif.
Ulli beruntung, Liputan 6 digawangi para presenter kawakan yang bisa dijadikan mentor.
“Saya belajar dari senior-senior, ada Retno Pinasti, Djati Darma, Reza Ramadhansyah, David Rizal, Senandung Nacita, Dazen Vrilla, Dorothea Ayu dan Joy Astro,” bebernya.
Menambah pengalaman dan jam terbang, sesekali Ulli diterjunkan ke lapangan. Satu momen tak terlupakan dialami tahun lalu, ketika ia kembali ke Jayapura sebagai reporter mendampingi tim dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mengantarkan bantuan pemerintah pusat bagi warga yang terdampak banjir di danau Sentani.
“Senang bisa datang ke Jayapura, waktu itu sama kepala BNPB, Pak Donny Monardo,” sebut Ulli.
Tak selamanya Ulli merasa nyaman, Di balik semangatnya yang sedang menggebu sebagai reporter dan presenter muda, terkadang, ia memendam kesedihan.
“Sebagai anak asli Papua, membacakan berita-berita miring dari tanah asal selalu bikin saya sedih, seperti kerusuhan kemarin, atau beberapa kali insiden penembakan di Mimika, di situ saya harus melawan ego. Kalau boleh memilih, saya maunya bawa kabar Papua yang indah-indah saja,” ungkapnya.
Sejatinya, Ulli yang punya nama lengkap Yuliana Pitornela Fonataba bukanlah sosok biasa. Dua tahun lalu, alumnus SMA Negeri 5 Jayapura ini pernah mewakili Papua di ajang final pemilihan Putri Indonesia. Dulunya, pernah pula ia menggeluti dunia modeling.
Tahun lalu, buah hati Franky Fonataba dan Barbalina Auparay ini juga dinobatkan sebagai duta anti narkotika dan obat terlarang (narkoba) oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya. Tugasnya, mengampanyekan bahaya penggunaan narkoba.
Dengan peran-peran ini, tentu saja Ulli senang, bisa membanggakan keluarganya. Tak lupa ia bersyukur.
“Tidak pernah membayangkan diri saya seperti sekarang, semua karena Tuhan Yesus baik sama saya,” katanya.
Apa Ulli sudah menetapkan hati berkarir sebagai presenter? Jawabannya diplomatis.
“Namanya manusia, tidak ada namanya puas, mungkin Tuhan punya kehendak lain, tetapi sekarang ini, saya ingin fokus pada profesi sebagai presenter,” pungkas dara kelahiran Jayapura, 24 Februari 1996 ini. Tim Fokus Papua